2 Hari, 22 Pasien Covid-19 Meninggal

Pekanbaru | Jumat, 16 April 2021 - 17:37 WIB

2 Hari, 22 Pasien Covid-19 Meninggal

PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Angka kematian akibat Covid-19 di Riau meningkat. Dalam dua hari terakhir, kematian di atas 10 pasien per hari. Kamis (15/4) tercatat sebanyak 10 pasien positif Covid-19 meninggal dunia. Sehari sebelumnya, ada 12 pasien positif yang meninggal. Dengan demikian, dalam dua hari 22 orang meninggal akibat Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau menjadi 937 orang. Tak hanya itu, penambahan kasus baru juga masih tinggi yakni bertambah 269 orang. Dengan demikian total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 37.997 orang.


Sedangkan pasien yang sembuh bertambah 106 pasien, sehingga total 34.570 orang yang sudah sembuh.

Dijelaskan Mimi, dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 599 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 1.891 orang.

"Sehingga saat ini jumlah pasien yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri sebanyak 2.490 orang," ujarnya.

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Covid-19 Riau dr Indra Yovi mengingatkan kepada masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. Pasalnya, meskipun sudah divaksin antibodi memerlukan waktu untuk naik di tubuh penerima vaksin. "Jadi setelah tujuh hari sejak divaksin, antibodi belum naik. Antibodi akan naik 28 hari setelah vaksin dosis kedua," kata Indra Yovi.

Karena itu, dr Yovi mengingatkan masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan karena Covid-19 saat ini masih banyak ditemukan. "Jangan mentang-mentang sudah vaksin sekali, lalu lepas masker dan tidak mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.

Karena kelalaian dalam penerapan protokol kesehatan itu, menurutnya saat ini di Provinsi Riau banyak masyarakat positif Covid-19 setelah melakukan vaksinasi. "Belakangan ini banyak positif yang telah melaksanakan vaksinasi dosis pertama. Jadi apapun merek vaksinnya, setelah divaksin, protokol kesehatan tetap harus dijalankan," sebutnya.

Tidak Ada Kasus di Inhil

Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Indragiri Hilir (Inhil) Trio Beni Putra, menegaskan tidak terjadi penambahan kasus positif Covid-19 di daerahnya. "Alhamdulillah, hari ini (kemarin, red) tidak ada penambahan kasus positif Covid-19," katanya, Kamis (15/4).

Data terbaru untuk Inhil, terdapat 12 orang yang dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. Masing-masing terdapat di Kecamatan Tembilahan, Tembilahan Hulu, Tanah Merah dan Kecamatan Kateman. Kemudian di Kecamatan Gaung, Enok dan Kecamatan Reteh.

Artinya dari 32 pasien positif Covid-19 hanya 20 pasien saja yang masih menjalani perawatan secara medis di sejumlah puskesmas setempat. "Ini merupakan hal sangat kami harapkan. Bahkan mulai besok (hari ini, red) sekolah sudah mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas tahap 2," ujarnya.

5.484 Orang di Dumai Sudah Divaksin

Dinas Kesehatan Kota Dumai mencatat  sudah 5.484 orang yang divaksin di Kota Dumai. Bahkan saat ini proses vaksinasi dosis kedua tahap ketiga masih berjalan, meski pun di Ramadan.

"Kami melakukan vaksinasi dosis kedua tahap ketiga. Berdasarkan keterangan MUI bahwa vaksinasi diperbolehkan, dan kami lakukan vaksinasi di pagi hari hingga siang," ujar Juru Bicara Tim Satgas Covid-19 Kota Dumai dr Syaiful, Kamis (15/4).

Ia mengatakan pada vaksinasi tahap ketiga, Pemko Dumai telah menvaksin sebanyak 5.484 orang pada dosis pertama yang terdiri dari lansia, pelayanan publik, tokoh agama, dan wartawan. "Dengan tingginya antusias masyarakat dan pelayanan publik untuk dilakukan vaksinasi, Pemko Dumai telah mengajukan sebanyak 10 ribu orang untuk divaksin," ujarnya.


Ia mengaku sejauh ini untuk keluhan atau dampak membahayakan vaksinasi terhadap penerima masih belum ada. "Semoga tidak ada keluhan yang membahayakan. Kami meminta kepada pelayan publik yang sudah divaksin untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan karena bisa saja seseorang terpapar Covid-19 meski sudah divaksin," terangnya.

Dirinya mengimbau  kepada  seluruh lapisan masyarakat, untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan karena langkah pencegahan paling jitu yakni dengan penerapan protokol kesehatan selama beraktivitas sehari-hari. "Tetap terapkan protokol kesehatan. Jangan dikendorkan, walaupun bagi yang sudah divaksin," jelasnya.

Selain itu, ia mengatakan secara total kasus  Covid-19 di Kota Dumai sebanyak 3.205 kasus, dengan rincian 127 kasus  aktif, 3.026 sembuh dan 52 kasus  kematian akibat Covid-19.  "Kasus  Covid-19 di Kota Dumai secara statistik termasuk stabil. Penambahan kasus  hanya berkisar atau rata-rata di angka 10 kasus per hari," tuturnya.

Sudah Vaksin Sinovac, Daftar Vaksinasi Nusantara

Anggota DPR yang Selasa lalu (14/4) datang ke RSPAD Gatot Subroto beralasan belum mendapatkan vaksin. Selain itu ada juga yang sudah mendapatkan vaksin dari pemerintah tapi ingin menambah imunitas dalam tubuh. Hal ini disayangkan karena tidak bisa menambah kadar imunitas.

Ya, sejumlah anggota DPR telah diambil sampel darahnya untuk menerima Vaksin Nusantara. Mereka tak langsung disuntik vaksin lantaran darah yang diambil harus diolah lagi dan digunakan untuk bahan vaksinnya. Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena menerangkan bahwa penyuntikan bakal dilakukan Kamis (22/4) mendatang.

Melki, sapaan akrabnya, menyebutkan bahwa semua anggota DPR sebenarnya diharapkan untuk menerima Vaksin Nusantara. Namun sementara hanya beberapa nama yang sudah pasti akan menerima. "Pimpinan juga ada, setelah itu saya, ada juga dari Komisi VI, Komisi III, Komisi IV berbagai komisi yang hadir," jelas Melki kepada Jawa Pos (JPG), Kamis (15/4).

Melki belum memastikan apakah yang lainnya juga akan diwajibkan menerima. Pasalnya, beberapa anggota DPR sudah menerima vaksinasi gelombang pertama pada Februari lalu. Memang ada yang belum dapat karena beberapa alasan. Salah satunya Melki sendiri yang saat itu baru sembuh dari Covid-19 sehingga harus menunggu tiga bulan dulu untuk menerima vaksin.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa anggota yang sudah menerima vaksin tersebut akan masuk daftar penerima Vaksin Nusantara lagi. "Ya nanti kita lihat, kan sekarang lagi proses penelitian," lanjutnya.

Pengakuan lain dibeberkan anggota Komisi IX Saleh Partaonan Daulay. Dia menyatakan mayoritas anggota Komisi IX yang mengikuti Vaksin Nusantara telah melakukan vaksin sebelumnya. Anggota Komisi IX Fraksi PAN itu mengaku telah dua kali melakukan suntik vaksin. "Iya sudah Vaksin (Covid-19 dari) Sinovac," ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (15/4).

Terkait keputusannya kembali ikut dalam VakNus, dia mengaku telah melakukan pertimbangan. Salah satu alasannya adalah level imunitas di tubuhnya belum maksimal setelah divaksin Sinovac. Kesimpulan itu dia dapat setelah melakukan tes di laboratorium klinik swasta. "Hasil uji lab yang dilakukan pasca vaksinasi (Sinovac), imunitas saya hanya 6,84 persen. Tentu itu belum maksimal," ujarnya.

Dengan melakukan Vaksin Nusantara, diharapkan imunitas yang didapat bisa lebih meningkat. Terkait VakNus tidak memenuhi standar BPOM, Saleh menegaskan, pihaknya telah berkonsultasi dengan para peneliti vaknus sebelum memutuskan ikut. Baik peneliti asal Indonesia, maupun peneliti asal AS. Dari penjelasan tersebut, dia percaya VakNus sangat baik dan efektif dalam rangka meningkatkan imunitas.

Apalagi, berdasarkan hasil komunikasi dengan orang-orang yang pernah divaksin dengan VakNus, mereka mengatakan tidak memiliki efek samping. "Efektivitasnya sangat baik. Setelah divaksin, mereka mengukur tingkat imunitas mereka. Terbukti, tingkat imunitas mereka naik cukup tinggi," tuturnya.

Selain itu, Saleh juga menilai VakNus sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia sesuai arahan Presiden Jokowi yang meminta mengutamakan produk dalam negeri. Jika diberi ruang dengan baik, dia berharap VakNus dapat menjadi momentum membangun kedaulatan dan kemandirian Indonesia dalam bidang kesehatan serta pengobatan. "Sekarang kan kita masih tergantung negara lain. Ketika diembargo, program vaksinasi kita langsung terganggu," tuturnya.

Anggota DPR Dapil Sumatera Utara II itu berharap, dengan anggota DPR melakukan VakNus, BPOM akan lebih mudah memberikan berbagai macam izin yang dibutuhkan. "Kami berani jadi contoh. Berani untuk divaksin lebih awal. Saya melihat, para peneliti dan dokter-dokter yang bertugas semuanya ikhlas. Tidak ada muatan politik sedikit pun," kata dia.

Nama lain yang mengikuti VakNus meski telah divaksin adalah Wakil Ketua Komisi IX dari Fraksi PKB, Nihayatul Wafirah. "Saya pernah Sinovac," ujarnya. Sama seperti yang lainnya, wanita yang akrab disapa Niniek itu mengaku bersedia menjadi relawan sebagai bentuk dukungan. "Kita ingin support produk lokal," jelasnya.

Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik UGM Zullies Ikawati menyatakan bahwa pengukuran kadar antibodi tak perlu dilakukan oleh awam. Sebab menurutnya, pembacaan ini tak bisa dilakukan sembarangan. Selain itu, biaya yang dikeluarkan juga tak sedikit. "Kemenkes juga menyarankan demikian," ucapnya.

Selain itu kalau pun kadar imunitas ini terukur, tak bisa dipastikan apakah "pasukan" antibodi yang terbentuk ini nantinya yang akan melumpuhkan virus Covid-19. "Artinya nggak usah diukur-ukur lagi," ucapnya.

Lalu bagaimanakah jika vaksin diberikan dua kali? Zullie menjelaskan sejauh ini belum ada kajian terkait vaksin Covid-19. Namun pada vaksin lainnya, pemberian vaksin yang berbeda harus diberi jeda sebulan dari suntikan kedua. "Misalnya ada butuh vaksin TT untuk menikah, diberikan sebulan setelah vaksin kedua Covid-19,"  bebernya.

Alasannya untuk keamanan penerima vaksin. Dia pun menyarankan penggantian vaksin Covid-19 dengan jenis berbeda juga dilakukan sebulan setelah penyuntikan.  Dia juga membantah memberikan vaksin ulang akan menambah imunitas. Zullie menguraikan, penyuntikan vaksin yang pertama akan menimbulkan respon primer. Artinya baru menghasilkan antibodi sedikit dan melatih sel-sel imunitas untuk mengingat jenis virus yang dimasukkan lewat vaksin.

Kemudian suntikan kedua akan merespon antigen yang sama yang dibawa oleh vaksin yang sama dari penyuntikan pertama. "Makanya kalau suntikan keduanya ini (menggunakan vaksin) beda akan dianggap penyuntikan yang pertama oleh tubuh," ucapnya.

Vaksin Sinovac menggunakan platform inactivated virus. Penerima vaksin ini, harus menerima vaksin dengan platform yang sama agar antibodi terbentuk dengan bagus. "Kalau (penyuntikan kedua) sudah pakai AstraZeneca, Pfiser, atau Moderna akan berbeda lagi. Seperti menginduksi yang baru lagi karena antibodi yang terbentuk berbeda," katanya.

Selanjutnya dia mengatakan terkait pengujian ilmiah yang harus dilakukan untuk produk obat dan vaksin. Tahapan pengujian ini harus dilakukan dengan urut dan detil. Selain itu harus mampu dipertanggungjawabkan keamanannya. Jika ada satu pengujian yang dilewati atau tidak diperbaiki, maka akan berisiko. "Kita belum tahu keamannya," ungkapnya.

Biasanya, obat atau vaksin dilakukan uji preklnik. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan aspek keamanan. "Menurut saya yang penting ini keamanan. Soal efektifitas, seperti Sinovac, bisa didukung dengan protokol kesehatan," tuturnya. Kalau uji preklinik ini lolos maka baru boleh meningkat ke manusia.

Pada temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) peneliti Vaksin Nusantara tidak bisa menunjukkan uji preklinik. BPOM meminta laporan studi toksisitas, imunogenisitas, penggunaan adjuvan, dan studi lain yang mendukung pemilihan dosis dan rute pemberian. Sayang hal ini tidak diberikan oleh peneliti karena beralasan sel dendritik sudah lama digunakan untuk pengobatan manusia. Nyatanya pengobatan yang dimaksud adalah pengobatan untuk kanker. Sementara sel dendritik untuk vaksin Covid-19 menambahkan bahan baku lain.(sol/ind/hsb/deb/far/lyn/das)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook