PERISTIWA

Korban Sriwijaya Air asal Pekanbaru Teridentifikasi

Pekanbaru | Sabtu, 16 Januari 2021 - 09:44 WIB

Korban Sriwijaya Air asal Pekanbaru Teridentifikasi
Ilustrasi (INTERNET)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Duka mendalam masih menyelimuti keluarga korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Jakarta tujuan Pontianak yang jatuh di peraira Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1). Keluarga korban pun masih menunggu kabar anggota keluarganya dalam peristiwa nahas itu. Kabar terbaru, Polri pun mengumumkan pasangan suami istri (pasutri) asal Pekanbaru bernama Ikhsan Adlan Hakim dan Putri Wahyuni Effendi yang teridentifikasi. Hal itu dibenarkan abang kandung Putri yang berada di Jakarta.

Putri tinggal di Jalan Sembilang, Kelurahan Limbungan Kecamatan Rumbai Pesisir. Sementara, suaminya tinggal di Pontianak. Namun, pascamenikah, sang suami memboyongnya tinggal di Jakarta. Abang pertama dari Putri yang bernama Aulia Rizki saat dikonfirmasi Riau Pos, Jumat (15/1) malam membenarkannya.


"Untuk Ihsan teridentifikasi Kamis (14/1) pukul 19.00 WIB sedangkan Putri Jumat (15/1) pukul 17.50 WIB," sebutnya.

Aulia menambahkan, jasad adik bungsunya itu akan dimakamkan di Pekanbaru.  "Rencana dimakamkan di Pekanbaru. Jika tidak ada halangan pada Ahad dibawa  ke Pekanbaru. Untuk suaminya dibawa ke Pontianak," katanya.

Hingga kini, Aulia masih mengurus administrasi. Ia menyebut, pagi ini akan kembali ke rumah sakit. Riau Pos pun menghubungi Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Bhayangkara Polda Riau, AKBP Agung Hadi perihal teridentifikasinya Putri.

"Iya, kami sudah mendengar (Putri) itu. Untuk data apa saja saya sampaikan besok (hari ini, red) ya," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Pasutri itu hendak ke Pontianak untuk melakukan ngunduh mantu pada 16 Januari yang sempat tertunda karena pandemi. Namun, saat di perjalanan pesawat yang baru beberapa menit mengudara hilang kontak. Nahas, Putri dan suaminya pun menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya yang berusia 27 tahun itu. Sementara jasadnya baru teridentifikasi selama sepekan.

Perpanjang Operasi SAR Sampai Lusa
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Badan SAR Nasional (Basarnas) memastikan operasi search and rescue (SAR) Sriwijaya Air PK-CLC di Perairan Kepulauan Seribu diperpanjang. Keputusan tersebut disampaikan oleh Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Purnawirawan Bagus Puruhito di Jakarta, Jumat (15/1). Dia menyebutkan, langkah itu diambil setelah pihaknya melaksanakan rapat bersama Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.

Menurut Bagus, tiga hari penambahan waktu untuk operasi SAR pesawat dengan rute penerbangan Jakarta–Pontianak itu sudah mempertimbangkan banyak aspek. Termasuk berbagai kemungkinan yang bisa terjadi selama operasi berlangsung.

"Berarti sampai dengan Senin (18/1). Setelah itu kami evaluasi kembali dan kami putuskan selanjutnya," terang dia kemarin malam.

Berkaca pada operasi SAR kecelakaan pesawat sebelumnya, tambahan waktu tiga hari cukup singkat. Namun demikian, itu sudah menjadi keputusan Tim Operasi SAR Gabungan. Selama tujuh hari operasi SAR berjalan, tim gabungan sudah berhasil mengumpulkan 272 kantong jenazah, 46 kantong serpihan pesawat, dan 50 potongan pesawat berukuran besar. Di antara potongan pesawat itu, ada turbin yang beratnya ratusan kilogram. "Tentunya (hasil kerja) itu berkat kerja sama, dukungan, dan semangat Tim Operasi SAR Gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, Bakamla, KPLP, dan Polairud," terang pensiunan perwira tinggi bintang tiga itu.

Berkaitan dengan pencarian black box berisi cockpit voice recorder (CVR), Bagus menyatakan bahwa sampai kemarin kotak hitam itu belum ditemukan. Dia memastikan, waktu tambahan tiga hari akan dimaksimalkan untuk menemukan alat yang bisa membantu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam menginvestigasi kecelakaan pesawat yang terjadi akhir pekan lalu tersebut. Dia memastikan, pihaknya segera menginformasikan kepada publik jika CVR sudah ditemukan.

Dari lokasi operasi SAR di Perairan Kepulauan Seribu, Panglima Komando Armada (Koarmada) I Laksamana Muda TNI Abdul Rasyid Kacong yang memimpin langsung prajurit TNI AL bertugas di medan pencarian menyatakan, sejak pagi kemarin tim penyelam TNI AL sudah bekerja. Menjelang tengah hari, mereka berhasil mengangkat serpihan pesawat dan berbagai barang milik korban. Salah satunya KTP dan NPWP yang bertuliskan nama Indah Halimah Putri. ”Kami kumpulkan di atas sini,” kata dia di KRI Rigel-933.  

Sesuai keterangan yang disampaikan oleh Bagus, Rasyid menyebutkan bahwa upaya pencarian CVR belum berhasil. Namun, cangkang atau badan kotak hitam itu sudah mereka temukan. Itu sekaligus melengkapi temuan underwater locator beacon yang sudah diangkat bersamaan dengan flight data recorder (FDR).

"Tinggal kami cari memorinya, semua datanya ada di situ (memori CVR, red)," jelas perwira tinggi bintang dua TNI AL itu.

Dia mengakui ada beberapa kendala yang membuat pencarian CVR belum tuntas. Di samping underwater locator beacon sudah terpisah, jarak pandang di bawah permukaan laut kemarin turut menjadi kendala. Namun, itu tidak lantas menyurutkan semangat para penyelam TNI AL. Mereka berjanji terus berusaha mencari alat tersebut sampai ditemukan.

"Tapi, mohon kesabaran. Mudah-mudahan dua atau tiga hari ke depan kami bisa mendapatkannya," kata Rasyid.

Informasi yang diperoleh TNI AL dari KNKT, CVR tahan benturan. Sehingga mereka optimistis kotak hitam itu masih utuh dan tersembunyi di dasar laut. Sementara itu, BMKG yang turut membantu operasi SAR Sriwijaya Air yang berisikan 62 orang itu memprediksi pertumbuhan awan konvektif atau Cumulonimbus (CB) yang berpotensi mengganggu operasi penerbangan dalam waktu tujuh hari mendatang.

"Awan CB ini dalam dunia penerbangan sangat terkenal. Ibaratnya boleh dikatakan sebagai momok dalam dunia penerbangan sehingga harus diwaspadai," kata Deputi bidang Meteorologi BMKG Guswanto kemarin.

Daerah pertumbuhan awan konvektif ini terbagi menjadi 3 kategori yakni isolated (ISL), occasional (OCNL), dan frequent  (FRQ). Awan kategori ISL bisa memicu hujan dengan intensitas dibawah 50 persen. Kemudian OCNL dengan intensitas 50 hingga 75 persen serta FRQ dengan intensitas diatas 75 persen. Guswanto mengatakan pihaknya selalu mengirimkan update kondisi ini pada kru penerbangan. "Data ini valid kondisi 7 hari kedepan. Yang  kita waspadai potensi hujan intensitas 50-70 persen," katanya.  

Sebaran awan kategori OCNL bakal terjadi di Aceh, Sumut, Samudera Hindia bagian barat Indonesia, Sumsel, Lampung, Sebagian Besar Pulau Jawa, Perairan Pulau Jawa, NTB dan NTT, Kaltim dan Kalteng serta Papua bagian Barat, Tengah dan Selatan. Awan konvektif frequent (FRQ) bakal terkonsentrasi di Riau, Riau Kepulauan, Natuna, Bangka Belitung, dan Perairan Utara Halmahera. Sementara dalam data pertumbuhan potensi awan konvektif periode bulan Desember 2020 sampai Januari 2021, awan konvektif yang mengganggu penerbangan paling besar akan terkonsentrasi di wilayah udara provinsi NTB dan NTT.

Kemarin, KNKT sudah mengumumkan bahwa data-data dari FDR Sriwijaya Air yang hilang kontak dan jatuh di Perairan Kepulauan Seribu sudah berhasil diunduh. Mereka tinggal mencari tahu data apa saja yang tersimpan. Tentunya bagian paling penting yang berkaitan dengan penerbangan pesawat tersebut pekan lalu. Terpisah, niatan DPR untuk memanggil menteri perhubungan dan pihak-pihak terkait menyusul insiden Sriwijaya Air bakal ditunda sampai operasi SAR di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki selesai.

Anggota Komisi V Sigit Sosiantomo menyampaikan hal tersebut dalam diskusi terkait Sriwijaya Air kemarin. Dia menegaskan bahwa perlu ada pembahasan mengenai pengawasan kelaikan komponen pesawat. Menurut dia, usia pesawat seharusnya bukan masalah asalkan hasil pemeriksaan sudah tercentang seluruhnya dan dinyatakan laik jalan.

"Nggak ada masalah usianya berapa, tapi komponennya dan ukurannya adalah jam terbang. Mestinya sudah di-check list oleh regulator bahwa usianya sekian. Kita harus tanya ke pemerintah apakah disiplin melakukan kontrol itu," terangnya.

Meski demikian, Sigit pun berpendapat bahwa usia pesawat bisa dianggap berpengaruh terkait teknologi yang digunakan. Bisa jadi karena teknologi kurang update, maka sulit mendeteksi adanya kejanggalan dalam pesawat. Namun pendalaman dari sisi regulasi itu masih menunggu proses pencarian rampung agar tidak memecah konsentrasi pihak-pihak yang terlibat upaya pencarian.

"Kita tidak ingin mengganggu kerja Basarnas, tapi sebentar lagi kita akan undang mereka karena banyak pertanyaan," lanjut politisi PKS tersebut.(deb/syn/tau/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook