PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Fenomena sampah makanan (food waste) menjadi isu serius hingga level nasional maupun global. Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah makanan terbesar di dunia setelah Arab Saudi dan Meksiko.
Hal ini menjadi perhatian Pusat Studi ASEAN Universitas Riau (Unri). Berkolaborasi dengan I-YES Indonesia, lembaga ini menggelar diskusi kelompok terpumpun mengusung tema Persepsi Mahasiswa Unri Mengenai Pengaruh Perilaku Food Waste terhadap Sustainable Consumption and Production dalam ASEAN Socio-Cultural Community Blueprint 2025.’
Pada kegiatan yang digelar beberapa waktu lalu di Pekanbaru, panitia menghadirkan pembicara Co-Founder dan CEO Garda Pangan Eva Bachtiar, Dosen Hubungan Internasional Universitas Cendrawasih Dr Melyana Ratana Pugu MSi dan Rizky Rachmawati sebagai perwakilan Bappeda Riau.
Dalam diskusi tersebut Eva Bachtiar mengatakan, sampah makanan yang terbuang akan menjadi limbah dan menjadi sebuah permasalahan serius. Karena dapat menimbulkan berbagai kerugian, khususnya bagi lingkungan.
"Sampah makanan dapat menyebabkan pemanasan global karena sampah makanan dapat menghasilkan gas metana, di mana gas metana 25 kali lebih berbahaya jika dibandingkan karbon dioksida," ungkapnya.
Eva dan para narasumber memberikan pengetahuan baru bagi mahasiswa yang masih minim dengan dampak yang ditimbulkan dari sampah makanan. Dalam diskusi tersebut juga terungkap bahwa sisa makanan yang paling banyak dibuang adalah nasi, lauk makanan dan sayur.
Selvia Ranti, mahasiswa peserta diskusi itu mengapresiasi tema yang diangkat Pusat Studi ASEAN. Karena dirinya merasa selama ini masih sedikit yang membahas hal itu.
"Bahkan banyak teman-teman saya yang tidak sadar bahwa tidak menghabiskan makanan dapat memberikan dampak yang tidak baik terhadap lingkungan. Kegiatan ini memberikan saya pemahaman yang baru agar bisa secara sadar dan bijak lagi sebagai konsumen dalam mengelola makanan," ujarnya.
Lanjut Eva, upaya mengurangi sampah makanan harus digiatkan melalui penyelamatan makanan atau food rescue. Hal itu guna menyelamatkan potensi sisa makanan yang akan terbuang. Sampah makanan yang tidak layak masih bisa diolah menjadi kompos atau pakan ternak.
Pusat Studi ASEAN Unri sendiri berharap, diskusi tersebut bisa memberikan pemahaman bahwa semua pihak harus berpartisipasi dalam mengatasi sampah makanan ini. Tidak hanya dari pemerintah, tapi masyarakat, akademisi, kelompok-kelompok sampai individu-individu harus dapat berkerjasama dan peduli terhadap pentingnya untuk menjaga pola konsumsi.(end/c)