PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pencatatan nomor polisi (nopol) kendaraan konsumen yang membeli bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di SPBU ternyata tidak hanya untuk roda empat. Beberapa SPBU di Pekanbaru juga menerapkan kebijakan pencatatan nopol kendaraan roda dua.
Section Head Communication and Relation Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara, Agustiawan mengatakan, pemberlakuan pencatatan nopol sepeda motor sudah dilakukan di hampir seluruh SPBU di Pekanbaru. "Bersamaan waktunya dengan pemberlakuan pencatatan nopol roda empat,"ujarnya, Selasa (13/9).
Menurutnya, semua konsumen BBM bersubdisi tidak luput dari pendataan. Namun, bedanya, jika pendataan pada roda empat berlaku sekaligus untuk memantau kuota maksimal pembelian BBM subsidi harian, pada sepeda motor pelacakan tersebut tidak berlaku. "Semua pengguna BBM subsidi saat ini harus tercatat. Namun, saat ini belum ada pembatasan (untuk sepeda motor, red). Sementara ini pendataan saja,"ujar Agustiawan.
Meski tak diatur kuota maksimal harian untuk sepeda motor, namun menurut Agustiawan, pendataan nopol tersebut menjadi hal yang penting guna memastikan sasaran distribusi BBM bersubsidi sudah tepat. Ia juga berharap masyarakat bisa memaklumi dan mematuhi demi kenyamanan bersama. "Diharapkan konsumen tetap bijak dan tertib dalam menggunakan BBM subsidi agar semua konsumen dapat dilayani oleh petugas SPBU. Untuk menghindari antrean yang cukup panjang diharapkan kepada masyarakat kalangan mampu dapat menggunakan BBM nonsubsidi,"harapnya.
Pantauan Riau Pos, kebijakan pencatatan nopol konsumen sepeda motor yang menggunakan pertalite ini sudah berlaku di salah satu SPBU di Jalan Soekarno Hatta, Pekanbaru. Di sela antrean konsumen pemilik roda dua yang membeli pertalite, tampak petugas mencatat nopol kendaraan tersebut satu per satu.
Liana (21), salah seorang warga ikut mengantre dengan rentetan kendaraan sepeda motor lainnya di jalur yang telah diatur petugas SPBU. Saat itu, ia hampir kehabisan bahan bakar sepeda motornya sekitar pukul 18.00 WIB.
Ia berada di urutan paling belakang dari sekitar 11 sepeda motor di depannya yang antre untuk mengisi pertalite. Sepuluh menit selanjutnya sudah cukup banyak sepeda motor lain di belakangnya. Tercatat sebanyak tujuh sepeda motor ikut antre di belakangnya. "Busyet lama sekali antrenya. Petugas pakai catat nomor lagi (nopol kendaraan). Jadi bertambah lama antrenya,"ungkapnya.
Ia meski menunggu sekitar beberapa saat untuk mendapatkan giliran sepeda motornya diisi pertalite oleh petugas. Petugas juga tidak langsung mengisi di tanki sepeda motornya karena petugas lainnya masih mencatat nopol sepeda motornya. Setelah catat, petugas SPBU yang satu lagi mencatat setiap pembelian.
"Kita berikan uangnya dan ditanya berapa banyak. Petugas itu juga menyebutkan berapa banyak dibeli kepada petugas yang mencatat. Saya beli 25 ribu,"terangnya.
Lamanya antrean beli pertalite tidak hanya dikeluhkan Liana, tapi hampir semua warga yang antre saat itu. "Jadi tambah lama antrenya. Mau beli eceran tambah mahal. Jadi tambah susah saja masyarakat dibuat pemerintah,"tambah Pepi, warga lain yang ikut antre.
Pepi membeli pertalite sebanyak Rp25 ribu. Setelah diisi petugas, pertalite tidak memenuhi tangki sepeda motornya. "Biasanya sudah full, tapi sekarang gak. Rp30 ribu mungkin baru penuh. Susah sekali sekarang kalau sudah naik harga BBM seperti sekarang,"keluh ya.
Sementara masih ada tujuh sepeda motor lainnya yang antre menunggu diisi petugas. Tak ada satupun warga yang antre tersenyum. Raut muka mereka terlihat kesal dengan adanya kebijakan pencatatan nopol yang menambah lama antrean di SPBU ini.
Pembelian pertalite di SPBU ini mendapatkan pengawasan cukup ketat. Tidak seperti biasanya. Para petugas lainnya sibuk memberi batas antrean dengan tali agar tetap dua lajur untuk sepeda motor yang isi pertalite.
"Sudah diterapkan pakai catat nopolnya. Ya mau bagaimana lagi ini sudah ketentuannya. Harus bersabar untuk antre karena sedikit bertambah lama,"tutur petugas di SPBU itu.(azr/ilo)