PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Sejumlah fasilitas milik Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru tampak tak terawat. Salah satunya, pot bunga yang berada di bawah jalan layang (flyover) simpang Jalan Jenderal Sudirman-Jalan Imam Munandar. Pot-pot dibiarkan berserakan dan kosong tanpa bunga.
Berdasarkan pantauan Riau Pos, Selasa (11/6), belasan pot bunga di bawah flyover tepatnya di depan RS Syafira kosong. Hanya beberapa saja yang terisi. Itu pun tanaman tampak akan mati.
Kemudian, ada satu pot yang terguling begitu saja. Beberapa di antaranya bahkan dijadikan tempat sampah. Terdapat bekas bungkus rokok dan putung rokok, tisu serta sampah plastik lainnya.
Tidak hanya pot tanaman yang menjadi masalah. Tetapi, paving blok yang digunakan untuk lantai juga mulai terkupas. Letaknya dekat sudut-sudut pagar pembatas.
Berbanding terbalik, flyover yang berada simpang Jalan Tuanku Tambusai-Jalan Jenderal Sudirman. Bunga-bunga di sana tersusun rapi di dalam pot untuk memanjakan mata pengendara.
Salah seorang warga yang ditemui Riau Pos, Sugiono mengatakan, telah lama melihat hal tersebut. Tentunya, ia mengharapkan pemerintah dapat mengelola taman dengan baik, supaya pengunaan anggaran tidak sia-sia. ’’Sudah lama itu. Semoga saja bisa diurus, kan sayang sudah habiskan dana banyak,” ujarnya.
Terpisah, Kabid Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Pekanbaru Edward Riansyah saat dikonfirmasi, Selasa (11/6) mengatakan, pihaknya akan menurunkan personel ke lokasi untuk melakukan pengecekan. ’’Kami akan turunkan anggota mengecek dan membersihkan lokasi,’’ kata dia.
Pihaknya, sambung pria yang akrab disapa Edu ini, juga akan mendata berapa bunga di sana yang hilang. Dia menduga pot-pot tersebut kini kosong karena bunganya dicuri. ‘’Bunganya itu dicuri. Itu bunganya anting puteri. Mahal juga harganya,’’ imbuhnya.
Bunga-bunga di sana kata dia lagi baru ditanam sekitar dua sampai tiga bulan yang lalu. Pengecekan rutin dilakukan. ‘’Terakhir semingguan ini lah (dicek, red),’’ ungkapnya.
Kepada masyarakat, Edu mengimbau agar bisa ikut peduli dan menjaga bunga dan taman-taman yang ada di Pekanbaru. ‘’Kami berharap taman-taman serta bunga-bunga dan pohon-pohon yang sudah mulai secara bertahap kita pelihara dari pemerintah, masyarakat juga harus sama-sama menjaganya. Ini untuk kebersihan serta keindahan kota kita juga,’’ singkatnya.
Kritik Pemko
Sementara itu, pengamat perkotaan Mardianto Manan mengkritik pemerintah yang cenderung pengadaan pot hanya sebatas proyek saja. “Pemko hanya bisa membuat pengadaan, tapi tidak pandai merawat,” ujar Mardianto, Selasa (11/6).
Tidak hanya pot rusak dan patah saja. Tetapi, ia juga menemukan banyak tanaman yang hilang maupun mati. Sebab, tidak rutin melakukan penyiraman.
“Kalau tanaman itu kan benda hidup, harus dirawat,” sambungnya.
Kebiasaan Pemko yang hanya sibuk mengurusi proyek pengadaan pot, lanjut dia, bukan pertama kali terjadi. Akan tetapi, sudah berlangsung berulang kali.
“Contohnya, sepanjang Jalan Sudirman dulu banyak. Sekarang tidak ada lagi,” serunya.
Bahkan di tahun 2017 lalu, hampir seluruh jalan protokol hingga jalan-jalan kecil di Kota Pekanbaru ini, ungkap Mardianto, berjejer pot di sepanjang jalan. Namun kini, hilang satu persatu.
“Apalagi di bawah jalan layang, tidak semua tanaman bisa hidup di situ,” sambungnya.
Sebab, ada beberapa jenis tanaman yang membutuhkan cahaya langsung, dan ada pula yang tidak. Sehingga pemilihan bunga harus disesuaikan dengan lokasinya. Di antara itu, ada tanaman yang tidak cocok ditanam di bawah flyover, seperti bunga bougenville.
“Karena memerlukan cahaya penuh. Kalau perlu diletakkan di atas atap rumah,” ucapnya.
Secara tegas, ia menilai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru tidak pandai dalam menempatkan tanaman. Ada ruang yang boleh dan tidak boleh ditanami. “Taruh di bawah flyover, sulit hiduplah,’’ katanya.
Mendengar kabar akan adanya pengadaan pot kembali, Mardianto mengungkapkan, tidak ada gunanya, jika pemko tidak melakukan perawatan yang intensif. Tentunya diperlukan keseriusan dalam pembangunan dan berfikir dengan filosofi bahwa estetika keindahan itu dengan merawat tanaman. Apabila dibiarkan mati dan tidak terawat, jelas merusak keindahan.
“Berapa banyak di depan Mal SKA dulu tanaman dinding mati. Di Pattimura itu banyak sekarang pada mati, pot dibangun melingkar-lingkar dekat tugu keris juga tak sempurna. Karena keseriusan pembangunan untuk seni dan estitika tidak muncul di dalam hati penyedia tanaman, yang muncul dalam hatinya itu pengadaan proyek,” lugasnya.(*1/ali/yls)