Latif mengerjakan lahan semangkanya seluas satu hektare seorang diri. Mulai dari masa tanam hingga menuju panen. Terkadang jika tubuhnya lelah, ia mengupahkan orang untuk mengerjakan lahan perkebunannya. Beruntung, saat panen tiba, para petani semangka di wilayah sekitarnya menerapkan sistem gotong-royong dengan saling membantu untuk panen di satu lahan kebun semangka yang siap panen.
Dari kekompakan dan rasa persaudaraan antar petani semangka di wilayah ini lah, sharing pengalaman, permasalahan, perawatan, dan lainnya selalu didapat Latif. Untuk perawatan semangka, seluruh petani semangka yang ada di sekitar sini menggunakan bibit, pupuk dan perawatan yang sama. Antarpetani saling berbagi informasi terkait pertanian semangka, untuk penyuluhan dan bimbingan juga ada.
‘’Dari dinas, awal-awal dulu ada penyuluhan, sekarang sudah jarang. Kami seringnya berbagi informasi dengan sesama kelompok tani semangka, kadang juga ada mahasiswa pertanian dari Universitas Riau yang melakukan penelitian di sini yang sesekali memberikan kami masukan. Di sini kami semua satu tauke untuk penyedia bibit, pupuk dan perawatan lainnya. Tauke itu punya toko di Jalan Melati ini. Buah yang bagus diambil sama tauke untuk diproduksi dijadikan bibit. Jadi hasil kami semua itu akan sama, kalau bibit bagus, semua juga bagus, kalau nggak bagus berarti semua juga nggak bagus,” sebut Latif.
Kondisi cuaca yang ekstrem dan sering turun hujan lebat banyak mengakibatkan petani semangka mengalami gagal tanam. Ujar Latif, saat cuaca panas sangat tepat untuk melakukan persemaian bibit semangka. Terkadang ia juga pernah menunda persemaian bibit jika usai panen terjadi curah hujan yang tinggi, karena bibit yang akan disemai bisa terbuang percuma karena terbawa air.
‘’Saat panen pun begitu, jika curah hujan tinggi dikhawatirkan air menggenangi buah sehingga buah bisa cepat membusuk,’’ ungkapnya.(cr8/gem)
Laporan TIM RIAU POS, Tampan