DARI PELUNCURAN BUKU INSPIRASI RAJA KOPI

Kedai Kopi Tempat Turunnya "Ayat-ayat"

Pekanbaru | Rabu, 11 September 2013 - 10:27 WIB

Kedai Kopi Tempat Turunnya "Ayat-ayat"
Buku "Raja Kopi" Karya Mendrizal Nurdin

(RIAUPOS.CO) - Di antara harumnya aroma kopi dan denting gelas yang beradu dari adukan sendok, banyak persoalan yang kemudian diperbincangkan. Ditambah pula dengan kepulan asap rokok, seolah-olah segala hal yang dibincangkan bersumbu dari sebuah kedai kopi.

Peluncuran buku Inspirasi Raja Kopi karya Menrizal Nurdin di Kimteng Mal SKA pada Selasa (10/9), dikemas dalam suasana santai, akrab dan hiruk-pikuk perbualan dari undangan yang hadir.


Suasana layaknya kedai kopi tersebut tak hanya bersembang dan berbual biasa saja, akan tetapi untuk peluncuran serta membedah secara umum terkait dengan proses kreatif dari Menrizal selaku penulis buku.

Tampil sebagai pembuka kata, Kazzaini Ks yang dalam hal ini selaku Ketua Lancang Kuning Jurnalis Education (LKJE). Dalam kesempatan itu, Kazzaini menyebutkan peluncuran buku yang kedua karya Menrizal patut diapresiasi dengan baik.

"Tahun sebelumnya Menrizal menghasilkan sebuah buku berjudul, Kopi Panas dan sekarang berjudul naik tahta menjadi Raja Kopi. Mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi kita semua," ucap Kazzaini.

Dikatakan Ketua Umum DKR tersebut, tradisi minum kopi di kedai kopi sudah mengakar di masyarakat Riau. Kedai kopi menjadi tempat berbicang-bincang semua hal terlepas apa yang diperbincangkan benar atau tidak.

"Menrizal selaku penulis mampu memotret peristiwa hiruk-pikuk kedai kopi menjadikan tulisan yang menginspirasikan kita," tambah Kazzaini.

Senada dengan itu, Syaukani al Karim selaku pembicara tunggal dalam acara peluncuran tersebut menyebutkan, setelah abad ke-16, dunia diputar searah dengan putaran sendok di cangkir kopi.

Disebutkannya, kedai kopi adalah simbol moderasi, sebuah ruang tengah antara keheningan rumah ibadah dan keriuhan pasar. "Bagaimana pun sebuah perubahan dunia, banyak yang bermula dari kedai kopi," ucap budayawan dan sejarawan Riau tersebut.

Hal itu dipertegas oleh Syaukani dengan membeberkan sejarah kopi serta tokoh-tokoh ilmuan, seniman, budayawan dan filsuf yang ada didunia terkait, dengan ide-ide besar yang bermula dari perbincangan secangkir kopi di kedai kopi.

Salah satu di antaranya adalah Voltaire, seorang aktor renaissance dan humanisme. Disebutkan Syaukani, Voltaire adalah pengopi berat, dalam sehari ia bisa menghabiskan 40 sampai 71 gelas kopi.

"Bahkan ada kata yang populer keluar dari mulut Voltaire, lebih baik. Saya menderita minum kopi daripada kehilangan sense," cerita Syaukani.

Sementara itu, dipaparkan Syaukani di dunia Melayu, kedai kopi merupakan sumbu peradaban. Kedai kopi menjadi semacam gua. Tempat datang dan turun dan berhimpun segala "ayat dan kisah".

Segala hal diulas, diperdebatkan, dicarikan solusinya meski tidak jamin bahwa semua persoalan akan menjadi terang atau justru menjadi semakin absurd. "Menrizal dalam hal ini mencatat haruk pikuk kedai kopi menjadi sebuah suguhan inspiratif," ucap Syaukani.

Terkait dengan tulisan, Syaukani menyebutkan Menrizal mencapurkan teknik penulisan jurnalistik dalam bentuk baru. Dengan meramu bentuk esay dan cerpen. "Saya pun tidak tahu untuk menamakan jenis tulisan seperti ini," ucap Syaukani yang juga penyair Riau tersebut.

Sementara itu, Menrizal Nurdin menyampaikan ide dari buku yang diluncurkan merupakan hasil dari imajinasi beliau di mana tahun 2020 nanti akan ada kedai kopi yang letaknya di Jalan Jendral Sudirman, di antara riuh rendah dan haruk pikuk kota. Kedai kopi itulah yang diberi nama Raja Kopi.

"Di sanalah empat orang sahabat duduk berbincang-bincang akan banyak hal," ucap Menrizal yang sekarang menjabat sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan Riau Pos Group. Terkait dengan proses kreatifnya, Menrizal menuturkan semua hasil tulisan tidak ada teorinya, tetapi dari apa yang dipikirkan, itulah yang ia tuangkan dalam tulisan. Diakuinya, kebetulan kawan-kawannya dalam setiap pertemuan selalu di kedai kopi.  

Kemudian mereka berbincang dan berdiskusi ditambah baca buku. Dari sanalah terhimpun tulisan-tulisannya.

"Saya tak pernah berpikir apakah tulisan itu nanti bagus atau tidak yang jelas saya menulis. Ternyata apa yang dipikirkan sebelumnya, ketika masuk ke kedai kopi, ianya menjadi lebih berkembang," tegasnya mengakhiri.

Dalam kesempatan itu juga dilaksanakan penendatanganan cover buku oleh beberapa perwakilan tamu yang hadir, di antaranya dari Dewan Kesenian Riau, Riau TV, Yayasan Sagang, Sikari, Indah Kiat, STSR, dan lain-lainnya.(*6)


Laporan Lismar  Sumirat, Pekanbaru lismarsumirat@riaupos.co









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook