PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Memasuki musim penghujan, Kota Pekanbaru mulai bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi seperti banjir, angin kencang, maupun tanah longsor.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekanbaru Zarman Candra, Rabu (8/11), bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan. Bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.
Hal ini dilakukan setelah status siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang ditetapkan sejak 9 Februari 2023 lalu sudah berakhir per 31 Oktober lalu.
”Jadi untuk status siaga karhutla sudah kita lewati dan ekarang fokus kami ke status siaga hidrometeorologi yang bisa saja melanda Kota Pekanbaru,” ujarnya.
Lanjut Zarman saat ini, Pekanbaru memang tengah bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi seperti banjir, angin kencang, maupun tanah longsor. Hal itu seiring dengan terjadinya peralihan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan.
”Kalau memang hujan merata dan intensitas tinggi, kita akan tetapkan status siaga hidrometeorologi. Sekarang kita lihat perkembangan cuaca dulu,” jelas Zarman.
Ia menyampaikan, sejauh ini hujan yang mengguyur Kota Pekanbaru belum bersifat merata sehingga status siaga bencana hidrometeorologi belum ditetapkan.
”Sekarang memang sudah sering hujan, tapi belum merata. Kadang di utara hujan, timur tidak. Tapi yang penting kita tetap waspada,” ungkapnya.
Zarman juga mengimbau agar masyarakat di Kota Pekanbaru melakukan berbagai upaya mitigasi pencegahan hidrometeorologi di antaranya dengan memangkas daun dan ranting pada pohon-pohon besar, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan saluran air hingga sungai dan selalu memperbarui informasi prakiraan cuaca dari sumber yang kompeten yaitu BMKG Stasiun Pekanbaru.
”Hal ini harus kita lakukan guna meminimalisasi dampak bencana hidrometeorologi dapat menyebabkan hilangnya nyawa, cedera atau dampak kesehatan lainnya, seperti kerusakan harta benda, hilangnya mata pencaharian dan layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau kerusakan lingkungan,” katanya.(ayi)