PEKANBARU (RIAUPOS.CO)- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Riau akan menggelar acara bakti sosial bertajuk IDI Riau Medical Camp dengan mengusung tema "Cegah Stunting Itu Penting". Acara tersebut akan berlangsung 19-20 November 2022, berpusat di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupatan Kampar.
Ketua IDI Riau dr Zul Asdi SpB MKes MH menjelaskan, dalam kegiatan ini IDI Riau akan mengerahkan 1.000 dokter dan tenaga kesehatan (nakes) untuk mendukung kegiatan tersebut. Juga didukung IDI dari 12 kabupaten/kota di Riau, 35 perhimpunan dokter spesialis dan umum, seluruh rumah sakit di Riau, Dinas Kesehatan Riau, termasuk dari pihak swasta, yakni Pertamina.
"Acara ini akan menjadi kegiatan rutin IDI Riau. Salah satunya untuk meminimalisir stunting di Riau, terutama di pedesaan. Sebelumnya tahun 2018 kami juga mengadakan kegiatan ini di Siak. Namun setelah itu terjadi pandemi Covid-19 dan baru sekarang kegiatan ini kami selenggarakan lagi," kata Zul Asdi kepada Riau Pos di Pekanbaru, Selasa (8/11).
Dijelaskan alumni Fakultas Kedokteran (FK) Unand ini, seluruh dokter, nakes, dan pendukung kegiatan sudah berkumpul di Muara Takus pada Sabtu (19/11) untuk melakukan silaturahmi dengan Pemkab Kampar dan sesama nakes. Esoknya, Ahad (20/11), sebagian dokter dan nakes akan menuju Desa Balung, perbatasan dengan Sumatra Barat (Sumbar), dan melakukan kegiatan di sana, dan sebagian lagi tetap di Muara Takus.
"Di kedua desa itu kami melakukan kegiatan. Mulai dari penyuluhan kesehatan, pengobatan dengan masing-masing spesialis penyakit, diagnosa penyakit yang selama ini tak terlihat oleh masyarakat desa, memberikan rujukan terhadap penyakit yang diderita masyarakat, dan yang lainya. Kegiatan ini sengaja kami lakukan di desa-desa terpencil yang selama ini tak mendapatkan layanan kesehatan maksimal," jelas dokter yang baru saja menamatkan S-2 bidang hukum di Universitas Lancang Kuning (Unilak) ini.
Tentang mengapa Desa Balung menjadi prioritas dalam kegiatan ini, Zul Asdi menjelaskan bahwa desa yang terletak di perbatasan Sumbar itu selama ini tak tersentuh oleh pelayanan kesehatan yang memadai. Untuk mencapai desa itu, perlu 1.5 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dobel kabin.
Zul Asdi juga menekankan kepada pemerintah agar memperhatikan masyarakat kecil di Riau, salah satunya di pedesaan –terutama penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan— agar benar-benar mendapatkan layanan kesehatan secara maksimal. Dia berharap masyarakat di pedesaan sudah memiliki kartu BPJS Kesehatan yang aktif sehingga tak ada lagi kasus masyarakat tak bisa berobat karena tak punya kartu BPJS Kesehatan.
"Dalam Perpres No 18 Tahun 2018 sudah diatur tentang kewajiban negara memberi anggaran kepada masyarakat kategori PBI. Jangan sampai ada PBI yang drop out dari rumah sakit saat berobat karena ternyata tak dibayar pemerintah. Pemerintah daerah harus meyakinkan bahwa orang miskin bisa berobat dan mendapatkan pelayanan kesehata dengan baik dan maksimal," jelasnya lagi.(hbk/c)