HARAPKAN BANTUAN VAKSIN

Pengusaha-Petani Rugi Miliaran Rupiah

Pekanbaru | Kamis, 09 Februari 2023 - 09:33 WIB

Pengusaha-Petani Rugi Miliaran Rupiah
Para petani keramba mengangkat ikan yang mati karena virus KHV ke truk di waduk PLTA Koto Panjang, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kampar,  Sabtu (28/1/2023) lalu. (PETANI KERAMBA UNTUK RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Para pengusaha dan petani keramba di waduk PLTA Koto Panjang mengalami kerugian mencapai miliaran rupiah akibat ikan mati terserang Koi Herpes Virus (KHV). Ikan mati  mencapai sekitar 120 ton.

Pengusaha keramba di wa­duk PLTA Koto Panjang, Niko Ismi Caneka menjelaskan, kondisi sekarang ikan-ikan yang sehat sudah mulai makan. Kemarin, dikasih makan tidak mau makan dan mati.


''Saya saja ada sekitar 20 ton ikan yang mati  diakibatkan virus KHV. Ditaksir kerugian pengusaha dan petani keramba di waduk PLTA Koto Panjang ini mencapai miliaran rupiah,'' jelasnya, Rabu  (7/2).

Niko menjelaskan, penye­bab ikan mati ini karena cuaca sejuk dan matahari tidak nampak. Kalau suhu di bawah 30 derajat celcius air di waduk PLTA timbul virus KHV. Selama ini suhu di waduk PLTA tidak ada di bawah 30 derajat celcius.

''Suhu air di waduk PLTA tidak pernah di bawah 30 derajat celcius. Kemarin itu suhunya 28 derajat celcius jadi muncul virus KHV ini,'' jelas dia.

Niko menambahkan, kejadian virus KHV menyerang ikan-ikan keramba di waduk PLTA sudah lebih satu bulan. Yang parahnya sudah tahun baru kemarin. Pertama yang terkena virus KHV keramba di jembatan II, lalu menyebar sampai ke pintu waduk.

''Keramba yang di Sungai Kampar tidak terkena virus KHV. Ini yang mengherankan. Kami yang di sungai tidak terkena virus, sementara di waduk PLTA terkena virus KHV. Alhamdulillah sekarang petani keramba sudah mulai produksi,'' tambahnya.

Niko menambahkan, pekan ini sudah mulai memasukan bibit ikan di keramba. Kemarin dari Dinas Perikanan Kampar dan PLN Wilayah Riau Kepri sudah turun melihat kondisi di lapangan.

''Kami dari pengusaha dan petani berharap minta bantuan ke Dinas Perikanan Kabupaten Kampar divaksinasi induk ikan. Jadi anaknya sudah tahan virus. Kalau sempat terulang lagi sudah ada antisipasinya. Kami masih menunggu bantuan vaksin dari Dinas Perikanan,'' jelas dia.

Niko mengungkapkan, kalau dari PLN Wilayah Riau Kepri akan memasang tiang listrik sampai ke tengah keramba. Seluruh kerambah akan dibantu pemasangan  tiang listrik.

Masih Bisa Dikonsumsi
Dalam pada itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Riau dan pihak Karantina Ikan dan Pengujian Mutu (KIPM) Pekanbaru, kembali menemukan fakta baru penyebab kematian ikan di waduk PLTA Koto Panjang, Kampar. Di mana selain  terpapar Koi Herpes Virus (KHV), ternyata ikan mati juga dinyatakan positif bakteri Hydrophila.

Kepala DKP Provinsi Riau, Herman Mahmud mengatakan, pihaknya telah membahas hasil uji laboratorium terhadap sampel ikan yang mati di waduk PLTA Koto Panjang. ''Berdasarkan hasil pengecekan di laboratorium dan rapat bersama Badan Karantina Ikan, disimpulkan bahwa kematian ikan-ikan tersebut selain terpapar virus KHV, juga positif bakteri Hydrophila,'' katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya menduga, penyebab bakteri tersebut bisa saja dikarenakan terbawa oleh benih ikan yang dibawa dari luar daerah yang kurang bagus. Sehingga bakteri berkembang di keramba ikan.

''Kemudian bisa juga disebabkan bakteri karena tebar ikan terlalu tinggi. Misalnya daya tampung keramba hanya 1.000 benih ikan, namun yang dimasukkan 5.000 benih ikan. Itu asumsi kami diduga karena itu. Kemudian bisa juga karena banyaknya pakan-pakan di bawah yang tidak habis dimakan ikan itu menjadi amonia,'' tuturnya.

Disebutkan Herman, meskipun terpapar virus dan bakteri, namun ikan-ikan yang mati di waduk PLTA Koto Panjang tersebut masih bisa dikonsumsi. Pasalnya, virus dan bakteri tersebut hanya menjangkiti sesama ikan dan tidak berbahaya bagi manusia.

''Ikannya masih bisa dikonsumsi, karena virusnya tidak berbahaya bagi manusia,'' ujarnya.

Namun demikian, karena jumlah ikan yang mati terlalu banyak. Para petambak kesulitan untuk menjual ikan, karena selama ini petambak memanen ikan berdasarkan pesanan, dan yang banyak memesan ikan dari Provinsi Sumatera Utara.

''Selama ini yang banyak pesan ikan dari Sumatera Utara, dan saat dikirim kondisi ikannya hidup. Kalau mati seperti sekarang ini, sulit mengirimnya karena mudah rusak,'' sebutnya.(gem)

Laporan KAMARUDDIN dan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook