PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Setelah mengetahui penyebab kematian ikan di waduk PLTA Koto Panjang, Kabupaten Kampar akibat Koi Herpes Virus (KHV) dan bakteri hydrophila. Untuk sementara, kegiatan budi daya ikan di waduk tersebut dihentikan sementara.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Riau Herman Mahmud mengatakan, untuk penyebab KHV tersebut, bisa saja dikarenakan terbawa oleh benih ikan yang dibawa dari luar daerah. Virus tersebut akan semakin berkembang jika situasi disekitar waduk buruk.
''Karena itu, untuk memastikan virus dan bakteri di waduk tersebut sudah hilang. Budi daya ikan di waduk PLTA dihentikan sementara, penghentian budi daya ikan tersebut bisa hingga satu bulan,'' katanya.
Dijelaskan Herman, penghentian budi daya ikan di waduk PLTA Koto Panjang tersebut hanya dikhususkan untuk jenis ikan emas saja. Karena, bakteri dan virus hanya menyerang ikan emas saja.
''Yang dihentikan sementara budi daya hanya ikan emas saja, kalau ikan nila tetap. Karena bakteri dan virus itu hanya meyerang ikan emas saja,'' ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan ikan di waduk PLTA Koto Panjang kembali terserang virus. Ke depannya sudah disepakati bahwa benih ikan yang di tebar harus memiliki sertifikat (baik CPIB ataupun SKAI).
''Kemudian pembudidaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk PLTA Koto Panjang harus menerapkan Manajemen Cara budidaya ikan yang baik (CBIB),'' ujarnya.
Kemudian, petugas dari Dinas Perikanan Kabupaten Kampar dan Dinas Kelautan dan Provinsi Riau akan segera turun ke pembudidaya untuk menyampaikan cara budidaya ikan yang baik. Dilakukan penerapan biosecurity melalui posikandu untuk mendeteksi benih ikan sebelum di tebar di KJA PLTA Koto Panjang.
Selanjutnya juga membuat perda zonasi dan melegalkan usaha budidaya ikan di Waduk PLTA Koto Panjang. Membuat kalender prediksi untuk mengetahui waktu adanya serangan penyakit. Menganjurkan ke pembudidaya untuk memberikan imunostimulan ke ikan budidaya sebagai peningkatan daya tahan tubuh bagi ikan.
''Melakukan inovasi dengan membuat aerasi sebagai suplai oksigen di KJA. Menerapkan akuakultur degan pendekatan ekosistem (ADPE). Padat tebar harus Sesuai dengan SNI dan menyurati Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatra Barat terkait dengan sumber benih penyakit,'' paparnya.(sol)