Penyakit Ngorok Diduga dari Ternak Baru Masuk

Pekanbaru | Selasa, 08 November 2022 - 08:37 WIB

Penyakit Ngorok Diduga dari Ternak Baru Masuk
FARALINDA SARI (ISTIMEWA)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO)- Untuk memastikan penyebab penularan penyakit ngorok pada hewan ternak yang ada di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), tim dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau sudah melakukan investigasi langsung ke lokasi ternak yang banyak ditemukan terpapar penyakit ngorok.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau Herman melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan Faralinda Sari mengatakan, dari hasil investigasi tersebut diketahui  peternak ada memasukan ternak baru ke dua kecamatan di Rohul tersebut. Hal tersebut yang diduga menjadi penyebab penyebaran penyakit ngorok di Rohul.


"Setelah dilakukan investigasi, peternak mengaku ada memasukkan ternak baru. Hal tersebut yang diduga menjadi penyebab penularan penyakit ngorok, kemungkinan ternak baru itu sudah terpapar penyakit ngorok sebelumnya," katanya.

Karena itu, untuk mengantisipasi agar penyakit ngorok tidak terus menyebar di Rohul, pihaknya bersama pemerintah daerah setempat untuk sementara mengisolasi daerah yang sudah terpapar penyakit ngorok tersebut. Selain tidak diperbolehkannya ternak keluar masuk wilayah tersebut, arus orang masuk juga dibatasi.

"Jadi kalau orang mau berwisata, kendaraannya tidak boleh masuk hingga ke pinggir sungai atau di lokasi gembala ternak. Tapi hanya di luar kawasan wisata," sebutnya.

Sementara itu, saat ditanyakan apakah ada ganti rugi terhadap ternak yang mati akibat penyakit ngorok, dikatakan Fara hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi untuk ganti rugi tersebut.

"Kalau untuk ganti rugi ternak mati akibat penyakit ngorok ini belum ada informasi. Yang baru ada itu untuk ganti rugi ternak yang mati akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, masyarakat yang ada di Kabupaten  Rohul digegerkan dengan ditemukannya adanya hewan ternak jenis kerbau yang mati mendadak. Ratusan kerbau tersebut mati diduga karena terserang penyakit ngorok atau Sepricaemia Epizootica (SE).

"Kami baru dapat laporan hewan ternak mati di Rohul. Penyebabnya sama dengan yang di Kabupaten Kampar, kena SE atau sapi ngorok," kata Faralinda.

Menurut Faralinda, upaya pencegahan untuk penyakit SE ini yakni dilakukan dengan memberikan vaksin. Namun, fakta dilapangan saat ini masih banyak peternak yang enggan hewan ternaknya untuk di vaksin.

"Mungkin karena selama ini belum ada kasus ngorok yang tinggi seperti saat ini. Tapi sekarang kan kasus kematiannya ternak cukup tinggi, sampai 90 persen," sebutnya.

Karena itu, pihaknya mengimbau agar para peternak lebih memperhatikan ternaknya. Jika ada ternak yang mengalami sakit, hendaknya ditempatkan dikandang yang terpisah agar tidak menularkan kehewan ternak lainnya.

"Karena penularan penyakit SE ini juga cepat, terutama dari cairan tubuh ternak. Jadi jika ada ternak yang sakit, hendaknya ditempatkan dikandang saja, jangan digembala apalagi dijual," imbaunya.(sol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook