PEMDA HARUS UBAH STRATEGI PENANGANAN COVID-19

Putus Penularan, Percepat Tracing Kontak

Pekanbaru | Rabu, 07 Oktober 2020 - 09:10 WIB

Putus Penularan, Percepat Tracing Kontak
Sebanyak 17 WNI dan 90 WNA yang jadi anak buah kapal (ABK) di kapal pesiar MV Costa Mediterania menjalani tes swab saat tiba di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/10/2020). Para ABK akan dikarantina di Hotel Mercure Batavia selama 14 hari. (FEDRIK TARIGAN/JPG)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan dr Mariya Mubarika meminta agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau bersama kabupaten/kota untuk mempercepat proses tracing kontak pasien positif Covid-19. Hal tersebut untuk mempercepat memutus rantai penyebaran Covid-19.

"Jadi tracing kontak pasien itu harus cepat dilakukan, bisa ketika pasien masih berstatus suspect langsung di-tracing. Hal ini dilakukan supaya penularan Covid-19 bisa lebih cepat lagi terputus, jadi strategi itu harus diubah. Jangan lagi ketika ada kasus baru bergerak melakukan tracing," pintanya.


Dikatakan Mariya, sebenarnya Covid-19 bisa dihilangkan dari suatu daerah. Kuncinya, masyarakat kompak menjalankan protokol kesehatan selama 14 hari atau dua pekan.

"Kalau selama dua pekan kita kompak menerapkan protokol kesehatan, maka virus coronayang ada di Riau ini akan hilang semua. Jadi bisa dilihat video-video di Wuhan saat ini. Mereka sudah berhasil mengeradikasi virus dengan protokol kesehatan saja," katanya usai rapat bersama Satgas Covid-19 Riau di Gedung Daerah, Pekanbaru, Selasa (6/10).

Lebih lanjut dikatakannya, penyebaran Covid-19 yang terjadi di tengah-tengah masyarakat saat ini akibat dari masih tidak  disiplinnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. 

"Termasuk bagi OTG (orang tanpa gejala, red) positif Covid-19 yang seharusnya mengkarantinakan diri tetap bebas keluar, tanpa ada kesadaran virus tersebut akan menyebarkan kepada orang terdekat," sebut Mariya.

Untuk itu, ia menegaskan terhadap OTG tersebut, harus ada kesadaran dari diri sendiri untuk bisa melakukan karantina atau isolasi mandiri. Karena bagi OTG, virus akan lebih cepat mati karena imunitas tubuh. 

"Sedangkan bagi yang memiliki gejala, virus akan bisa mati dalam kurun waktu dua sampai tiga minggu. Untuk itu, jika OTG patuh jalani isolasi mandiri dan yang bergejala dirawat intensif, tidak akan terjadi penularan lagi. Maka tidak ada lagi saudara kita yang meninggal akibat Covid-19," ujarnya.

Sementara itu Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan, dalam penerapan protokol kesehatan tersebut, saat ini memang masih ada masyarakat yang tidak mempedulikannya. Untuk itu, pihaknya menyusun peraturan daerah (perda) terkait penerapan protokol kesehatan.

"Bisa kita lihat contohnya di Pekanbaru, kalau pagi-pagi di pasar Sukaramai itu masih banyak yang tidak menggunakan masker. Untuk itu kami buat perda untuk sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan," katanya.

Sembari menunggu perda tersebut selesai, lanjut Gubri, pihaknya sebelumnya juga sudah membuat Peraturan Gubernur (Pergub) terkait sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan. Pergub tersebut bisa digugat oleh kabupaten/kota yang belum memiliki aturan serupa.

"Jadi untuk penerapan protokol kesehatan ini, kami terus berusaha untuk membuat payung hukumnya. Sembari terus melakukan upaya pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19 dengan mempercepat proses tracing pasien positif," sebutnya. 

Sementara itu kemarin di Riau terdapat 131 kasus positif baru, 175 sembuh dan orang meninggal dunia. Total kasus positif di Riau mencapai 8.832 orang, sembuh 5.439 dan meninggal 197.

Satu Pasien Positif di Dumai Meninggal 

Kasus pasien positif Covid-19 dinyatakan meninggal dunia di Kota Dumai Dumai bertambah. Selasa (6/10), tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai mengkonfirmasi adanya penambahan satu pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Dengan penambahan satu pasien positif meninggal tersebut, total di Dumai sudah 18 orang meninggal.

"Pasien yang meninggal berinisial ZH (60) berjenis kelamin laki-laki. Pasien meninggal Senin (5/10) malam," ujar Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai dr Syaiful.

Syaiful mengatakan pasien meninggal tidak murni karena Covid-19, namun pasien memang memiliki penyakit lain yang sudah cukup parah. 

"Pada waktu bersamaan pasien juga terpapar Covid-19," ujar mantan Direktur RSUD Kota Dumai itu.

Ia mengatakan pasien sudah dikebumikan secara protokol kesehatan Covid-19. "Alhamdulillah sejauh ini masih aman, pihak keluarga bisa menerima penjelasan tim Gugus Tugas," sebutnya.

Selain itu, kemarin (6/10) ada penambahan kasus Covid-19 sebanyak 13 kasus, namun kabar baiknya untuk kasus sembuh lebih banyak tercatat ada 30 pasien positif yang dinyatakan sembuh. 

"Dengan demikian total kasus positif Covid-19 di Kota Dumai berjumlah 874 dengan rincian 330 isolasi mandiri, 23 dirawat di RSUD Kota Dumai, 18 meninggal dunia dan 503 kasus sudah sembuh," terangnya.

Untuk itu, dirinya mengingatkan kepada masyarakat Kota Dumai jika pandemi Covid-19 ini belum berakhir. 

"Memang secara statistik kasus di Kota Dumai mulai landai, namun zona penuluran di Kota Dumai masih zona merah," terangnya.

Siapkan Ruang Isolasi Alternatif 

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rokan Hulu (Rohul) telah menyiapkan ruangan isolasi alternatif untuk penanganan pasien terkofirmasi positif Covid-19. 

Khususnya OTG di Rohul. Salah satu tempat yang akan dijadikan sebagai ruang isolasi adalah eks Klinik Medical Estu di Kecamatan Ujung Batu dengan kapasitas 15 tempat tidur.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook