(RIAUPOS.CO) - DRIVER Go-Car Pekanbaru kompak off bid atau mogok beroperasi. Bahkan ada di antara driver yang memilih untuk mogok makan. Aksi ini adalah buntut dari penurunan bonus yang ditetapkan manajemen PT Go-Jek Indonesia.
Ratusan driver Go-Car memarkirkan mobilnya di Jalan Sudirman, tepatnya depan kompleks perkantoran Sudirman Square, Pekanbaru. Aksi yang dilakukan pada Senin (6/8) pagi itu, sempat membuat kemacetan panjang.
Para driver Go-Car berkumpul di halaman Kantor Go-Jek Pekanbaru. Mereka melakukan aksi damai, menuntut agar nilai bonus mereka kembali dinaikkan. Mereka menolak adanya penurunan bonus.
Penurunan bonus atau sudah dilakukan sejak Sabtu (4/8) lalu. Di mana, sebelumnya bonus yang diterima para driver mencapai Rp220 ribu per hari. Namun sekarang, turun menjadi Rp90 ribu. Penurunannya drastis. Lebih 50 persen.
“Dulu, 7 poin bonusnya Rp70 ribu, 12 poin Rp150 ribu. Totalnya Rp220 ribu. Tapi sekarang, sejak Sabtu lalu turun. Kalau kami dapat 5 poin, cuma Rp40 ribu. 12 poin, Rp50 ribu. Jadi totalnya Rp90 ribu,” kata Zulsepti, seorang driver Go-Car yang juga koordinator aksi.
Baginya, bonus Rp90 ribu itu sangat merugikan. “Ini sangat merugikan. Sangat tidak masuk akal bagi kami sebagai mitra Go-Car untuk menerima insentif demikian. Belum lagi potongan tetap 20 persen dari ongkos konsumen,” sebutnya.
Apalagi, kata dia, penetapan penurunan bonus tersebut tanpa adanya persetujuan dari driver sendiri. Kebijakan PT Go-Jek Indonesia, hanya dibuat sepihak, tanpa melibatkan mitra. “Ini adalah mata pencarian kami. Berat bagi kami menerima nilai segitu,” kata Zulsepti.
Bonus senilai Rp90 ribu itu, katanya, di bawah kewajaran. “Sudah tidak manusiawi lagi ini,” kata dia.
Para driver Go-Car Pekanbaru ini, juga telah melakukan pertemuan dengan pihak manajemen Go-Jek Pekanbaru. Namun belum ada hasil. Mereka pun membuat petisi, yang berisi 14 poin.
Pertama, mereka meminta insentif kembali ke jumlah semua dan menolak penurunan insentif itu. Kedua, meminta untuk menyeimbangkan penurunan insentif dengan tarif yang ada, atau tarif dinaikkan.
Ketiga, driver meminta untuk tidak ada pemutusan mitra (PM), tapi jika ada kecurangan diganti dengan penurunan insentif. Keempat, meminta adanya amnesti terhadap driver yang sudah di-PM. Kelima, mitra ingin sama-sama menguntungkan antara Go-Jek dengan mitra Go-Car.
Keenam, jika Go-Jek tak mampu membuka operasional di Pekanbaru, lebih baik ditutup saja. Ketujuh, meminta untuk potongan 20 persen diriilkan dan meminta kelebihan yang selama ini diambil untuk dikembalikan.
Kedelapan, tarif Rp4.000 yang ada di Pekanbaru sepertinya tidak akurat dengan harga yang tertera di aplikasi. Kesembilan, pola suspend di Go-Jek diperjelas. Sepuluh, Ops Manager Go-Jek Pekanbaru harus bisa membuat keputusan dan perpanjangan tangan terhadap permasalahan yang ada di Pekanbaru.
Kesebelas, mitra merasa diusik dengan Go-Jek karena dianggap seperti bukan mitra. Kedua belas, dilakukan pembatasan jumlah driver yang ada di Pekanbaru. Ketiga belas, mitra akan melakukan off bid sampai mendapatkan jawaban.
Terakhir, mitra meminta solusi terhadap permasalahan yang ada di Pekanbaru, dan ada keputusan juga jawaban secepatnya dalam 1x24 jam. Jika tidak ada tanggapan, mitra akan melakukan aksi yang lebih besar dan terorganisir.
“Kami harap, manajemen di Pekanbaru bisa menyampaikan aspirasi kami ke pihak pusat. Kita ingin bisa terealisasi secepatnya,” ujarnya.
“Jika tuntutan kami tak direalisasikan dalam 1x24 jam, maka akan ada gerakan yang lebih besar dan teroganisir. Bisa kami buat dalam skala nasional. Sebelum ada keputusan, kami off bid (tidak beroperasi, red),” kata Zulsepti.
Mogok Makan
Berbeda dengan driver Go-Car lainnya, Don Marza (45), tak hanya memilih off bid, tapi juga mogok makan. Itu adalah bentuk protesnya atas kebijakan PT Go-Jek Indonesia menurunkan bonus.
Dia berjanji akan mogok makan sampai tuntutan mereka dikabulkan. “Saya pribadi, akan mulai mogok makan sampai tuntutan dikabulkan. Insya Allah. Mohon dukungan rekan-rekan dari media agar dilindungi dan tidak diganggu oleh pihak-pihak lain yang ingin menggagalkan ini,” ujar dia.
Dia berharap, agar tuntutan mereka segera dikabulkan. “Semoga Allah mendengar doa kami, dan mengabulkan apa tuntutan kami. Mudah-mudahan tuntutan kami ini bisa secepatnya dipenuhi. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di Pekanbaru,” ujarnya.
Dia nekat untuk mogok makan, karena dia betul-betul menggantungkan sumber ekonominya sebagai driver Go-Car. Tak ada pekerjaan lainnya. Hanya dia yang bekerja untuk menghidupi anak istrinya.
Apalagi, saat ini mobilnya masih membayar kredit mobil. Penurunan bonus ini, membuatnya khawatir tak mampu membayar kredit setiap bulan. “Kalau ongkos dari penumpang, itu biaya keluarga dan minyak mobil. Kalau dihitung dari sistem bonus, Rp90 ribu itu tak mencukupi bagi kami untuk bayar kredit,” ujarnya.
Tak hanya dia yang bernasib seperti itu. Bahkan, 90 persen driver Go-Car di Pekanbaru, juga harus menyicil kredit mobil. “Kalau bonus tetap seperti ini, lebih dari separuh mobil kami ditarik leasing,” ujar Don Marza.
Tak hanya itu yang menjadi keluhan baginya. Tarif penumpang juga sangat rendah. Bahkan, ada tarif yang mencapai Rp5.000. “Rp5.000 itu, untuk minyak saja tak tertutup. Apalagi untuk menutup kredit mobil,” ujar dia.
Dikonfirmasi, Vice President Corporate Communication Go-Jek Michael Say menghargai aspirasi yang disampaikan mitra mereka, driver Go-Car. ‘’Kami sangat menghargai aspirasi yang diungkapkan oleh mitra kami. Go-Jek selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik demi kesejahteraan mitra. Kami selalu terbuka dan mendengarkan masukan dan aspirasi yang membangun demi kebaikan bersama,’’ katanya, kemarin.
Ia juga menjelaskan bahwa sistem tarif akan selalu disesuaikan dengan kondisi pasar. Hal ini supaya mitra Go-Jek memiliki daya saing dan menjadi pilihan utama masyarakat.
‘’Kami selalu membuka ruang diskusi dua arah antara pihak mitra pengemudi dan manajemen,’’ sebutnya mengakhiri.(dal/rir/yls)