NEW YORK (RIAUPOS.CO) – Para pegawai The New York Times menggelar aksi pada Kamis (8/12). Mereka memilih mogok kerja. Itu adalah pemogokan terbesar sejak 1970-an pada harian yang berbasis di New York City, AS, tersebut.
Mereka yang terlibat mogok mencapai sekitar 1.100 orang, yakni para anggota serikat pekerja di perusahaan media tersebut. Salah satunya adalah kritikus film A.O. Scott.
Pemogokan terjadi karena pembicaraan antara pihak serikat pekerja dan perusahaan tidak membuahkan hasil. Sejak kontrak sebelumnya berakhir pada Maret 2021, kedua belah pihak berselisih mengenai berbagai masalah. Misalnya seperti gaji awal, kenaikan upah, kebijakan pensiun, perawatan kesehatan, serta pekerjaan jarak jauh.
Perusahaan setuju untuk kenaikan gaji yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan sebelumnya. Itu termasuk jaminan kenaikan sekitar tiga persen pada 2023 dan 2024 dan membatalkan proposal untuk menghapuskan pensiun serta beberapa perubahan lainnya.
’’Proposal itu menunjukkan iktikad baik kami untuk menyelesaikan masalah di meja perundingan,” bunyi e-mail Wakil Direktur Pelaksana The New York Times Cliff Levy yang dikirimkan kepada para pegawai Selasa (6/12).
Usulan perusahaan itu tidak memuaskan serikat pekerja. Mereka ingin gaji awal dipatok USD 65 ribu (Rp1,1 miliar) dan ada kenaikan gaji sebesar 5,5 persen pada 2023 dan 2024. Tawaran dari perusahaan belum mampu menutupi kenaikan biaya hidup.
’’Sewa saya naik 8 persen tahun lalu. Apa gunanya kenaikan 2,8 persen bagi saya, terutama ketika perusahaan menghabiskan begitu banyak uang untuk gaji eksekutif, pembelian kembali saham, dan dividen?’’ ujar Andrea Zagata, staf editor senior, seperti dikutip BBC.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman