Keterbatasan Anggaran Bukan Jadi Alasan

Pekanbaru | Selasa, 07 Januari 2020 - 08:24 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Kondisi Masjid Agung Madani Islamic Center Rokan Hulu (Rohul) dalam kondisi memprihatikan. Keterbatasan keuangan daerah bukan menjadi suatu alasan untuk memberikan dana bantuan operasional dan perawatan terhadap bangunan megah senilai ratusan miliaran rupiah.

Pembanguan Masjid Agung Madani ini digagas oleh Bupati Rokan Hulu kala itu H Drs Achmad MSi. Mulai dibangun sejak 2008, masjid ini dibangun di atas lahan seluas 22 hektare dengan luas bangunan mencapai 15.800 meter persegi. Setelah sekitar 2 tahun masa pengerjaan, Masjid Agung Madani Islamic Centre Rokan Hulu untuk pertama kali diresmikan sekaligus dioperasikan penggunaannya pada Jumat, 6 Agustus 2010.


Masjid yang menelan APBD Kabupaten Rohul sebesar Rp502 miliar dihiasi dengan berbagai kaligrafi serta lampu gantung seberat 2 ton, terbuat dari pelat kuningan dari Italia, dan batu mulia dari penjuru Indonesia. Yang menarik, tiap pintu masjid memiliki namanya sendiri. Pintu Babussalam untuk pintu utama, pintu Khodijah untuk pintu kanan, dan pintu Aisyah untuk pintu bagian kiri.

Lalu, pada bagian selatan, pintu utama bernama Aisyah I, pintu kanan Usman bin Affan, pintu kiri Umar bin Khatab. Dilengkapi dengan kubah masjid berdiameter 25 meter dan tinggi 55 meter, empat menara dengan tinggi masing-masing 66,66 meter, dan menara utama setinggi 99 meter, Masjid Agung Madani menjadi masjid termegah kebanggaan masyarakat Riau.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, masjid itu tengah dalam kondisi memprihatikan. Ini sebagaimana dikatakan anggota DPR RI Dapil Riau Drs Ahmad Msi. "Yang jelas, masjid itu aset daerah. Sudah diinvestasikan melalui APBD Rohul, ratusan miliar untuk pembangunannya. Tapi, kondisinya saat ini memprihatinkan," ujar Ahmad kepada Riau Pos di Balai Serindit, Senin (6/1).

Atas kondisi itu, utarakan Ahmad, dirinya telah beberapa kali menyampaikan ke Pemkab Rohul agar merawat serta menghidupkan kembali masjid itu. Karena menurutnya, masjid tidak hanya menjadi sebagai tempat beribadah, melainkan sebagai tempat menyelesaikan persoalan umat, tempat pembentukan akhlak serta pusat peradaban umat.

Namun, sayangnya sebut dia, tidak pernah digubris oleh Pemkab Rohul. "Tapi ini tidak pernah digubris, dengan alasan tidak ada dana. Dana ini kan tergantung kebijakan kepala daerah. Jadi, tidak ada alasan soal anggaran, itu semua bisa. Kenapa waktu saya menjabat bupati, itu bisa saya lakukan. Ini tergantung komitmen dan konsistensi dari kepala daerah, itu yang kita harapkan," sebut politisi Partai Demokrat itu.

Pemimpin boleh datang dan pergi, ditambahkan mantan Bupati Rohul, tapi sistem yang telah dibangun hendaknya dilanjutan serta diperbaiki ke arah yang lebih baik lagi, bukan seperti saat ini. Karena di Masjid Agung Islamic Center juga terdapat lembaga pendidikan SMP Tahfiz, SMA serta perguruan tinggi yang menjadi tempat pendidikan dan pembentukan akhlak generasi muda.

"Kita sudah membangun sistem. Pimpinan boleh datang dan boleh pergi, ini mesti diperhatikan dan dibenahi bukan seperti sekarang diabaikan," keluhnya.

Dikatakan di masa kepimpinannya, masjid itu menjadi masjid terbaik di tingkat nasional bahkan menjadi ikon di Sumatera. Lanjut Ahmad, bangunan tersebut turut menjadi objek wisata religi bagi masyarakat Riau maupun luar Riau.

"Jika dikelola dengan baik, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Sewaktu saya menjabat tahun 2016, pengunjung di sana mencapai 1,2 juta orang. Anggap saja satu orang membelanjakan uangnya Rp200 ribu, berapa putaran uang di sana," jelasnya.

Lanjut Ahmad, pihaknya sudah banyak dihubungi warga Rohul maupun luar Rohul menyampaikan kondisi masjid yang saat ini. Lantaran tidak ada perhatian dari Pemkab Rohul. "Kita sudah sampaikan ke Pemkab agar memberikan bantuan operasional, tidak rugi pemerintah karena defisit angaran. Karena agama mendatang kesejukan. kesejahterahan dan kedamaian. Jadi agama tidak holeh diabaikan," tegas Ahmad.(rir)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook