PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kosmetik ilegal yang diduga berbahaya, masih banyak dijumpai di Riau. Buktinya, ada ribuan kosmetik dari berbagai jenis yang berhasil disita oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru.
Ribuan kosmetik yang disita itu, adalah hasil razia dalam sepekan terakhir. Kalau diuangkan, nilainya mencapai Rp1 miliar.
“Kosmetik yang disita kalau ditaksir nilainya mendekati Rp1 miliar. Kalau dari sisi jumlah tentunya ada ribuan kosmetik,” kata Kepala BBPOM Pekanbaru Mohamad Kashuri saat dijumpai di Kantor Gubernur Riau, Rabu (5/12) siang.
Kashuri mengatakan, tangkapan ribuan kosmetik itu merupakan hasil pemeriksaan petugas BBPOM. Baik dalam operasi rutin maupun operasi yang sifatnya dadakan.
“Jadi dari sepekan lalu kita laksanakan aksi penertiban pasar kosmetik. Jadi petugas kami melakukan sidak atau pemeriksaan, baik secara rutin dan mendadak. Kita bersihkan kosmetik-kosmetik yang tak aman di Provinsi Riau. Beberapa temuan sudah kita catat, hasilnya akan kita rilis Jumat besok,” ujarnya.
Atas temuan itu, Kashuri mengimbau kepada masyarakat dalam menggunakan kosmetik agar menjadi konsumen yang cerdas.
“Tentu berdasarkan kebutuhan, apakah perlu atau tidak menggunakan kosmetik sebelum membeli,” ujarnya.
“Jangan dipaksakan ingin pakai kosmetik terus. Kalau memang kosmetik menjadi kebutuhan, maka beli kosmetik yang resmi. Sehingga ketika ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi kita bisa komplain,” pesannya.
Kemudian, dia mengingatkan agar masyarakat dapat memastikan kosmetik yang dipakai ada nomor izin edarnya yang ada BPOM-nya. Lalu, kata Kashuri, yang perlu dipahami adalah kosmetik bukan untuk menyembuhkan atau obat, tapi sifatnya penampilan bodi.
“Kalau ada kosmetik ada klaim bisa menyembuhkan dalam waktu satu atau dua hari muka bisa kinclong, maka masyarakat harus cerdas karena kemungkinan ada bahan berbahaya di kosmetik itu,” ujar dia.
Untuk itu, Kashuri memberi tips, sebelum membeli kosmetik, cek kemasan pastikan tidak rusak, cek label produk, cek izin edar, kedaluarsa, dan cek keterangan produk karena tak semua orang cocok dengan kosmetik yang dibeli mungkin ada elergi.
“Jadi sebelum dipakai harus dicoba di bagian yang tak tampak seperti tangan,” katanya. Tak hanya itu, Kashuri juga berharap agar masyarakat berpartisipasi melaporkan kosmetik yang tak aman ke BPPOM. Karena petugas BPPOM maupun pemerintah cukup terbatas untuk mengawasi lubang-lubang kosmetik ilegal.
“Apalagi saat ini penjualan kosmetik melalui online sangat banyak, maka kita imbau dapat menjadi konsumen cerdas dan pastikan kosmetik yang dibeli benar-benar aman,” ujar dia.(dal)