Harga Cabai Tembus Rp110 Ribu per Kg

Pekanbaru | Selasa, 06 September 2022 - 11:38 WIB

Harga Cabai Tembus Rp110 Ribu per Kg
Warga berbelanja Cabe merah di Pasar Pagi Arengka, beberapa waktu lalu. (MHD AKHWAN/RIAU POS)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Kenaikan harga BBM subsidi yang sudah berlangsung selama dua hari semakin membuat gejolak harga pada sejumlah keperluan pokok di Pekanbaru, terutama cabai merah yang menembus Rp110 ribu per kilogram (kg).

Pantauan Riau Pos, Senin (5/9) di Pasar Dupa dan Pasar Kodim sejumlah harga komoditas seperti cabai merah mengalami lonjakan harga dari sebelumnya Rp90.000 per kilogram (kg) kini naik menjadi Rp110.000 per kg.


Begitu pula pada telur ayam ras yang kini dijual seharga Rp68.000 per papan.

Sementara itu, harga beras anak daro juga mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp2. 000 per kg kini naik menjadi Rp13. 500 per kg.

Salah seorang pedagang, Dian, mengaku kenaikan harga barang seperti cabai yang kini tembus Rp110.000 per kg sudah mulai beberapa hari yang lalu saat isu kenaikan harga BBM mulai beredar.

Tak hanya itu, kondisi cuaca yang kurang bagus di sejumlah daerah pemasok juga menjadi penyebab kenaikan harga cabe yang berlangsung secara bertahap. Bahkan kini produk cabai yang ada, kualitas tidak terlalu bagus sehingga mau tidak mau para pedagang harus menyortir ulang cabai yang mereka beli dari para pengepul.

"Naiknya bertahap dari Rp65.000 per kg, dan sekarang malah balik lagi seperti waktu sebelum Idulfitri yakni Rp110.000 per kg. Apa tidak bingung kami jualnya. Barang yang datang pun banyak rusaknya daripada yang bagus untuk dijual," ujarnya.

Menyikapi banyak barang yang rusak akhirnya ia pun memilih untuk menjual murah cabai yang sudah disortir agar tidak mengalami kerugian yang cukup besar. "Kan rusaknya tidak terlalu parah, jadi dijual saja sekitar Rp65.000 sekilo," ujarnya.

Ia berharap pemerintah segera dapat menstabilkan kembali harga cabai yang mulai mengalami kenaikan karena akan berdampak pada sulitnya para pedagang memperoleh pasokan cabai karena harganya yang mahal.

"Kalau biasanya kami ambil lima karung, tapi sekarang dikurangi dua karung saja. Kalau habis baru ambil lagi. Kalau harga mahal seperti ini tak bisa pula kita paksakan jualannya. Semoga pemerintah ada solusinyalah," ujar dia.

Hal serupa juga diungkapkan Nora salah seorang pembeli di Pasar Kodim. Menurutnya kenaikan harga BBM sudah pasti akan berdampak pada semua harga kebutuhan pokok yang ada di pasaran. Bahkan ini bukan hanya menyulitkan pedagang tetapi juga mengurangi daya beli masyarakat yang hingga kini belum stabil perekonomiannya dari pandemi Covid-19.

Meskipun pemerintah akan memberikan subsidi kepada masyarakat. Ia sangat pesimis bantuan tersebut akan tetap sasaran dan akan bisa membantu masyarakat yang benar-benar terdampak dari kenaikan harga ini.

"Pasti banyak nanti yang tidak tepat sasaran karena kan biasanya begitu. Dikasi bantuan yang ada, malah orang yang mampu yang dapat. Sedangkan yang memerlukan hanya gigit jari," kata dia.

Sementara itu, dari pemantauan di salah satu pasar di Selatpanjang, Kepulauan Meranti dan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kepulauan Meranti, diketahui yang paling banyak mengalami kenaikan adalah sayur mayur.

Hal itu membuat masyarakat menjerit dan menjadi resah. Karena harga kebutuhan tersebut tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan keluarga. Seperti yang diakui Maya, salah satu ibu rumah tangga asal Kecamatan Tebingtinggi.
"Sejak BBM naik, secara tiba-tiba sejumlah harga sembako mengalami kenaikan. Hal ini membuat belanja kebutuhan dapur membengkak," ujarnya, Senin (5/9).

Dari data Disperindag Kepulauan Meranti, sejumlah komoditi yang sudah mengalami kenaikan di antaranya, cabai dari Rp80 ribu per kg menjadi Rp110 ribu per kg, bawang merah Jawa dari Rp32 ribu per kg menjadi Rp40 ribu per kg. Kemudian, buncis dari Rp14 ribu per kg menjadi Rp17 ribu per kg, sawi putih dari Rp10 ribu per kg menjadi Rp12 ribu per kg.(ayi/wir)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook