12 SPBU Diblokir Jual BBM Bersubsidi

Pekanbaru | Rabu, 05 Oktober 2022 - 11:01 WIB

12 SPBU Diblokir Jual BBM Bersubsidi
ILUSTRASI (DOK RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sebanyak 12 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Riau diblokir oleh pusat. Pemblokiran ini bukan karena tidak menerapkan pembayaran via QR Code seperti yang beredar di masyarakat, namun karena dispenser unit bermasalah. Tidak terhubung dengan perangkat digital, data transaksi, dan stok tidak masuk ke dashboard.

Section Head Communication and Relation Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara, Agustiawan menjelaskan hal tersebut terjadi karena ada kendala dari sisi Telkom dan SPBU. "Jadi bukan karena tidak menggunaBkan QR Code ya," tegasnya kepada Riau Pos, Selasa (4/10).


Pemblokiran sendiri berarti SPBU tersebut tidak bisa melakukan penebusan untuk BBM sehingga BBM tidak bisa disalurkan ke SPBU. Sampai kapan pemblokiran dari pusat akan berakhir? Agustiawan mengaku belum bisa memastikan hal tersebut. "Belum tahu. Kalau sudah terkoneksi akan bisa segera dilepas blokirnya," sambungnya.

Untuk melepaskan pemblokiran tersebut, SPBU harus  melakukan perbaikan terlebih dahulu. "Bisa jadi di jaringan IT-nya, atau bisa jadi harus dilengkapi dulu perangkat pendukungnya," ungkapnya.

Ia pun mengimbau kepada pihak SPBU agar selalu memastikan dispenser unit terhubung dengan perangkat digital sehingga data transaksi dan stok dapat masuk ke dashboard untuk menghindari pemblokiran dari pusat.

Sebab, pemblokiran tersebut berpengaruh kepada konsumen BBM bersubsidi yang akhirnya tidak bisa membeli keperluan bahan bakar kendaraan mereka. "Kita tetap berupaya menjaga penyaluran BBM ke SPBU-SPBU terdekat agar tidak mengalami kendala," tuturnya.

Hal ini yang dialami konsumen saat akan mengisi BBM di SPBU Kampung Benteng Hulu, Kecamatan Mempura, Siak. Beberapa warga yang datang hendak mengisi BBM hanya berhenti sampai gerbang dan  lalu balik lagi.

Tidak ada aktivitas di SPBU yang berjarak sekitar 10-12 kilometer dari Kota Siak. Warga bernama Jonson (36) mengaku kecewa sebab sudah empat hari dia tidak mendapatkan pertalite. "Saya tidak tahu apa penyebabnya kosong. Saya berharap ada solusi dari Pertamina," katanya.

Sementara itu, petugas SPBU yang sedang berjaga mengatakan tidak ada penjualan sejak Sabtu (1/10) lalu. Lelaki berusia sekitar 24 tahun mengaku bernama Ari itu mengatakan, menurut pimpinannya SPBU mereka sedang diblokir untuk bahan bakar jenis pertalite.

Kenapa sampai diblokir? Dia mengaku tidak tahu. Hanya menurut pimpinanya perihal digitalisasi yang dia sendiri tidak paham apa maksudnya. "Kerugian materil per hari sejak diblokir pertalite lebih kurang Rp2 jutaan. Karena 10 sampai 12 kiloliter per hari," katanya.

Kondisi yang sama juga terjadi SPBU Jalan Langgam KM 5 Kecamatan Pangkalankerinci. SPBU ini tampak sepi aktivitas lalulalang kendaraan bermotor, baik roda dua, maupun roda empat. Hal tersebut karena sejak Selasa (4/10) pagi, persediaan BBM jenis pertalite dan pertamax di SPBU tersebut kosong.

Kondisi tersebut tentunya dikeluhkan konsumen. "Ya, minyak mobil sudah kedip-kedip, tapi saat sampai di SPBU ini (SPBU KM 5, red), pertalite malah kosong. Dari pada mendorong mobil karena habis minyak, terpaksa harus rela membeli pertalite di pinggir jalan dengan harga cukup mahal," terang Supriadi, salah satu pengemudi mobil Daihatsu Xenia kepada Riau Pos saat ditemui di Jalan Langgam KM 5, Selasa (4/10).

Sebaliknya, kekosongan pasokan pertalite tersebut malah membuat berkah para penjual minyak eceran di sekitar SPBU untuk meraup keuntungan. "Alhamdulillah, cukup banyak pengendara kendaraan yang singgah membeli pertalite yang saya jual karena stok SPBU kosong. Satu satu botol saya jual Rp15 ribu," papar Mirnawati.

Sementara itu, Manajer SPBU KM 5, Hendri Tambunan mengatakan bahwa kekosongan pasokan pertalite dan pertamax mulai terjadi sejak Selasa (4/10). Hal ini disebabkan adanya sanksi pemblokiran dari Pertamina karena mesin Electronic Data Capture (EDC) tidak terkoneksi dengan aplikasi MyPertamina.

Alhasil hingga 14 Oktober mendatang, SPBU yang dikelolanya tidak mendapat jatah pasokan pertalite menjelang EDC atau alat digital tersebut terkoneksi. Namun, untuk pasokan BBM jenis solar dan dexlite, hingga saat ini masih aman dan tersedia untuk konsumen.

"Jadi, kesalahan ini sebenarnya terjadi bukan akibat kelalaian kami. Pasalnya, sekitar enam bulan lalu, pihak Telkomsel sudah turun ke SPBU KM 5 untuk memasang EDC di mesin pertalite. Tapi, hingga saat ini, EDC tersebut tak kunjung terkoneksi dengan aplikasi MyPertamina,’’ ujarnya.

‘’Alhasil kami harus menerima dampaknya tidak mendapat pasokan pertalite selama 10 hari ke depan. Dan jika hingga 14 Oktober tak kunjung terkoneksi maka pemblokiran akan diperpanjang Pertamina. Tentunya ini sangat merugikan kami," ujarnya seraya menyebutkan pihaknya mendapat kuota 16 ton setiap harinya sebelum sanksi pemblokiran terjadi.

Atas kondisi tersebut, sambung Hendri, pimpinannya bersama 11 SPBU lainnya di Riau yang mendapat sanksi telah turun ke Kantor Telkomsel dan Pertamina di Pekanbaru. "Kalau hasil koordinasi saya belum dapat. Yang jelas kami berharap agar pasokan pertalite ke SPBU kami ini tidak dihentikan oleh Pertamina. Dan pihak Telkomsel juga kami harap dapat segera mengoneksikan EDC tersebut," tuturnya.

Jika dia SPBU di Siak dan Pelalawan tersebut tak lagi menjual pertalie, penjualan pertalite di SPBU Nomor 14.285.6118 yang berada di Dusun Okak, Desa Rambah Samo Barat, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu yang ikut diblokir masih lancar, Selasa (4/10) petang.

Pantauan Riau Pos di lapangan,  di SPBU ini terlihat antrean kendaraan roda dua dan roda empat yang akan mengisi BBM jenis pertalite. Petugas SPBU yang mengisi BBM jenis Pertalite terlihat tidak mencatat nomor polisi kendaraan bermotor. Berbeda dengan pengisian BBM jenis solar, petugas SPBU mencatat nopol kendaraan bermotor yang akan mengisi BBM tersebut.

Salah seorang warga Dusun Okak, Desa Rambah Samo Barat, Kecamatan Rambah Samo Heri menyebutkan, pengisian BBM jenis puntuk kendaraan bermotor di SPBU Nomor 14.285.6118 Dusun Okak, Selasa (4/10) petang masih berjalan seperti biasa.

Namun sempat terjadi kekosong stok BBM jenis pertalite saat pengendara kendaraan bermotor mengisi BBM Pertalite Senin (3/10) lalu.  ‘’Selasa (4/10) petang ini (kemarin, red), saya lihat BBM jenis pertalite di SPBU Desa Rambah Samo Barat masih ada,’’ tuturnya kepada Riau Pos, Selasa (4/10).

Dia membenarkan, tidak adanya pencatatan nopol kendaraan bermotor yang mengisi BBM jenis oertalite di SPBU ini. Namun, untuk pengisian BBM jenis solar, petugas SPBU melakukan pencatatan nopol kendaran bermotor. ‘’Saya tidak tahu juga alasan pihak SPBU tidak mencatat nopol kendaraan bermotor saat mengisi BBM jenis pertalite,’’ terangnya.

Sementara itu, Pengawas SPBU Nomor 14.285.6118 Desa Rambah Samo Barat Zulkifli saat dikonfirmasi Riau Pos, Selasa (4/10) membenarkan pendistribusian BBM jenis pertalite di SPBU mereka diblokir terhitung 1 Oktober.

Pemblokiran tersebut bukan tidak menerapkan pembayaran via QR Code seperti yang beredar di masyarakat, tapi dispenser unit tidak terhubung dengan perangkat digital, sehingga data transaksi dan stok tidak masuk ke dashboard. Hal itu kendala dari Telkom. ‘’Sekarang sedang dalam perbaikan digital oleh pihak Telkom. Memang benar terhitung 1 Oktober, pendistribusian BBM jenis pertalite ke SBPU di blokir pusat,’’ tuturnya.

Kuota BBM Subsidi Ditambah

Di sisi lain, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, Erika Retnowati AK MSi mengaku bahwa pemerintah telah menetapkan penambahan kuota BBM bersubsidi. "Pemerintah telah menetapkan penambahan kuota menjadi 17,83 kiloliter untuk JBT solar dan 29,91 juta kiloliter untuk pertalite per 1 Oktober 2022," ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (4/10).

Jumlah tersebut dikatakannya akan mencukupi kebutuhan masyarakat sampai dengan akhir tahun nanti. Pihaknya juga sudah menugaskan badan usaha penugasan, yakni PT Pertamina Persero dan PT AKR Corporindo untuk mendistribusikan BBM tersebut sesuai dengan kuota yang sudah ditetapkan. Pihaknya berharap, dengan penambahan kuota tersebut, masyarakat tak perlu lagi khawatir tentang ketersediaan BBM di wilayah masing-masing.

Sementara itu, Riau sendiri juga kebagian jatah penambahan kuota BBM per 1 Oktober tersebut. Section Head Communication and Relation Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara, Agustiawan mengatakan penambahan BBM untuk wilayah Riau adalah 141,644 kiloliter untuk biosolar dan 238,189 kiloliter untuk pertalite.(azr/mng/amn/epp)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook