PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau menyosialisasikan gerbang pembayaran nasional (GPN) dalam sistem perbankan kepada mahasiswa dari beberapa universitas di Riau. Acara ini dilaksanakan di Hotel Bono, Jalan Riau, Selasa (3/3).
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau Decymus menjelaskan GPN merupakan suatu sistem yang terdiri atas standar, switching, dan services yang dibangun melalui seperangkat aturan dan mekanisme untuk mengintegrasikan berbagai instrumen dan kanal pembayaran.
GPN menghilangkan era parade kanal pembayaran berbentuk mesin EDC di berbagai tempat perbelanjaan di Indonesia. "GPN dengan interkoneksi dan interoperabilitasnya memungkinkan transaksi elektronik dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia tanpa perlu memperhatikan ia menggunakan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) terbitan bank mana. Sebagai contoh, nasabah BRI dapat men-swipe kartu debitnya di EDC milik BCA, begitu juga sebaliknya," katanya.
Selain itu, Decymus menyampaikan saat ini sistem pembayaran telah dilakukan dengan berbagai cara. Tidak hanya menggunakan uang tunai tetapi juga nontunai. "Saat ini kita sudah menerapkan elektronifikasi seperti di Bandara SSK II Pekanbaru dengan menggunakan kartu. Nanti tidak pakai kartu lagi tapi bisa menggunakan gawai dengan memanfaatkan kode QR," katanya.
Decymus menambahkan Riau saat ini bukanlah provinsi terkaya, kekayaan Riau menurun seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu diperlukan sumber-sumber pertumbuhan baru. "Kita bekerja sama dengan pemerintah bagaimana memberi usulan agar ekonomi Riau tumbuh dengan cepat. Tapi ini saja tidak cukup, kami juga mencoba beberapa hal yang sifatnya langsung ke masyarakat," jelasnya
Salah satu program dari BI adalah dengan melihat lebih dalam dan menggenjot sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM), dengan memberdayakan dan mengenalkan pelaku usaha tersebut terkait ekonomi digital. "Ekonomi syariah juga dicoba. Ini potensial untuk ekonomi pembangunan," ujarnya.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Jon Erizal mengungkapkan setiap generasi harus terbuka akan pembaruan dan menjadi bagian dari generasi milenial. Menurutnya milenial tidak terbatas pada usia, siapa saja yang berpikir tentang masa depan adalah generasi milenial.
"Walaupun kita tua tapi ketika berbicara dan berpikir masa depan maka kita adalah generasi milenial. Anak muda pun jika pemikirannya selalu tentang masa lalu maka tidak bisa disebut anak milenial. Poinnya adalah bagaimana kita membuat pijakan dan lompatan lebih jauh," ungkapnya.
Kegiatan sosialisasi ini juga menghadirkan Kepala Divisi Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah (SP PUR) BI Riau Asral Mashuri, Anggota Komisi XI DPR RI Jon Erizal, Akademisi Universitas Muhamamadiyah Riau (UMRI) Mizan Asnawi dan Akademisi Universitas Lancang Kuning (Unilak) Andrew Shandy Utama. (a)
Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru