Diceritakan Riski, untuk mendapatkan sebanyak 12 poin pihaknya mesti bekerja seharian selama 18 jam, supaya mendapatakan Rp220 ribu. Tapi dengan adanya pemotongan tersebut driver tidak dapat mengahasilkan apa-apa. Bahkan dikatakannya, sudah banyak yang berhenti bekerja dan beralih profesi.
“Berdasarkan data ada 3.000 driver, yang aktif ada 1.000 driver. Banyak yang berhenti bekerja karena semula pekerjaan ini menjanjikan. Kami minta pemko benar-benar memperhatikannya, karena ini merugikan driver,” imbuhnya.
Ketika disinggung apabila dalam mediasi nanti, tuntutan yang disampaikan tidak dipenuhi oleh PT Go-Jek apakah akan kembali digelar aksi serupa dengan massa yang lebih besar lagi? Riski menjawab, belum dapat memastikannya. Dia mengaku, akan membicarakan terlebih dahulu dan melihat perkembangan ke depannya. “Belum dapat saya pastikan. Kami lihat bagaimana perkembangannya,” paparnya.
Setelah beberapa lama melakukan orasi, akhirnya massa aksi ditemui oleh Pelaksana tugas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Pekanbaru Kendi Harahap serta didampingi Kepala Badan Satpol PP Kota Pekanbaru Agus Pramono dan Kabid Angkutan Dishub, Sunarko.
Di hadapan para driver Kendi menyampaikan permohonan maaf karena Wali Kota Pekanbaru belum bisa menjumpai karena masih ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Sehingga dirinya meminta, beberapa perwakilan massa untuk dilakukan mediasi dengan PT Go-Jek.
“Harapan dan tuntunnya teman-teman (driver, red), kami akan upayakan untuk menjembati dengan pihak aplikator (Go-Jek, red). Kami harapkan mediasi ini ada titik temu, sehingga masalahnya dapat terselesaikan secara baik sesuai dengan kewenangan pemko,” kata Kendi.
Selanjutnya beberapa perwakilan driver bergerak menuju ruang rapat Kantor Wali Kota Pekanbaru lantai III. Pertemuan yang berjalan alot akhirnya selesai sekitar pukul 14.00 WIB, akan tetapi pihak Go-jek yang telah dihubungi mangkir datang untuk dimediasi.
“Saya sudah mencoba mediasi. Pihak Go-Jek sudah kami hubungi tapi tidak hadir,” ujar Kendi usai pertemuan.