JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Akan ada yang berbeda di Liga 2 2023–2024. Salah satu perbedaan itu adalah adanya regulasi pemain asing. Setiap klub boleh menggunakan satu pemain asing dari negara mana saja plus satu pemain asing asal Asia Tenggara.
Rencana tersebut disampaikan Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ferry Paulus tadi malam dalam acara club owner meeting Liga 2 di Hotel Sultan, Jakarta. Langkah itu diambil untuk meningkatkan value Liga 2.
’’Kami ingin mengangkat Liga 2 agar naik kelas. Paling tidak, bisa dibilang profesional, tapi belum full. Jadi, ketika klub Liga 2 nanti promosi ke Liga 1, sudah biasa dan pernah mengalami pemain asing,’’ ujar Ferry.
Pengusaha asal Manado, Sulawesi Utara, itu menilai, wacana menggunakan pemain asing masih menjadi diskusi serius di kalangan klub. Sebagian klub mendukung rencana itu. Tapi, ada juga yang agak keberatan.
Lalu, bagaimana tanggapan klub-klub? Presiden Klub Persikab Kabupaten Bandung Eddy Moelyo saat ditemui di Hotel Sultan tadi malam tidak keberatan dengan regulasi itu. Persikab akan berupaya menghadirkan dua pemain asing.
Tapi, ada syarat yang harus dikabulkan PT LIB. Yaitu, menaikkan nilai subsidi. Musim lalu, tiap-tiap klub diberi subsidi Rp800 juta. ’’Klub-klub sepakat minta kontribusi Rp2 miliar,’’ ucap Eddy.
Menurut dia, permintaan klub tersebut masuk akal. Sebab, harga pemain asing lebih tinggi dari pemain lokal.
’’Kami mendukung regulasi itu. Tapi, bergantung besaran kontribusi. Kita semua sama-sama tahu gaji pemain asing tiap bulan berapa. Kalau cuma Rp 800 juta, bagaimana bisa dengan pemain asing?’’ tegasnya.
Manajer Perserang Serang Babay Karnawi mengamini pernyataan Eddy. Perserang setuju dengan wacana penggunaan pemain asing.
’’Asalkan subsidi sesuai dengan permintaan kami. Musim lalu Rp 800 juta. Sekarang kami minta Rp 2 miliar. Itu saja. Kalau itu selesai (diterima), kita selesai semua,’’ terang Babay.
Bagaimana jika permintaan itu tidak disetujui PT LIB? Babay tidak mau berandai-andai. Saat ini, Perserang dan klub-klub Liga 2 lainnya akan memaksimalkan upaya negosiasi. ’’Namanya juga usaha. Kami usaha dulu. Saya tidak mau berandai-andai,’’ terangnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra