Liga 2 Dihentikan, PSPS Selamat dari Degradasi

Olahraga | Jumat, 13 Januari 2023 - 10:34 WIB

Liga 2 Dihentikan, PSPS Selamat dari Degradasi
Pemain PSPS Riau Rio Hardiawan (kanan) melakukan selebrasi usai mencetak gol dalam laga kompetisi Liga 2 di Stadion Utama Riau, beberapa waktu lalu. PSPS dipastikan terhindar dari degradasi karena kompetisi dihentikan. (DOKUMEN/RIAUPOS.CO)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Nestapa kembali menghampiri dunia sepakbola Indonesia. Itu setelah PSSI memutuskan untuk membatalkan pelaksanaan Liga 2 2022/2023 yang sudah jalan satu putaran. Ini  diputuskan dalam rapat Komite Eksekutif PSSI di kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Kamis (12/1).

Ketua Asprov PSSI Riau, Edward Riansyah yang ikut rapat kemarin mengatakan, kompetisi Liga 2 dihentikan, tidak dilanjutkan. Begitu juga kompetisi Liga 3 untuk putaran nasional. Namun, untuk Liga 1 tetap dilanjutkan dengan catatan tidak ada degradasi.


''Sementara yang dilakukan di Riau sekarang adalah Liga 3 Asprov tingkat provinsi, bukan Liga 3 tingkat nasional. Sejauh belum ada surat keputusan resmi menghentikan kompetisi Asprov tingkat Provinsi, maka kami akan tetap terus melanjutkannya,'' ujar Edwar Riansyah, Kamis (12/1).

Sementara itu, menanggapi dihentikannya kompetisi Liga 2, Presiden Klub PSPS Riau, Norizam Tukiman mengucapkan rasa syukur. ''Saya rasa ini sebuah keputusan yang baik bagi PSPS Riau. Karena PSPS di kompetisi liga 2 2022 berada di dasar klasemen sementara,'' ujar Norizam Tukiman kepada Riau Pos.

Dengan penghentian ini maka PSPS pun selamat dari ancaman degradasi. Norizam mengungkapkan, untuk ke depannya PSPS Riau akan menyusun strategi dan juga akan merancang yang lebih baik. Apalagi saat ini PSPS Riau telah ber-hombase di Batam. ''Harapan kita agar kondisi lebih kondusif di Batam. Kami dapat mengambil pemain baru untuk liga yang seterusnya akan disambung lagi nantinya,'' harapnya.

''Dengan adanya keputusan dihentikannya kompetisi Liga 2 tentunya juga menjadi peluang bagi PSPS Riau untuk memastikan klub ini tetap di Liga 2 dan boleh memberikan saingan yang lebih baik di kompetisi selanjutnya,'' ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Yunus Nusi mengatakan, keputusan penghentian Liga 2 diambil berlandaskan beberapa faktor. Dimulai dari usulan sebagian besar klub Liga 2 yang menginginkan kompetisi tidak dilanjutkan.

Usulan itu diawali dari protes atas ketidaksesuaian konsep pelaksanaan lanjutan kompetisi antara klub, operator kompetisi, dan pelaksana. Belum lagi waktu pelaksanaannya yang dipastikan akan berbenturan dengan guliran Piala Dunia U-20 2023 yang bergulir pada 20 Mei 2023.

Selain itu, PSSI mempertimbangkan rekomendasi tim transformasi sepakbola Indonesia seputar Tragedi Kanjuruhan yang menyoroti belum memadainya sarana dan prasarana penunjang pelaksana pertandingan. Ada pula tentang Peraturan Polri Nomor 10 Tahun 2022 mengamanatkan proses perizinan yang baru dengan memerhatikan periode waktu pemberitahuan, pengajuan rekomendasi dan izin, hingga bantuan pengamanan.

Selain pembatalan, PSSI memerintahkan PT Liga Indonesia Baru (LIB) membentuk operator kompetisi yang khusus mengurus pelaksanaan Liga 2. ''Untuk Liga 1, kompetisi tersebut akan tetap berjalan dan tanpa ada degradasi. Hal ini karena penyesuaian kompetisi Liga 2 yang tidak berjalan,'' kata Yunus Nusi.

Sementara untuk wakil Indonesia di kompetisi AFC musim 2023/2024, PSSI akan menggelar play-off, mempertemukan juara Liga 1 2021/2022 versus juara Liga 1 2022/2023. Terakhir, untuk Liga 3 putaran nasional 2022/2023 resmi dihentikan. ''Bagi asprov yang telah memutar, kuotanya tetap dapat digunakan pada kompetisi selanjutnya,'' ujarnya.

Sejak kompetisi Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi Divisi Utama Liga Indonesia pada 1994, kompetisi sepakbola nasional kasta tertinggi itu sudah dua kali berjalan tanpa degradasi. Yakni, musim 1997–1998 dan 2006.

Pada musim 1997–1998, kompetisi terpaksa dihentikan karena terjadi krisis ekonomi. Yang kedua, pada 2006 saat Jogjakarta dilanda gempa bumi hebat. Bencana itu membuat PSIM Jogjakarta dan PSS Sleman mengundurkan diri dari kompetisi. Akhirnya, Badan Liga Indonesia (operator kompetisi saat itu) memutuskan untuk melanjutkan kompetisi tanpa degradasi.

Nah, musim 2022–2023 akan menjadi kali ketiga kompetisi berjalan tanpa degradasi. Exco PSSI memastikan Liga 1 akan berlanjut tanpa ada klub yang turun kasta di akhir kompetisi. Keputusan PSSI yang tidak melanjutkan Liga 2 juga berdampak terhadap Liga 3.

Kompetisi kasta paling bawah itu juga dihentikan. Lagi pula, di beberapa daerah, Liga 3 tingkat regional tidak digelar. ''Tapi, bagi asprov PSSI yang telah memutar Liga 3, kuota untuk putaran nasional tetap dapat digunakan pada kompetisi selanjutnya,'' kata Yunus.

Dia berharap penghentian Liga 2 hanya terjadi tahun ini. Agar hal itu tidak terulang, Exco PSSI meminta ada operator khusus yang memutar kompetisi Liga 2. ''Dalam rapat Exco PSSI tadi (kemarin, red) juga memutuskan dan memerintah PT Liga Indonesia Baru untuk memfasilitasi pembentukan operator baru untuk pelaksanaan Liga 2,'' terang Yunus.

Meski mengklaim bahwa mayoritas klub Liga 2 menginginkan kompetisi tidak dilanjutkan, Yunus tidak memerincinya. Sebagaimana diketahui, kompetisi Liga 2 musim 2022–2023 diikuti 28 klub. Berdasar informasi yang dihimpun, ada 14 klub yang menginginkan Liga 2 tetap bergulir. Mereka adalah Persiba Balikpapan, Persipura Jayapura, Karo United, Sulut United, PSIM Jogjakarta, FC Bekasi City, Persela Lamongan, dan Gresik United. Lalu, PSMS Medan, Semen Padang, Persipa Pati, Persewar Waropen, PSBS Biak, dan Persijap Jepara.

Ricky Nelson, pelatih Persipura, sangat menyayangkan keputusan PSSI yang tidak melanjutkan Liga 2. Dia pun menyebut itu berdampak pada timnas yang sulit berprestasi. ''Wajar kalau tim nasional kita nggak lolos final AFF Cup. Wajar jika sulit juara AFF Cup. Sebab, sepakbola tidak pernah diselesaikan dengan cara sepakbola. Sepakbola selalu diselesaikan dengan cara-cara di luar sepakbola,'' ujar Ricky kepada Jawa Pos (JPG), Kamis (12/1).

Mantan pelatih Villa 2000 itu sangat kecewa. Sebab, banyak klub Liga 2 yang masih menginginkan kompetisi tetap berjalan sampai tuntas. Banyak pemain dan pelatih yang menggantungkan hidup di sepakbola. Jika tidak ada kompetisi, mata pencaharian mereka terhenti.

''Bagaimana dengan pengeluaran klub yang selama ini sudah dilakukan? Bagaimana juga dengan para pemain harus menunggu berbulan-bulan ke depan untuk menanti musim baru?'' keluhnya. ''Seharusnya, ada keputusan yang lebih baik daripada membatalkan kelanjutan Liga 2,'' lanjut pendiri klub Serpong City tersebut.

Manajer Persipa Pati Dian Dwi Budianto juga kecewa atas keputusan PSSI menghentikan Liga 2. Sebab, Persipa sudah melakukan segalanya supaya bisa menggelar pertandingan home di Stadion Joyokusumo, Pati, Jawa Tengah. ''Biaya untuk risk assessment stadion pun kami yang mengeluarkan. Tapi, itu semua rasanya percuma. Proses risk assessment pun tidak ada gunanya,'' ungkap Dian.

Menurut dia, manajemen Persipa sudah mengeluarkan banyak uang untuk tetap bisa bertahan melanjutkan kompetisi. Gaji para pemain juga tetap dibayarkan. Meski, manajemen harus berutang sana-sini. ''Kalau boleh jujur, kami terakhir mendapatkan subsidi dari operator itu September. Nilainya Rp100 juta. Sedangkan pengeluaran kami per bulan Rp600 juta. Jadi, sisanya berutang sana-sini. Kami sudah berutang miliaran rupiah untuk tetap mengikuti Liga 2,'' tegas Dian.

Gresik United yang ingin Liga 2 berlanjut juga menyatakan kekecewaannya atas keputusan Exco PSSI tadi malam. Bahkan, menurut sumber, Laskar Joko Samudro sudah menandatangani persetujuan soal Liga 2 yang dilanjutkan dengan sistem bubble. Asalkan klasemen Liga 2 tidak berubah.

''Kami ingin dilanjutkan. Kalau seperti ini, saya tidak bisa berkata apa-apa lagi,'' kata Direktur Operasional Gresik United Toriqi Fajerin. Saat ini pihaknya menunggu surat resmi dari PSSI maupun PT LIB soal status Liga 2. ''Kami ingin melihat apa alasan dihentikannya, force majeure atau apa,'' ucapnya.

Surat resmi terkait berhentinya Liga 2 juga sangat penting bagi manajemen. Itu akan menjadi bahan pembicaraan kepada pemain terkait kontrak musim ini. ''Juga pertanggungjawaban kepada sponsor kami. Kami masih menunggu surat itu,'' tuturnya.

Kekecewaan serupa dirasakan Semen Padang. CEO PT Kabau Sirah Win Bernadino menegaskan, timnya sangat ingin Liga 2 dilanjutkan. ''Karena in sya Allah kami yakin bisa bersaing dalam perebutan tiket promosi ke Liga 1,'' paparnya.

Win menuturkan, sebenarnya sampai tadi malam keinginan dari seluruh pemilik klub Liga 2 soal lanjutan kompetisi tidak kompak. Sebagian besar menolak dan ingin Liga 2 dihentikan, sebagian kecil ingin dilanjutkan dengan beberapa opsi model kompetisi. ''Tapi, memang pertemuan itu tidak ada kesepakatan. Hanya sebagai bahan dan data bagi manajemen LIB untuk dibawa ke rapat Exco PSSI,'' terangnya.

Sejalan dengan Gresik United, Semen Padang belum bisa memberi keputusan apa pun. Mereka masih menunggu surat resmi dari PSSI ataupun LIB terkait hasil rapat exco. ''Mudah-mudahan secepatnya agar kami bisa lakukan tindak lanjutnya,'' jelasnya.

Sementara itu, terkait operator khusus Liga 2, Manajer Persipa Pati Dian Dwi Budianto berharap rencana itu bukan sekadar isapan jempol belaka. Menurut dia, Liga 2 memang sudah seharusnya memiliki operator sendiri. ''Beberapa negara lain juga melakukan hal serupa. Operator kompetisi kasta tertinggi berbeda dengan operator kompetisi kasta kedua,'' ujarnya.

Jika Liga 2 dikelola opera  tor sendiri, kata dia, apa yang terjadi di Liga 1 tidak akan berdampak terhadap para peserta Liga 2. Saat ini Liga 2 terhenti karena imbas Tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Liga 1. ''Jadi, kami berharap pembentukan operator Liga 2 benar-benar terealisasi,'' tegas Dian.(ilo/c18/fiq/rid/c19/fal/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook