JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- PBSI Home Tournament menjadi pilot project PBSI dan BWF untuk menggelar event dengan standar protokol kesehatan. Penerapannya memang ketat.
Selain prosedur memasuki pelatnas, di lapangan hanya pemain yang tidak mengenakan masker. Sementara itu, perangkat pertandingan seperti wasit, linesman, kameramen, hingga pelatih menggunakan masker serta face shield.
Turnamen tersebut juga tertutup bagi penonton. Dengan begitu, mereka yang berada di dalam bisa melakukan physical distancing. Juga banyak tempat cuci tangan yang tersedia. "Semua harus melalui protokol karantina pelatnas ya," kata Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto.
Pihaknya optimistis ajang Home Tournament tidak akan bernasib seperti Adria Tour. Turnamen tenis ekshibisi di kawasan Balkan itu justru menjadi tempat persebaran Covid-19. Tercatat, empat petenis, termasuk pemain nomor satu dunia sekaligus inisiator tur Novak Djokovic, positif terinfeksi virus corona baru.
"Kalau di Adria Tour saya lihat mereka tidak menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, pesertanya datang dari negara. Kalau ini kan atlet yang bertanding sudah sama-sama dikarantina. Jadi relatif lebih aman," jelas Budi, sapaan akrab Budiharto.
Ajang tersebut bisa menjadi tolok ukur untuk penyelenggaraan Indonesia Open yang rencananya bergulir pada 17‒22 November di Istora Senayan. Memang situasinya bakal lebih kompleks karena diikuti para pemain internasional. Karena itu, Budi menyebutkan, ada beberapa poin yang bisa ditingkatkan.
Teknis pelaksanaan, misalnya. Masih ditemukan banyak pelanggaran dalam penggunaan face shield. Itu bisa dimaklumi.
Kadang petugas sulit menjalankan tugasnya jika mata terhalang pelindung wajah. Budi berkoordinasi dengan dokter tim terkait dengan penggunaan face shield. Kemungkinan, setelah ini bakal digunakan pelindung model kacamata yang lebih praktis dan nyaman.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi