JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Indonesia pernah mencatat sejarah pernah bertarung di Piala Dunia U-20 pada tahun 1979. Ajang ini banyak melahirkan pemain hebat saat senior, salah satunya adalah almarhum Diego Maradona.
Dan, salah satu lawan Indonesia ketika itu adalah Argentina dengan Maradona dan sederetan pemain yang kelak menjadi bintang Argentina.
Saat itu, Indonesia mendapat tiket ke Piala Dunia U-20 yang berlangsung di Tokyo, Jepang. Namun, Indonesia tidak lolos melalui jalur kualifikasi, melainkan karena alasan politis.
Kala itu, seharusnya juara dan runner-up Piala Asia Junior 1978, Korea Selatan (Korsel) dan Irak, yang berhak lolos, tapi ternyata nasib mujur menimpa Indonesia.
Irak mengundurkan diri, dan Korea Utara yang ditunjuk sebagai pengganti menolak untuk tampil. Indonesia yang gugur di perempatfinal Piala Asia Junior 1978 akhirnya yang terpilih mengikuti putaran final Piala Dunia U-20 1979 digelar 25 Agustus-7 September silam.
Hasil undian Piala Dunia U-20 1979 menempatkan Indonesia bersama Argentina, Polandia, dan Yugoslavia di Grup B, yang kala itu tergolong sebagai grup neraka.
Pelatih Timnas Indonesia U-20 kala itu Sutjipto Suntoro dan anak-anak asuhannya harus meladeni Argentina yang dipimpin Diego Armando Maradona, sebagai favorit juara. Benar saja, pemain yang akhirnya menjadi legenda sepakbola Argentina itu memporakporandakan pertahanan Indonesia. Argentina menang 5-0 atas Indonesia pada 26 Agustus 1979.
Maradona memborong dua gol, sedangkan tiga gol Argentina lainnya disarangkan Ramon Diaz. Itu juga mengawal rentetan hasil buruk Indonesia lainnya di penyisihan grup Piala Dunia U-20. Menariknya laga tersebut jadi pertemuan gelandang serang Tim Merah-Putih, Zulkarnaen Lubis, yang dijuluki Maradona Asia dengan Maradona asli.
Julukan itu mencuat saat ia membela Krama Yudha Tiga Berlian yang meraih peringkat ketiga di Liga Champions Asia 1985-1986.
"Katanya gaya bermain kami mirip. Ditambah lagi rambut saya kribo sama dengan Maradona. Jika Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 1986, mungkin saya lebih tenar dibanding dia," ujar almarhum Zulkarnain setengah berkelakar dalam sebuah wawancara santai dengan Bola.com beberapa tahun silam di Yogyakarta.
"Kami juga beda nasib. Maradona kaya-raya usai masa jaya, sementara saya sempat hidup susah," timpalnya.
Ya, selain hampir meloloskan Tim Garuda ke Piala Dunia 1986 (disingkirkan oleh Korsel), Zulkarnain juga menorehkan cerita sukses mengantarkan Timnas Indonesia ke semifinal Asian Games 1986.
Di Asian Games 1986, timnas tergabung dalam Grup C bersama dengan Saudi Arabia, Qatar, dan Malaysia.
Di laga perdana tim asuhan Bertje Matulapelwa bermain imbang 1-1 menghadapi Qatar. Timnas sempat kalah 0-2 kontra Arab Saudi 0-2, sebelum mengantungi kemenangan tipis 1-0 versus Malaysia. Timnas Indonesia melaju ke fase knock-out dengan status runner-up grup.
Saat memasuki fase perempatfinal Timnas Indonesia menjalani duel sulit melawan Uni Emirat Arab. Di waktu normal kedua tim berbagi skor 2-2. Akhirnya, Zulkarnain Lubis dkk menang adu penalti 3-2.
Indonesia kemudian bersua Korea Selatan di semifinal. Tanpa ampun Timnas Indonesia tumbang 0-4. Saat perebutan tempat ketiga, Tim Merah-Putih gagal meraih medali perunggu setelah digebuk Kuwait 0-5.
"Kegagalan yang menyakitkan, karena saat itu Timnas Indonesia benar-benar on fire. Om Bertje sukses mengkombinasikan pemain-pemain bintang kompetisi Galatama dan Perserikatan," cerita Zulkarnain.
Sumber: News/Bola/Antara/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun