SAO PAULO (RIAUPOS.CO) - ”Suatu saat nanti, saya harap kita bisa bermain sepakbola bersama di surga.” Cuitan di akun Twitter @Pele itu ditulis Pele saat kehilangan sosok yang dekat dengannya: Diego Armando Maradona. Sekalipun keduanya berbeda bendera, Pele di Brazil dan Maradona bersama Argentina. Dua negara rival dalam sepakbola Amerika Latin.
Jumat (30/12), 765 hari setelah cuitan tersebut, Pele menyusul Maradona yang lebih dulu bermain sepakbola di surga. Legenda pemilik nama Edson Arantes do Nascimento itu meninggal dunia pada usia 82 tahun di Rumah Sakit Albert Einstein, Sao Paulo, Kamis pukul 15.27 waktu setempat.
Pele mengembuskan napas terakhir setelah berjuang melawan kanker usus besar yang membuatnya mendapatkan perawatan sejak akhir November lalu.
Kali pertama diketahui mengidap kanker usus besar pada 2018, Pele mulai menjalani operasi usus besar pada September 2021. Sejak saat itu, Pele beberapa kali menjalani kemoterapi. Pada awal 2022, sel kanker mulai menyebar ke usus, paru-paru, dan hatinya.
Pele sempat stabil ketika Piala Dunia 2022 dan mengikuti perkembangan Thiago Silva dkk dari rumah sakit. Namun, dia tidak diperbolehkan meninggalkan rumah sakit untuk merayakan Natal di kediamannya. Itu setelah pihak rumah sakit mendeteksi adanya disfungsi ginjal dan jantung dalam tubuh Pele sehingga harus dirawat intensif.
Pele melewatkan malam Natal di rumah sakit hingga meninggal dunia dengan dikelilingi ketujuh anaknya: Kely, Flavia, Sandra, Edson, Jennifer, Joshua, dan Celeste. ”Semua yang kami miliki ini adalah karenamu. Kami mencintaimu tanpa batas. Beristirahatlah dengan damai,” tulis Kely dalam unggahan di Instagram.
Meninggalnya Pele, berakhir pula perdebatan siapa yang terbaik antara kedua sosok legenda itu. Sekalipun tidak pernah saling berhadapan satu sama lain, Pele dan Maradona sudah berebut status sebagai yang terbaik di dunia dan Amerika Latin.
Dari sisi prestasi, jelas Pele jauh lebih bagus dibandingkan El Pibe do Oro –julukan Maradona. Di timnas, Pele jadi satu-satunya pemain yang mampu menjuarai Piala Dunia sebanyak tiga kali. Maradona hanya sekali mencapainya bersama timnas Argentina pada 1986.
Dari jumlah golnya, koleksi Maradona tidak sampai 300 gol. Baik di level klub maupun timnas di semua ajang. Bandingkan dengan O Rei –julukan Pele yang bisa mengoleksi di atas 700 gol klub dan timnas!
Tapi, Pele hanya bisa berbicara di timnas dan klub-klub Amerika. Tidak seperti Maradona yang di Eropa mampu mencatatkan tinta emas bersama FC Barcelona dan SSC Napoli. Termasuk membawa Il Partenopei –julukan Napoli memenangi Piala UEFA 1988–1989 serta scudetto 1986–1987 dan 1989–1990.
”Maradona pemain yang hebat. Tetapi, dia tidak bisa menendang dengan kaki kanannya. Begitu pula dengan kepalanya. Yang dia bisa hanya mencetak gol dengan tangannya. Ibuku berkata, saya lebih baik darinya (Maradona).” Begitu yang pernah dikatakan Pele tentang Maradona.
”Maradona contoh yang buruk. Dia pesepakbola yang hebat, tetapi sayangnya kalian tak pernah melihat apa yang terjadi dengannya,” sambung Pele yang terlahir 20 tahun lebih dulu dibandingkan Maradona dikutip dari laman Marca.
Bukan hanya sesama Brasileiro (sebutan orang Brazil), nama Pele bahkan juga dianggap lebih di depan orang-orang Argentina. Seperti yang pernah diucapkan mantan bek tengah dan entrenador timnas Argentina Daniel Pasarella. ”Maradona enak ditonton ketika bermain, tapi Pele lebih cerdas dalam bermain,” klaim Pasarella.
Terlepas dari debat yang membuat keduanya seolah saling bermusuhan itu, Pele dan Maradona kerap saling memberi dukungan. Bahkan, saat Pele kali pertama dinyatakan mengidap penyakit kanker, Maradona menyemangatinya.
Saat Maradona meninggal dunia, Pele pun mengungkapkan kesedihannya. Saat Lionel Messi dkk membawa Argentina menjuarai Piala Dunia 2022, Pele menyebutkan nama Maradona di dalam ucapannya. Setelah bersatu di surga, Pele dan Maradona akan bermain bersama. Descansa em paz, Pele.(ren/c17/fal/jpg)