MILAN (RIAUPOS.CO) – AC Milan kembali ke semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya setelah 16 tahun atau sejak mengangkat trofi terakhirnya pada 2007. Ini setelah tim berjuluk Rossoneri itu menang agregat 2-1 atas Napoli di perempatfinal, Rabu (19/4/2023) dini hari WIB.
Milan bermain imbang 1-1 lawan Napoli pada laga leg kedua perempat final di Stadion Diego Armando Maradona, Napoli, dini hari tadi WIB. Sebelumnya pada leg 1 Milan unggul 1-0 di kandang sendiri.
Di Naples, Olivier Giroud membuat AC Milan unggul terlebih dahulu lewat golnya pada menit ke-42 sebelum Victor Osimhen menyamakan kedudukan untuk Napoli pada injury time babak kedua.
Laga berjalan ketat sejak awal babak pertama. Napoli yang mengejar ketinggalan agregat langsung mengambil inisiatif serangan. Tetapi usaha mereka masih belum membuahkan hasil.
AC Milan justru memiliki kans besar mencetak gol pada menit ke-21 setelah mendapatkan hadiah penalti. Rafael Leao dilanggar Mario Rui di kotak terlarang. Namun, eksekusi Giroud masih bisa terbaca Alex Meret dan skor tetap 0-0. Giroud membayar kegagalannya dengan mencetak gol pada menit ke-42. Bermula dari aksi individu Rafael Leao yang menggiring bola dari wilayah sendiri dan melewati tiga pemain Napoli.
Saat di kotak penalti, penyerang Portugal itu kemudian menyodorkan bola ke Giroud yang tinggal memasukkan bola ke gawang. Skor menjadi 1-0. AC Milan unggul 1-0 pada babak pertama. Selepas jeda, Napoli mencoba meningkatkan intensitas serangan mereka. Sejumlah peluang diciptakan mereka. Namun, belum ada yang berbuah gol.
I Partenopei memiliki kesempatan menyamakan kedudukan setelah mendapatkan hadiah penalti. Fikayo Tomori melakukan handsball di kotak terlarang pada menit ke-80. Namun, tendangan Khvicha Kvaratskhelia masih bisa dibaca Mike Maignan.
Napoli akhirnya bisa mencetak gol pada injury time lewat sundulan Osimhen setelah menyambut umpan silang Giacomo Raspadori di sisi kanan.
Sukses membawa Milan ke semifinal Liga Champions, pelati AC Milan Stefano Pioli ingat di mana semuanya dimulai di babak penyisihan Liga Europa. Dalam keterangannya kepada awak media, sang allenatore mengatakan bahwa semua orang mengira timnya underdog, tapi skuadnya memiliki hati yang besar.
“Kami ingat betul di mana perjalanan Eropa kami dimulai melawan Rio Ave. Semua orang mengira kami underdog, tetapi kami memiliki hati yang besar, kami menginginkan ini dengan semua yang kami miliki dan saya mengucapkan selamat kepada para pemain saya,” kata Pioli kepada Mediaset.
Milan kemungkinan akan menghadapi rival sekota mereka Inter dalam Derby Eropa selama semifinal, karena Nerazzurri unggul 2-0 di leg pertama melawan Benfica.
“Akan terlihat seperti itu, karena Inter memenangkan leg pertama dengan sangat baik. Ini akan menjadi dua pertandingan sulit, menarik dan indah di Liga Champions. Kami telah melakukan banyak hal dan tidak ingin berhenti sekarang.”
Pioli adalah pelatih Milan ketujuh yang mencapai semifinal Liga Champions, yang pertama sejak Carlo Ancelotti 16 tahun lalu.
“Saya pikir keunggulan kecil 1-0 di leg pertama membantu kami di satu sisi dan memblokir kami di sisi lain. Kami memilih, mengingat Osimhen ada di sana, untuk duduk sedikit lebih dalam dan tidak memberinya ruang di mana dia bisa menghancurkan,” ujar Pioli.
Pioli menyebut Rade Krunic adalah kunci taktis dalam ketiga pertandingan Milan melawan Napoli bulan ini, 4-0 di Serie A, 1-0 di San Siro dan hasil imbang 1-1 di Naples. Dia bermain sebagai trequartista untuk menyatukan lini tengah ke menyerang.
“Rade memiliki cara membaca permainan yang dimiliki beberapa pemain lain, baik dengan gerakan menyerang maupun bertahan. Dibutuhkan kesabaran di klub seperti Milan dan mampu mengatasi tekanan, seperti yang kami lakukan hari ini,” tutup Pioli.
Sementara pelatih Napoli Luciano Spalletti memberi selamat kepada AC Milan atas keberhasilan mengamankan tempat di semifinal Liga Champions.
“Pertama-tama, kami mengucapkan selamat kepada Milan atas kualifikasi mereka. Mereka memainkan dua pertandingan di mana mereka memaksimalkan peluang mereka, yang merupakan tanda dari tim yang matang yang tahu kapan harus menekan pedal gas dan kapan harus bertahan dalam jumlah,” kata Spalletti kepada Mediaset.
“Saya juga ingin memuji para pemain saya, karena musim Liga Champions kami dimainkan di level yang sangat tinggi. Kami membayar untuk beberapa momen naif, kami membayar untuk kurangnya pengalaman dalam menghadapi momen pertandingan,” jelasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman