KEMENANGAN 4-1 atas Valencia di leg pertama 16 Besar Liga Champions, membuat satu kaki Atalanta Bergamo sudah berada di perempatfinal. Hanya kekalahan 0-3 tanpa balas atau lebih di leg kedua yang akan dimainkan di Mestalla Stadium, markas Valencia, yang bisa membatalkan itu.
Meski agak sulit bagi Valencia, semuanya bisa saja terjadi. Kasus ambyarnya Barcelona di tangan AS Roma dan Liverpool, atau Paris Saint Germain yang dikalahkan Barcelona (ketiganya di Liga Champions), adalah kenyataan pahit setelah mereka unggul dengan margin gol jauh.
Meski menggunakan kandang AC Milan dan Inter Milan, Giuseppe Meazza, San Siro (karena Stadion Atleti Azzurri d'Italia tak standar UEFA dan sedang direnovasi), Kamis (20/2/2020) dini hari WIB, Atalanta tampil sangat perkasa. Mencetak masing-masing dua gol di setiap babak dan hanya kebobolan satu gol di babak kedua.
Kemenangan ini luar biasa, bahkan bermain di 16 Besar saja sudah termasuk keajaiban bagi Atalanta. Tidak ada yang menduga pasukan Gian Piero Gasperini ini bisa melaju sampai fase gugur. Atalanta mulai berani bermimpi ketika “keberuntungan” membantu mereka di fase grup Liga Champions musim ini. Mereka tergabung di Grup C bersama Manchester City, Shakhtar Donetsk, dan Dinamo Zagreb. Mereka menelan tiga kekalahan, satu hasil imbang, dan dua kali menang. Untungnya, Shakhtar dan Zagreb tidak benar-benar konsisten di Liga Champions. Atalanta menutup klasemen dengan 7 poin di peringkat ke-2, unggul satu poin dari Shakhtar dan dua poin dari Zagreb.
Lolos ke fase gugur sudah dianggap sebagai sejarah besar untuk Atalanta, publik Bergamo berpesta. Lalu, keberuntungan lagi-lagi memihak mereka. Pada undian fase gugur, Atalanta dipertemukan dengan Valencia. Beruntung? Sebenarnya tidak. Tim Spanyol itu tidak lemah, tapi jelas bukan favorit juara. Atalanta setidaknya menghadapkan lawan yang selevel, meski Valencia sebenarnya lebih mentereng di Liga Champions.
Bermodalkan kemenangan di fase grup, Atalanta perlahan-lahan memahami betapa sulitnya Liga Champions. Setiap pertandingan sulit, tapi pasukan Gasperini sudah terbiasa menghadapi tim-tim kuat di Italia. Atalanta adalah tim dengan bahan bakar semangat juang luar biasa. Mereka bisa mengubah taktik tiba-tiba demi memenangkan pertandingan.
Yang perlu diingat adalah dongeng Atalanta ini tidak dipengaruhi oleh faktor miliarder. Atalanta tidak punya pemilik klub sekelas konglomerat. Beban gaji Atalanta bahkan tidak masuk dalam top 10 Serie A. Keberhasilan lolos ke 16 besar membuat mereka mendapatkan aliran dana ekstra sebesar 50 juta euro, total beban gaji mereka hanya di angka 36 juta euro.
Kesuksesan Atalanta lebih disebabkan oleh gaya-gaya sepakbola lama. Karena uang yang terbatas, mereka harus pintar-pintar mencari bakat, bersabar, melatih dengan cerdas, dan berinvestasi. Akademi Atalanta dipuji sebagai salah satu sumber talenta terbaik di Italia. Lalu, ada sosok Gasperini yang patut dipuji karena mampu memaksimalkan potensi timnya.
Ditulis Football Italia, barisan talenta terbaik Atalanta muncul ke permukaan pada musim 2016/17. Pemain-pemain seperti Franck Kessie, Mattia Caldara, dan Roberto Gagliardini membantu Atalanta menembus Zona Eropa setelah absen hampir selama 30 tahun terakhir. Saat itu pun Atalanta diperkuat pemain berbakat lainnya seperti Leonardo Spinazzola dan Bryan Cristante. Lalu, setahun berselang, sebagian besar nama-nama itu dijual dengan harga mahal.
Kehilangan bakat tidak membuat Atalanta kesulitan, justru sebaliknya. Mereka bisa memanfaatkan uang hasil penjualan untuk memperkuat skuad, menjaga kestabilan akademi, dan hasilnya bisa terlihat sekarang. Yang tidak kalah istimewa, Atalanta ternyata punya stadion sendiri, bukan menyewa kepada pemerintah Italia. Hanya ada empat klub yang memiliki stadion sendiri di Serie A, salah satunya Atalanta.
Hal-hal inilah yang memperkuat fondasi klub, mulai dari akademi, stadion, dan tentunya pelatih. Gasperini mungkin bukan genius taktik, tapi dia tahu caranya memaksimalkan jebolan akademi. Alanta perlahan-lahan dibentuk menjadi klub besar. Calon raksasa Italia di masa depan.
Sumber: Bola/Football Italia/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun