JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Bintang baru angkat besi Indonesia resmi lahir. Lifter remaja berusia 17 tahun, Windy Cantika Aisah, meraih emas SEA Games 2019 di Ninoy Aquino Stadium, Manila, hari ini (2/11).
Windy dengan mantap berdiri di podium tertinggi dan membuat lagu Indonesia Raya diperdengarkan di Manila via angkatan seberat 190 kilogram.
Dia jauh meninggalkan peraih perak Phyo Pyae Pyae asal Myanmar yang hanya mampu mengangkat 180 kilogram. Perunggu kelas 49 kilogram ini, didapatkan atlet Vietnam Ngo Thi Quyen dengan 172 kilogram.
”Alhamdulillah, terima kasih kepada Allah. Sebab, semua ini karena Allah. Kedua, Windy kasih buat bapak Windy karena bapak Windy hari ini dioperasi. Buat Mama juga. Buat Indonesia, buat semuanya,” ucapnya dengan senyum mengembang. Mata Windy berbinar-binar penuh dengan kebahagiaan.
Windy adalah putri Siti Aisah, lifter peraih perunggu Kejuaraan Dunia Angkat Besi 1988. Windy meraih emas SEA Games 2019 dengan cara luar biasa. Pada angkatan snatch dia mampu membukukan catatan 86 kilogram. Itu juga merupakan rekor dunia junior baru. Windy mempertajam rekor angkatan atas namanya sendiri yakni 84 kilogram.
Sebelumnya, dia mengukir rekor itu pada Kejuaraan Asia Junior dan Remaja 2019 di Pyongyang, Korea Utara, Oktober lalu.
Pada angkatan clean and jerk, Windy hari ini berhasil mencatat 104 kilogram. Ini adalah rekor dunia junior baru. Dia memecahkan catatan atas namanya sendiri yakni 102 kilogram yang dia cetak juga di Pyongyang.
Jadi secara otomatis, total angkatan Windy yang 190 kilogram itu juga merupakan rekor anyar. Melebihi catatan sebelumnya, lagi-lagi atas namanya sendiri yakni 186 kilogram.
Jadi, selain mendapatkan emas, Windy juga berhasil membuat tiga rekor dunia baru di kelas junior. ”Semua adalah strategi pelatih. Pelatih yang ngatur, jadi, Windy tinggal ngangkat aja,” katanya.
”Ke depannya, harus lebih baik lagi, harus disiplin lagi. Mulai dari latihan istirahat dan makan. Insya Allah ini jadi motivasi lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Angkatan harus naik untuk kuota Olimpiade,” imbuhnya.
Windy melesat dalam waktu yang relatif singkat. Dia baru masuk ke pemusatan latihan nasional pada 21 April 2019. Kemunculan Windy di pentas angkat besi nasional sebenarnya agak terlalu dini. Dia masuk pelatnas karena kondisi darurat. Pelatnas kehilangan dua lifter putri secara beruntun. Pertama, Sri Wahyuni Agustiani yang menikah, lalu hamil. Kemudian, penggantinya, Acchedya Jaggadhita tersandung kasus doping.
Sebelum resmi bergabung pada April lalu, Windy sudah berlatih di pelatnas sejak Februari. Dan dia langsung bersinar. Dia tak gentar dan sangat bernyali ketika diterjunkan pada Kejuaraan Asia 2019 di Ningbo, Tiongkok. Padahal, jarak kejuaraan itu dengan pelatnas tak sampai dua bulan.
Tentu saja, melawan lifter-lifter dari Tiongkok dan Korea Utara yang menguasai berbagai event dunia, dia tidak meraih medali. Namun, dia pulang dengan membawa tiga rekor dunia remaja! Rekor itu dia pertajam saat terjun di IWF Junior World Championships alias Kejuaraan Dunia Junior 2019 di Suva, Fiji. Lalu dia juga memperbarui rekor tersebut di Pyongyang, Oktober silam.
Meski dipersiapkan untuk lolos ke Tokyo, pelatih angkat besi Dirdja Wihardja mengatakan bahwa target utama Windy adalah emas Asian Games 2022. Menurut dia, Windy memiliki potensi besar untuk itu. Namun, karena usia Windy masih sangat belia, otot-ototnya belum matang. PB PABSSI masih memperkuat hal-hal dasar terlebih dahulu. Dia diperkirakan bisa mencapai peak performance sekitar tiga tahun lagi.
”Windy hari ini tampil sangat luar biasa. Semoga dia bisa meraih tiket lolos ke Olimpiade Tokyo 2020,” kata Dirdja.
Editor : Deslina
sumber: Jawapos.com