PELONGGARAN DIMULAI, TETAP TAAT PROKES

Kemenhub Keluarkan 4 SE Terkait Pelonggaran Perjalanan Domestik

Nasional | Kamis, 10 Maret 2022 - 10:27 WIB

Kemenhub Keluarkan 4 SE Terkait Pelonggaran Perjalanan Domestik
Ilustrasi Rapid test antigen. (DERY RIDWANSAH/ JAWAPOS.COM)

Sementara itu, untuk KA lokal dan aglomerasi, pelanggan wajib divaksin minimal dosis pertama kecuali anak usia di bawah 6 tahun untuk bisa memanfaatkan moda transportasi ini. Mereka tidak diwajibkan untuk menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR atau rapid test antigen.

"Pelanggan yang tidak melengkapi persyaratan serta pelanggan yang sudah divaksin tapi positif Covid-19 dalam kurun waktu 14 hari ke belakang, tidak boleh melakukan perjalanan," tegasnya.


Mereka dipersilakan untuk membatalkan tiketnya. Lebih lanjut dia menyampaikan, bahwa berdasarkan SE Kemenhub yang baru kapasitas angkut KA jarak jauh sudah dibolehkan 100 persen. Kendati demikian, dia menegaskan jika aturan protokol kesehatan tetap wajib dijalankan. Pelanggan wajib memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, menghindari makan bersama, dan menggunakan hand sanitizer.

Pelanggan juga tidak diperkenankan untuk berbicara satu arah maupun dua arah melalui telepon ataupun secara langsung sepanjang perjalanan. Larangan makan dan minum untuk perjalanan kurang dari 2 jam juga tetap diterapkan, terkecuali bagi individu yang wajib mengkonsumsi obat dalam rangka pengobatan.

Beda dengan KA jarak jauh, Commuter line masih menerapkan pembatasan kapasitas pengguna maksimal 60 persen. Ini berlaku untuk KRL baik di wilayah Jabodetabek maupun KRL Jogjakarta-Solo. Sebelumnya, kapasitas maksimal untuk KRL hanya sekitar 40 persen.

Mengikuti kebijakan tersebut, marka di tempat duduk telah dicabut. Nantinya, akan diganti dengan stiker sosialisasi berisi ajakan jaga jarak.

Perubahan ini tak serta merta membuat volume pengguna KRL naik tajam. Kemarin (9/3), jumlah penumpang cenderung stabil. Pada jam sibuk pagi hari, volume pengguna KRL mencapai 124.923 orang. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan hari sebelumnya, yang mencapai 127.103 pengguna. Sementara hingga pukul 15.00 WIB, jumlah pengguna mencapai 273.449. "Angka ini juga stabil dibandingkan hari kemarin yang berjumlah 268.786," ungkap VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba.

Selain kapasitas, ada penyesuaian pula untuk anak usia di bawah lima tahun (balita). Mereka kini bisa naik KRL dengan syarat didampingi orang tua dan mengikuti protokol kesehatan secara ketat. Mereka pun hanya dibolehkan menggunakan KRL di luar jam-jam sibuk.

Anne menegaskan, meskipun aturan perjalanan kini lebih fleksibel, protokol kesehatan tetap wajib diterapkan. Pengguna wajib memakai masker dan disarankan masker ganda dengan dilapis masker kain. Pengguna juga wajib sudah divaksin dengan melakukan scan melalui aplikasi Peduli Lindungi. "Aturan larangan berbicara secara langsung maupun melalui telepon selama berada di dalam kereta juga tetap berlaku," ujarnya.

FKUI Teliti Kematian Akibat Covid-19
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) baru saja melansir studi prognostik kematian akibat Covid-19 di Indonesia. Studi ini mengambil sampel sebanyak 243 kasus pasien meninggal Covid-19 di RSUD Koja, Jakarta dalam rentang 20 Maret hingga 31 Juli tahun lalu. Secara garis besar studi prognostik berkesimpulan angka kematian yang tinggi pasien Covid-19 tidak lepas dari hipertensi dan obesitas sebagai komorbiditas serta pengentalan darah pada pasien.

Dalam konteks penanganan Covid-19, faktor prognostik harus dikenali. Agar penanganan pasien Covid-19 cepat dan tepat. Sehingga angka kematian pasien Covid-19 ke depannya dapat ditekan. Untuk diketahui kajian atau studi prognostik kematian pasien Covid-19 dari UI itu adalah yang pertama di Indonesia.

Kepala Biro Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) UI Amelita Lusia mengatakan studi faktor prognostik kematian akibat Covid-19 itu diketuai oleh dr Arvin Pramudita di bawah bimbingan Prof Bambang Budi dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI dan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

Amelita menjelaskan hasil studi itu menunjukkan pasien yang beresiko lebih tinggi mengalami kematian akibat Covid-19. Yaitu pasien yang berpenyakit bawaan, berkebutuhan oksigen dengan segera, serta berstatus RDW (read cell distribution width) abnormal. Serta yang menjalani terapi klorokuin (obat antimalaria).

Faktor prognostic lainnya adalah variasi ukuran sel darah merah (RDW) yang lebih tinggi. Lalu kadar limfosit yang rendah. Khusus pasien yang menjalani pengobatan dengan klorokuin, mendapatkan pantauan khusus. Pemberian obat antimalaria itu dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping bagi pasien Covid-19, khususnya pada sistem jantung dan pembuluh darah.(tau/mia/wan/jpg/ted)

Laporan: JPG (Jakarta)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook