Beri Rasa Aman saat Puncak Haji, Petugas Khusus Masjidilharam Ditambah

Nasional | Kamis, 30 Juni 2022 - 21:30 WIB

Beri Rasa Aman saat Puncak Haji, Petugas Khusus Masjidilharam Ditambah
Jasa kursi dorong di Masjidilharam. (MEDIA CENTER HAJI UNTUK JAWA POS)

MAKKAH (RIAUPOS.CO) – Seksi Petugas dan Keamanan Jemaah Daerah Kerja (Daker) PPIH Makkah, Arab Saudi memperkuat personel guna menghadapi lonjakan jemaah di Masjidilharam. Langkah ini diambil untuk memberikan kenyamanan bagi jemaah haji.

“Personel kita perkuat di Masjidiharam demi memberikan rasa aman. Sebelumnya, sektor khusus Masjidilharam personel 10. Saat ini ditambah 19 jadi 29 personel. Ini yang khusus personel dari TNI/Polri,” ujar Kepala Seksi Petugas dan Keamaaan Jemaah, Kolonel Muftil Umam, Kamis (30/6/2022).


PPIH selama ini menggandeng personel khusus dari TNI/Polri untuk memberikan bantuan pengamanan jemaah selama pelaksanaan haji. Meski berstatus prajurit TNI/Polri, saat menjalankan tugas di Arab Saudi, mereka tidak berseragam prajurit, melainkan berpakaian putih dan rompi hitam layaknya petugas haji lainnya.

Muftil yang berstatus sebagai prajurit Kopassus ini mengatakan, selain perkuatan personel, sif jaga di Masjidilharam juga ditambah. Jika sebelumnya hanya dua sif dengan durasi jaga masing-masing 12 jam, saat ini ditambah menjadi tiga sif dengan durasi jaga 8 jam.

Selain prajurit TNI/Polri, sektor khusus di Masjidilharam juga diperkuat petugas lainnya. Total petugas di sektor khusus kini mencapai 80 orang. Mereka tersebar di delapan titik masjid baik di dalam maupun di luar. Di antaranya di lokasi tawaf, lokasi sai, pintu Babussalam, sekitar Tower Zamzam, serta tiga terminal bus yang ada di seputaran Masjidilharam.

Selain memberi rasa aman bagi jemaah, personel yang dikenal dengan sebutan linjam (pelindungan jemaah) ini juga membantu jemaah yang tersesat, membantu memenuhi kebutuhan jemaah termasuk juga membantu jemaah agar tidak menggunakan jasa kereta dorong ilegal hingga membantu jemaah yang kehilangan sandal.

“Termasuk kereta dorong kami juga arahkan dan sosialisasikan untuk kereta dorong yang resmi. Kami juga punya banyak sandal untuk membantu jemaah yang kehilangan sandal,” ujarnya.

Hasil evaluasi sementara, masalah jemaah yang paling banyak terjadi di Masjidilharam adalah lupa atau tidak tahu jalan pulang ke hotel. Tahun ini, jemaah yang seperti itu mudah diarahkan karena rata-rata masih berusia muda di bawah 65 tahun dengan tingkat pengetahuan yang mencukupi.

“Hampir tidak ada risti (pelindungan), seperti tahun 2019 yang luar biasa. Tiap hari 2019, hampir ada 200 jemaah tersesat, sekarang paling banyak 20. Ini sama teman-teman langsung diatasi. Kalau ada jemaah yang tersesat. Linjam wajib membantu sampai titik bus pengantaran,” kata Mufti.

Sedangkan untuk kasus di dalam Masjidilharam hampir tidak ada. Ada beberapa kasus kecil misalnya karena ketidaktahuan, jemaah menggunakan jasa kereta dorong ilegal. Permasalahan yang melibatkan otoritas kerajaan Arab Saudi juga relatif tidak ada.

“Ada satu-dua masalah. Ada jemaah yang merokok. Ada yang merokok di sekitaran sai, habis sai langsung merokok, sehingga didatangi askar. Tidak sempat dibawa ke askar, akhirnya bisa diselesaikan,” jelas Mufti.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook