JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pengadaan tiga buah kapal selam hasil kerja sama dengan Daewoo Ship Building Marine Engineering (DSME) Korea Selatan dilakukan pemerintah.
Kini, satu buah kapal selam, KRI Nagapasa-403 telah bersandar di Dermaga Kapal Selam Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin pagi (28/8/2017). Pembelian kapal selam itu merupakan respon militer Indonesia terhadap dinamika isu internasional yang ada saat ini.
Di antara itu adalah kepentingan Indonesia di perairan Laut Cina Selatan, khususnya Kepulauan Natuna. Pemerintah sendiri beberapa kali sudah menyatakan bahwa status Indonesia di sana adalah netral.
Namun, pernyataan itu tidak bersifat statis. Indonesia, diyakini tetap tidak akan mengabaikan berbagai ancaman yang mungkin akan muncul di sana. Menurut Pengamat Hubungan Internasional Universitas Brawijaya yang fokus terhadap kajian military studies dan geopolitik, Ni Komang Desy Arya Pinatih, ancaman non tradisional yang kentara saat ini salah satunya adalah ilegal fishing.
Dia melihat, keberadaan KRI Nagapasa-403, bakal menambah kekuatan Indonesia untuk menghadapi ancaman seperti itu.
"Dari aspek lingkungan strategis, pembelian kapal selam ini dapat dilihat sebagai upaya Indonesia untuk memperkuat armadanya di Kepulauan Natuna. Ini sebagai respon atas meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan," ujar Desy, sapaannya, kepada JawaPos.com, Selasa (29/8/2017).
Dia menyatakan, Indonesia akan menghadapi ketatnya kompetisi dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
"Di luar kawasan itu, kita juga menghadapi munculnya kekuatan-kekuatan maritim yang kian agresif seperti Tiongkok dan India," sebut alumnus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta itu.
Desy menambahkan, sebenarnya tidak ada ukuran pasti berapa jumlah kapal selam yang harus dimiliki Indonesia. Dalam pengadaan alutsista, sebuah negara biasanya mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain, kondisi geografis, rencana strategis, doktrin militer, hingga alokasi anggaran pertahanan. Jika menelaah dari aspek geografis, luas perairan Indonesia mencapai 3.257.483 km2.
"Maka, wajar apabila Indonesia mengembangkan kapabilitas militer berbasis maritim," ungkapnya.