Dia kemudian merujuk kepada standar Minimum Essential Forces (MEF) Indonesia yang sudah dikembangkan sejak era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Kalau dilihat dari situ idealnya pada 2024 nanti matra laut Indonesia diperkuat sekitar 154 kapal perang, 12 di antaranya adalah kapal selam," terangnya.
Alumnus Pasca Sarjana Universitas Indonesia itu menjelaskan, standar MEF itu dilanjutkan pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo yang punya visi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Indonesia digadang-gadang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan maritim di regional Asia Tenggara. Jokowi melihat bahwa selama ini pembangunan kapabilitas militer Indonesia semata-mata bertumpu pada matra darat padahal secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan.
"Visi Poros maritim dunia ini kemudian diimplementasikan melalui serangkaian kebijakan kemaritiman, salah satunya adalah penguatan armada laut Indonesia," imbuhnya.
Lantas, mengapa kapal selam menjadi pilihan saat ini ketimbang kapal perang jenis lainnya? Desy menilai, pengadaan kapal selam sesuai dengan kebutuhan negara. Kemampuan kapal selam salah satunya adalah beroperasi secara diam-diam tanpa menarik perhatian atau mode stealth. Kapal selam juga memiliki kemampuan surveillance cukup tinggi dengan daya jelajah yang luas.
"Aspek strategisnya, karena kapal selam beroperasi sebagai deterrent effect atau efek penangkalan. Dimana musuh akan berpikir dua kali sebelum menyerang pertahanan kita karena ada pertimbangan kemungkinan mereka bisa mendapat serangan balasan," tandasnya. (did)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama