PEKANBARU (JPG dan TIM RIAUPOS.CO) - BADAN Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kemarin (28/6) memberikan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) Ivermectin. Selain itu, BPOM juga memberikan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 dari Sinovac untuk anak usia 12 hingga 17 tahun.
Invermictin di Indonesia digunakan sebagai obat infeksi kecacingan. Obat ini tergolong obat keras. Misalnya saat digunakan untuk infeksi kecacingan, hanya diberikan setahun sekali. Itu pun dengan jumlah yang sedikit. Pada masa Covid-19 ini, di beberapa negara menggunakan Ivermectin sebagai obat. Namun, BPOM tak mau gegabah. Untuk itu perlu adanya uji klinik.
"Ada guideline dari WHO yang mengkaitkan treatment Covid-19. Ivermectin dapat digunakan sebagai kerangka uji klinik," kata Kepala BPOM Penny K Lukito, kemarin.
Dia menyatakan bahwa lembaganya mendukung uji klinik yang akan dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan. Uji klinik dilakukan di delapan rumah sakit yang tersebar di Jakarta, Pontianak, dan Medan.
"Jika masyarakat ingin mendapatkan obat ini dan tidak terlibat dalam uji klinik, maka dokter bisa memberikan sesuai protokol uji klinik," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri BUMN Eric Tohir menyatakan bahwa adanya uji klinik ini merupakan upaya dalam mengatasi pandemi. "Dalam kondisi kritis seperti ini, yang perlu diperhatikan salah satunya adalah ketersediaan obat," ungkapnya. Dia menyatakan bahwa dalam negeri siap memproduksi 4,5 juta.
BPOM juga telah menerbitkan emergency use authorization (EUA) untuk penggunaan Vaksin Sinovac bagi anak usia 12 hingga 17 tahun. Kabar itu disampaikan Presiden Joko Widodo kemarin. "Vaksinasi untuk anak-anak bisa segera dimulai," katanya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengapresiasi tercapainya 1 juta vaksinasi. Kepala Negara menginginkan agar ketercapaian 1 juta ini dapat terus dilakukan dan jumlahnya dilipatgandakan. "Semua pihak harus tetap bekerja keras agar target 1 juta vaksin terjaga sampai akhir Juli dan dapat meningkat dua kali lipat pada Agustus," ungkapnya.
Vaksinasi Massal, Warga Antusias Kunjungi Graha Pena Riau
Kasus terkonfirmasi Covid-19 harian di Riau belakangan ini terpantau melandai. Namun masyarakat perlu menyadari angka kasus terkonfirmasi masih tergolong tinggi, sehingga protokol kesehatan harus tetap dijalankan.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Riau dr Indra Yovi mengatakan, saat ini di Riau grafik penambahan pasien positif Covid-19 terpantau melandai bahkan menurun. Namun angka kasus terkonfirmasi hariannya masih tetap di angka 200-300 kasus per hari. "Artinya masih sangat tinggi. Jadi protokol kesehatan harus tetap dijalankan, bahkan ditingkatkan," katanya.
Dijelaskan Indra Yovi, secara grafik angka kasus terkonfirmasi Covid-19 harian tidak lagi di angka 500-800 seperti yang terjadi pasca-Idulfitri lalu. Namun ada 100, 200 hingga 300 orang yang positif di Riau dalam sehari.
"Oleh sebab itu kami minta kepada masyarakat di Riau jangan senang dulu dengan angka-angka yang turun. Walau turun dan melandai, angka konfirmasi hariannya masih sangat tinggi. Kami sangat berharap protokol kesehatan selalu menjadi yang utama bagi masyarakat dalam setiap menjalankan aktivitasnya," pintanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir menyampaikan, per Senin (28/6), pasien Covid-19 di Riau yang menjalani perawatan sebanyak 536 orang. Sementara itu yang menjalani isolasi mandiri atau tergolong orang tanpa gejala (OTG) sebanyak 2.206 orang.
"Per hari Senin di Riau terdapat penambahan 209 pasien, sehingga total pasien Covid-19 di Riau saat ini sebanyak 69.830 orang," katanya.