(RIAUPOS.CO) - Menjelang hari pemberangkatan ke Tanah Suci, jemaah calon haji (JCH) terus diperingatkan untuk mempersiapkan diri dengan baik. Terutama menghadapi cuaca panas. Saat puncak ibadah haji, suhu di Arab Saudi diperkirakan mencapai 50 derajat Celsius.
Untuk menghindari risiko dehidrasi hingga heatstroke, JCH diminta mempersiapkan elektrolit. Jemaah juga harus dapat mengenali tanda-tanda heatstroke. ”Jangan sampai mereka tidak menyadari bahwa sudah masuk dalam tahap heat exhaustion,” kata Kepala Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr Muhammad Imran. Gejalanya, antara lain, pusing, kulit terlihat pucat, napas cepat, nyeri otot, dan mual pada saat aktivitas di luar ruangan.
Menurut Imran, ada kondisi sebelum orang dinyatakan mengalami heatstroke. Kondisi pertama adalah heat exhaustion. Kondisi itu dapat diatasi dengan minum air yang cukup, mengganti elektrolit yang hilang, menyemprot tubuh dengan air, dan beristirahat setidaknya 30 menit.
Ketika abai dengan heat exhaustion, bisa terjadi heatstroke. Itu merupakan kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas. Tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan. Lalu, terjadi peningkatan suhu badan dengan cepat hingga mencapai 41 derajat Celsius dalam kurun waktu 10–15 menit. Pada tahap tersebut, tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat.
Heatstroke atau serangan panas dapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit dan mengakibatkan kematian. ”Jangan menunggu haus untuk minum,” imbaunya.
Koordinator Promosi Kesehatan PPIH Bidang Kesehatan Edi Supriyatna mengatakan, perbedaan suhu yang ekstrem ditambah kelembapan yang rendah di Arab Saudi menimbulkan potensi dehidrasi bagi jemaah haji. ”Kunci dehidrasi adalah mineral loss. Jadi, harus minum air yang dicampur elektrolit,” ujar Edi.
Fungsi elektrolit di sini bukan obat diare. Melainkan pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembapan.
Dia menyarankan agar jemaah mencampurkan satu saset oralit dengan 600 ml air. Selain itu, jemaah diminta untuk minum air sebanyak enam botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botol.
Lebih lanjut Edi menyampaikan, jemaah haji diminta untuk menghindari paparan sinar matahari langsung dengan melengkapi diri dengan alat pelindung diri (APD). Salah satunya, menggunakan topi dengan pinggiran yang lebar.
Selain itu, jemaah diminta untuk sering menyemprot bagian tubuh yang terpapar matahari langsung. Terutama muka dan tangan. Jemaah juga diminta untuk mengenakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat serta selalu memakai alas kaki saat bepergian. ”Edukasi ini harus dijalankan mulai dari sekarang, sebelum jemaah haji berangkat,” kata Edi.
Sesuai dengan rencana, calon jemaah haji secara bertahap mulai masuk asrama haji pada 3 Juni. Selanjutnya, kloter pertama akan diterbangkan ke Saudi pada 4 Juni.
Sebelumnya, informasi soal cuaca ekstrem di Saudi disampaikan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Dalam lawatannya untuk mengecek kesiapan menyambut calon jemaah haji, mulai pemondokan, katering, hingga transportasi, dia merasakan panas yang menyengat. ”Panasnya bukan main. Saya sampai sana, temperatur 40 sampai 44 derajat Celsius,” kata Yaqut (23/5).(lyn/c6/fal/jpg)
Laporan JPG, Jakarta