BANJAR (RIAUPOS.CO) - Hampir 2000 orang memenuhi lapangan terbuka di Kiram Park, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, Sabtu (28/4) lalu. Mereka terlibat dalam Pembukaan Jambore Masyarakat Gambut 2018.
Iven tersebut merupakan forum pertukaran pengetahuan dan penguatan jejaring bagi para petani gambut dan masyarakat umum. Sebanyak 265 desa dan kelurahan yang tergabung dalam Desa Peduli Gambut. Peserta berasal ekosistem gambut di tujuh provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan.
Diadakan pertama kali pada tahun 2016 di Jambi, Jambore kali ini menawarkan kegiatan yang lebih lengkap. Peserta dapat mengikuti kelas pelatihan singkat mengenai lima tema. Yang pertama terkait dengan pertanian terpadu dan alami di lahan gambut. Kemudian ada kelas khusus membahas mengenai pemeliharaan infrastruktur pembasahan gambut seperti sekat kanal dan sumur bor.
Lalu ada pula kelas untuk pembahasan akses pendanaan dan permodalan bersama praktisi keuangan, filantropi dan bisnis. Kelas yang lain diisi oleh pelatihan promosi produk gambut serta kelas untuk peningkatan nilai tambah kerajinan gambut.
Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Foead dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan restorasi gambut oleh BRG menghadirkan negara di desa-desa gambut. Kegiatan yang sangat praktis di tingkat tapak dilakukan untuk memberikan solusi pada masalah perlindungan dan pengelolaan gambut.
“Pengelolaan lahan tanpa bakar dan pemberdayaan kelompok masyarakat untuk kegiatan padat karya pembangunan sekat kanal dan sumur bor adalah bukti bahwa BRG selalu berada pada kepentingan rakyat,” kata Nazir.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor, S.Sos, M.H. menyatakan apresiasinya pada penyelenggaraan Jambore di Kalimantan Selatan.
“Budaya masyarakat Kalimantan Selatan untuk mengelola gambut sudah berkembang sejak dulu sehingga penting dilestarikan dan ditularkan,”ujar Sahbirin.
Pada Jambore ini juga dihadirkan pameran produk gambut dari masyarakat. Di sini dapat dilihat keragaman kekayaan ekosistem gambut yang masih memerlukan banyak upaya untuk meningkatkan nilai tambahnya.(rls)
Editor: Eko Faizin