JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kepastian penyelenggaraan haji sampai saat ini tidak kunjung dikeluarkan. Kondisi ini membuat sebagian pihak pesimis haji 2020 bisa diselenggarakan. Apalagi di Arab Saudi, khususnya di Kota Makkah, penanganan wabah Covid-19 masih berlangsung sampai sekarang.
Di antara yang meragukan penyelenggaraan haji tahun ini bisa terlaksana adalah Sekretaris Forum Shilaturahim Asosiasi Travel Haji dan Umrah (SATHU) Muharom Ahmad. Sepekan sebelum Idulfitri, dia baru mendarat di Tanah Air dari Arab Saudi. Selama tiga bulan dia berada di sana untuk urusan pekerjaan.
Menurut Muharom Pemerintah Arab Saudi hati-hati memutuskan haji tahun ini kembali diselenggarakan atau tidak.
"Kalaupun diselenggarakan, yang boleh berhaji harus orang yang dipastikan tidak membawa virus corona," katanya kemarin (27/5).
Kehati-hatian itu penting, karena Pemerintah Arab Saudi tidak ingin penyelenggaraan haji menjadi fitnah di kemudian hari. Dia mengatakan Arab Saudi tidak ingin penyelenggaraan haji dicap sebagai mega klaster atau klaster raksasa penularan Covid-19.
Melihat perkembangan terkini, Muharom mengatakan tahun ini penyelenggaraan haji kecil kemungkinan bisa terlaksana.
"Kecil kemungkinan bukan berarti sudah pasti tidak ada haji tahun ini," katanya. Di antara pertimbangannya adalah waktu yang semakin mepet. Menurutnya keputusan haji hingga awal Juni merupakan keputusan yang berisiko.
Menurut Muharom banyak hal teknis yang bisa menjadi kendala penyelenggaraan haji tahun ini. Misalnya ada pasangan jamaah colan haji (JCH), yang salah satunya dinyatakan positif Covid-19. Contoh lainnya dalam satu kloter penerbangan disiapkan untuk 450 orang. Ternyata sepertiga atau separuh di antaranya tidak bisa terbang karenca tertular Covid-19. Maka Kemenag harus menyiapkan gantinya. Jika tidak ongkos penerbangan menjadi lebih mahal, karena penumpangnya berkurang. (wan/mia/jpg)