JAKARTA

IDAI Sebut Kasus Anak Positif Covid-19 Terbanyak di Jabar

Nasional | Senin, 27 September 2021 - 11:31 WIB

IDAI Sebut Kasus Anak Positif Covid-19 Terbanyak di Jabar
Vaksinator menyuntikkan vaksin Sinovac dengan takaran 0,5 ml per dosis kepada seorang anak saat vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12-17 tahun di Kelurahan Semper Timur, Jakarta, baru-baru ini. (FEDRIK TARIGAN/ JPG/ RIAUPOS.CO)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan riset dan melaporkan kasus anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak ada di Jawa Barat (Jabar). Sedangkan kasus kematian anak akibat Covid-19 tertinggi di Jawa Tengah.

"Penelitian ini adalah gambaran data terbesar pertama kasus Covid-19 anak di Indonesia pada gelombang pertama Covid-19. Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tata laksana yang cepat dan tepat," kata Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Aman B. Pulungan seperti dilansir dari Antara di Jakarta, Ahad (26/9).


IDAI melakukan studi retrospektif terhadap data 37.706 kasus anak terkonfirmasi Covid-19 yang diperoleh dari laporan kasus Covid-19 pada anak yang dirawat dokter anak yang tergabung dalam IDAI selama Maret–Desember 2020. Laporan riset IDAI menunjukkan 10 daerah di Indonesia dengan kasus anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak, yakni Jawa Barat dengan angka 10.903 kasus, Riau (3.580), Jawa Tengah (3.108), Sumatera Barat (2.600), Kalimantan Timur (2.033), Jawa Timur (1.884), Bali (1.524), Sumatera Utara (1.448), DI Jogjakarta (1.275), dan Papua (1.220).

Selain itu, IDAI menyebutkan ada tujuh daerah dengan kasus kematian anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak, yaitu Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Berdasar data tersebut, di antara anak-anak terkonfirmasi Covid-19 yang ditangani dokter anak, angka kematian tertinggi pada anak usia 10–18 tahun (26 persen), diikuti 1–5 tahun (23 persen), 29 hari–kurang dari 12 bulan (23 persen), 0–28 hari (15 persen), dan 6 tahun sampai kurang dari 10 tahun (13 persen).

Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat IDAI Antonius H Pudjiadi mengatakan, tidak meratanya deteksi kasus Covid-19 tersebut terjadi karena fasilitas tes PCR dan fasilitas kesehatan yang berbeda. Kapasitas pengujian dengan PCR saat itu di Indonesia masih rendah dan anak bukan populasi prioritas untuk tes.

Sementara itu, Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI  Hikari Ambara Sjakti menuturkan, laporan tersebut menunjukkan angka kematian kasus atau case fatality rate (CFR) Covid-19 pada anak di Indonesia, yakni 522 kematian dari 35.506 kasus suspek (CFR 1,4 persen), dan 177 kematian dari 37.706 kasus terkonfirmasi (CFR 0,46 persen).

Laporan hasil riset IDAI itu menyebutkan CFR Covid-19 anak di Indonesia tersebut jauh lebih tinggi dibanding di negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Hal itu kemungkinan karena kapasitas pemeriksaan (testing) yang rendah sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi.

Laporan tersebut juga mengungkapkan penyebab kematian anak akibat Covid-19 terbanyak karena faktor gagal napas, sepsis/syok sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid). Komorbid terbanyak pada anak Covid-19 yang meninggal adalah malnutrisi dan keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun. Sebanyak 62 anak meninggal tanpa komorbid.

Ketua Satuan Tugas Covid-19 IDAI Yogi Prawira menuturkan, faktor penyebab gagal napas dan sepsis/syok sepsis terjadi pada kondisi Covid-19 yang berat. Sehingga, pemantauan kondisi serta tata laksana secara dini dan tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya dua kondisi tersebut.  Hasil penelitian IDAI tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Frontiers in pediatrics yang terbit pada 23 September.(jpg)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook