PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sebanyak 13 jemaah calon haji (JCH) Riau yang tergabung pada Kloter 12 BTH atau Kloter 7 Riau sudah masuk Embarkasi Haji Antara (EHA) Riau, Ahad (26/6). Para JCH tersebut diberangkatkan ke Arab Saudi, Senin (27/6) pagi ini.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Riau Mahyudin mengatakan, meski hanya berjumlah 13 orang, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) EHA Riau tetap melayani JCH dengan maksimal.
Ke-13 JCH tersebut berasal dari Kota Pekanbaru dan Kabupaten Indragiri Hilir.
"Alhamdulillah, JCH Riau yang bergabung dalam Kloter 12 Batam atau Kloter 7 EHA Riau telah masuk asrama. Rencana yang akan masuk asrama berjumlah 15 orang, tetapi karena ada yang sakit sehingga yang berangkat hanya 13 orang. Ke-13 orang ini merupakan JCH Riau yang terakhir diberangkatkan pada musim haji tahun ini," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, JCH Riau ini direncanakan akan bergabung dengan jamaah asal Provinsi Jambi sebanyak 421 orang pada Kloter 12 BTH. Ke-13 jemaah ini akan melalui proses keberangkatan Senin (27/6) pukul 04.00 WIB. Selanjutnya diberangkatkan ke Bandara Hang Nadim Batam dengan pesawat Lion Air.
"Kemudian mereka akan menuju King Abdul Aziz Jeddah menggunakan pesawat Saudi Arabian Airlines dengan nomor SV 5099. Take off pada pukul 13.00 WIB dan diperkirakan sampai pada pukul 18.10 WAS," ujarnya.
Dipaparkan Mahyudin, hingga saat ini total JCH Riau yang sudah tiba di Arab Saudi sebanyak 2.312 orang. Para JCH tersebut tergabung dalam 7 kloter. "Kloter 1 EHA Riau sebanyak 55 orang, kloter 2 ada 450 orang, kloter 3 sebanyak 448 orang, kloter 4 sebanyak 449 orang, kloter 5 ada 448 orang, Kloter 6 sebanyak 449 orang, dan kloter 7 ada13 orang," paparnya.
Pada kesempatan tersebut, ia juga kembali mengingatkan agar para jemaah selama menjalankan ibadah haji hendaknya memperhatikan pesan dan arahan ketua kloter, serta petugas yang mendampingi. "Kemudian jangan lupa untuk selalu mengkonsumsi air minum. Jangan tunggu haus," imbaunya.
Sementara itu, secara nasional, Kemenag melaporkan hingga Ahad (26/6) total 68.774 JCH yang sudah diberangkatkan ke Tanah Suci. Kemudian ditambah lagi 3.683 JCH yang dalam perjalanan. Mereka terbagi dalam sembilan kloter dan diberangkatkan dari tujuh embarkasi.
Sejak awal keberangkatan sampai dengan hari ini, tercatat total ada 95 JCH sakit. Jumlah itu terdiri atas 76 orang rawat jalan, 14 orang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), dan 5 orang dirawat di RSAS.
JCH wafat, lanjut Fauzin, bertambah dua orang atas nama Samiran Mudjiono Kartoredjo, jenis kelamin laki-laki usia 64 tahun asal kloter Surabaya 10 dan Yuli Nurani Hidayah. Perempuan berusia 56 tahun asal Kloter Solo 27. "Sehingga sampai hari ini (kemarin, red) jumlah jemaah wafat sebanyak 14 orang," ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Agama juga memastikan bahwa para JCH yang menderita haid atau sakit yang menghalangi mereka untuk menyempurnakan umrah wajib sebagai pihak yang akan menerima kompensasi badal haji. Hal ini diumumkan oleh Panyelenggara Perjalanan Ibadah Haji (PPIH) menyusul adanya sebagian JCH yang tidak bisa melaksanakan umrah wajib setibanya di Makkah.
Juru Bicara PPIH Akhmad Fauzin menjelaskan bahwa ada dua kategori JCH yang kemungkinan berhalangan melaksanakan umrah wajib, yaitu perempuan yang sedang haid dan JCH (laki-laki atau perempuan) yang sedang sakit.
Namun sebelum dinyatakan berhalangan, Fauzin mengimbau bagi JCH perempuan yang berhalangan umrah wajib karena haid dapat melakukan tiga hal terlebih dahulu. Pertama, menunggu sampai masa haidnya selesai, kemudian lalu mandi wajib dan melaksanakan umrah wajib.
"Jika sampai mendekati masa wukuf halangannya belum selesai, agar minum obat sesuai petunjuk dokter untuk menghentikan haidnya. Jika sudah bersih, bisa melakukan mandi wajib dan melaksanakan umrah wajib," kata Fauzin, Ahad (26/6).
Jika langkah minum obat tidak memungkinkan alias terlalu mepet dengan waktu umrah, JCH perempuan dapat mengubah niatnya dari haji tamattu’ menjadi haji ifrad, "Yaitu mengerjakan haji tanpa melaksanakan umrah," ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag ini.
Untuk halangan sakit, Fauzin menjelaskan tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, menunggu sampai sembuh serta berkonsultasi dengan dokter PPIH Kloter guna memastikan apakah cukup sehat untuk melaksanakan umrah wajib.
Kedua, jika sampai saat wukuf belum sembuh, pemerintah akan men-safari wukuf-kan JH yang bersangkutan. Pemerintah akan membawa seluruh JCH yang sakit, yang kondisinya masih dapat dibawa ke Arafah untuk wukuf. Rukun thawaf ifadhah-nya juga dibadalkan/diwakilkan oleh petugas atau jemaah lain.
"Jika kondisi sakitnya tidak memungkinkan di-safari wukuf-kan, jemaah tersebut masuk dalam kategori jemaah yang dibadal hajikan oleh pemerintah," jelas Fauzin.
Pemerintah, lanjut Fauzin, mengimbau jemaah yang terhalang umrah wajibnya untuk segera melakukan konsultasi dengan PPIH Kloter dan PPIH Arab Saudi bidang Bimbingan Ibadah. PPIH Bidang Bimbingan Ibadah juga segera melakukan identifikasi dan sosialisasi ke jemaah.
"Pemerintah berharap seluruh jemaah tuntas dalam melaksanakan rangkaian ibadahnya dan bagi yang terhalang karena suatu sebab, maka kami akan usahakan solusinya serta terlaksana dengan baik dan tertib," ujarnya.(sol/tau/jpg)