BMKG: Gelombang Panas Tak Berpotensi Terjadi di Indonesia

Nasional | Kamis, 27 April 2023 - 14:12 WIB

BMKG: Gelombang Panas Tak Berpotensi Terjadi di Indonesia
Seorang pemuda membasahi kepala dengan air untuk melawan cuaca panas di Lombok, NTB, Selasa (25/4). (LOMBOK POST)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Sejak pekan lalu, sebagian negara di Asia Selatan mengalami gelombang panas atau heat wave. Di Indonesia, kemarin (25/4) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan tidak berpotensi mengalami heat wave meski belakangan suhu di tanah air cukup tinggi.

Stasiun pengamatan BMKG di Ciputat, Tangerang Selatan, misalnya, mencatat suhu maksimum harian mencapai 37,2 derajat Celsius. Itu terjadi pekan lalu. Secara umum, suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34 hingga 36 derajat Celsius.


Sementara itu, badan meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, Cina, Thailand, dan Laos melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40 derajat Celsius.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, suhu panas pada April di wilayah Asia secara klimatologis dipengaruhi gerak semu matahari. "Para pakar iklim menyimpulkan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus berlangsung hingga saat ini berkontribusi membuat gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering," paparnya kemarin.

Dia menyebutkan, gelombang panas umumnya terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi. Misalnya, di belahan bumi bagian utara maupun belahan bumi bagian selatan. Selain itu, pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar. "Sementara, wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas," ujarnya.

BMKG menjelaskan, gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari. Itu berkaitan dengan aktivitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.

Pusat tekanan atmosfer tinggi itu menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalir masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi itu berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut. Itu juga yang menyulitkan awan tumbuh di wilayah tersebut.

Gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa. Biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih. Selain itu, untuk termasuk kategori gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik. Misalnya, 5 derajat Celsius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.

Jika memakai indikasi di atas, lanjut Dwikorita, fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia tidak termasuk dalam kategori gelombang panas. "Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus biasa dan terjadi setiap tahun," ujarnya.

Bagaimana dengan lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2 derajat Celsius melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat? Menurut pengamatan BMKG, hingga laporan ini ditulis, suhu sudah turun. Suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36 derajat Celsius.

Dwikorita menjelaskan, kondisi suhu udara yang panas juga dikaitkan dengan fluktuasi radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari. Besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV.

Menurut dia, secara umum pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori low di pagi hari dan masuk kategori high hingga ekstrem ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi antara pukul 12.00 sampai 15.00. Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian tersebut sudah biasa teramati. "Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV," ujarnya. Dia pun meminta masyarakat tidak panik dengan kondisi tersebut.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan turut memberikan tips dalam menghadapi suhu panas di beberapa daerah di Indonesia. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril meminta masyarakat tetap menjaga kondisi cairan dalam tubuh. Artinya, menghindari dehidrasi dengan minum air tanpa menunggu haus. "Hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis," terang dia.

Jika harus beraktivitas di luar ruangan, hindari kontak matahari secara langsung. Bisa menggunakan topi atau payung. "Sebisanya berteduh antara jam 11 pagi sampai 3 siang," kata Syahril. Dia juga mengimbau masyarakat menggunakan sunscreen minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup baju.

Yang perlu diperhatikan apabila tubuh mulai mengeluarkan keringat berlebih, kulit terasa panas dan kering, hingga urine yang sedikit dan berwarna kuning pekat.

"Jika muncul gejala tersebut, dinginkan tubuh dengan kain basah atau sponge basah pada pergelangan tangan, leher, dan lipatan tubuh lainnya serta banyak minum air," jelas Syahril. Bahkan, jika gejalanya masih berlanjut, dia menyarankan untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook