Simpulkan Penyebab AKI karena EG dan DEG

Nasional | Selasa, 25 Oktober 2022 - 10:52 WIB

Simpulkan Penyebab AKI karena EG dan DEG
ILUSTRASI (JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Presiden Joko Widodo memanggil Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Senin (24/10). Tujuannya utuk mengetahui perkembangan kasus acute kidney injury (AKI) atau gangguan ginjal akut misterus.

Dalam kesempatan itu, Kemenkes membeberkan bahwa telah melakukan berbagai upaya untuk mengetahui penyebab penyakit ini. Seusai bertemu dengan Presiden, Budi menjelaskan, jumlah kasus tersebut sudah mulai naik sejak Agustus lalu. Meski sudah mulai ada laporan sejak Januari.  


Sejak ada lonjakan kasus, Kemenkes sudah melakukan review dengan cara patologi atau mengetahui bagaimana penyakit tersebut terjadi. "Jadi kami lakukan (penelitian) laboratoium patologi,"tuturnya.

Hal ini dikarenakan ada kecurigaan AKI disebabkan virus, bakteri, atau parasit. Tes patologi berlangsung sampai September. Tes ini dilakukan pada pasien yang teridentifikasi memiliki gejala serupa. Leptospira dan Covid-19 mulanya diduga menjadi biang. Namun hasilnya, kecil sekali disebabkan virus atau bakteri.  

Pada 5 Oktober badan kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan surat yang isinya peringatan kasus di Gambia, Afrika. Setelah membaca peringatan WHO itu, ada sedikit titik terang. Sebab WHO telah menyebut ada dugaan anak-anak di Gambia meninggal karena AKI pascaminum obat yang mengandung etilena glikol (EG) atau dietilena glikol (DEG). "Sesudah itu kami komunikasi dengan WHO dan Pemerintah Gambia,"ujar Budi.

Kementerian Kesehatan lalu melakukan analisa toksikologi untuk melihat dampak buruk dari zat kimia yang masuk dalam tubuh. Setelah dilakukan pengujian pada darah sepuluh anak yang terpapar AKI, ada tujuh yang mengandung EG dan DEG.

Kemenkes juga memeriksa pasien yang meninggal dengan cara biopsi atau pengambilan sampel. Yang diambil adalah ginjalnya. "Setelah kami cek, 100 persen memang terjadi kerusakan ginjal sesuai ciri ciri yang disebabkan zat kimia ini,"kata Budi.  Upaya lainnya, Kemenkes mendatangi rumah pasien yang memiliki gejala AKI. Ini untuk melihat obat apa yang digunakan atau pernah diminum. "Di rumah pasien, ditemukan sebagian besar obat-obatan yang mengandung senyawa itu,"ucapnya.

Dengan beberapa langkah yang sudah dilakukan Kemenkes, Budi menyimpulkan obat yang mengandung EG dan DEG menjadi biangnya. EG dan DEG ini merupakan cemaran dari propilena glikol, polietilena glikol, sorbitol, dan gliserin atau gliserol. Sebenarnya cemaran EG dan DEG tidak bisa dinolkan. Namun sesuai dengan Farmakope dan standar baku nasional, ambang batas aman atau tolerable daily intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG adalah 0,5 mg per kg berat badan per hari.   Kementerian Kesehatan beberapa hari lalu telah melarang menggunakan seluruh obat yang berbentuk sirop. Menurut Budi larangan ini efektif. Sebab ada penurunan jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit.

Untuk itu, BPOM di Pekanbaru terus melakukan pengawasan dan pengawalan terhadap peredaran obat sirop yang tercemar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).

Kepala BBPOM Pekanbaru Yosef Dwi Irwan mengatakan, BBPOM mengawal proses penarikan terhadap peredaran obat sirop yang tercemar EG dan DEG. "Jadi sebenarnya kami telah melakukan proses pengawalan. Mengawal itu artinya memastikan bahwa obat sirop tersebut telah ditarik dari peredaran,"ujar Yosef Dwi Irwan.

‘’Untuk itu kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir karena kami secara terus menerus mengawasi dan mengawal proses penarikan peredaran obat sirop yang tercemar EG dan DEG di atas ambang batas aman tersebut. Apabila masih ada beredar, diimbau kepada masyarakat agar bisa melaporkan kepada BBPOM Pekanbaru,"tambahnya.

Terkait penarikan peredaran obat sirup yang tercemar EG dan DEG di atas ambang, RSUD Bengkalis langsung menarik obat sirop tersebut dari apotek rumah sakit. "Untuk RSUD Bengkalis memang tidak ditemukan pasien gagal ginjal akut , tapi kami tetap mengantisilasi dengan cara menarik obat tersebut dari apotek rumah sakit,"ujar Wakil Direktur RSUD Bengkalis Heri Pratikno saat dijumpai di ruang kerjanya, Senin (24/10).

Menurutnya, RSUD Bengkalis  sebagai rumah sakit rujukan, pasti ada pasien anak yang rawat inap atau rawat jalan. Tentu ini menjadi perhatian pihak rumah sakit untuk terus memantau kondisi anak-anak yang dirawat agar tidak diberikan obat sirup yang dinyatakan berbahaya.

Heri menyebutkan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pengadaan obat-obatan dari luar RSUD, dan jangan sampai obat-obatan berbahaya itu masuk ke apotek RSUD Bengkalis.

"Untuk saat ini memang kondisi rentan teraerang penyakit itu adalah anak-anak. Makanya orang tuanya harus waspada dalam memberikan obat kepada anak. Jika ingin membeli obat harus dipastikan obatnya benar-benar sesuai, dengan cara mencatat jenis obat dan jadwal pemberiannya,"ujar Heri.

Ini gunanya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka akan mudah mendeteksi jenis obat yang diberikan oleh orang tuanya serta memudahkan pihak dokter dalam menangani kasus tersebut.

Heri mengimbau kepada setiap orang tua yang membeli obat harus melalui resep dokter, termasuk membeli obat luar, tanpa rekomenndasi dokter harus dihindari. Jika  terpaksa harus membeli obat di apotek harus dicatat. "Masyarakat juga harus  update berita dan iniformasi terkait penggunaan obat-obatan yang tidak boleh dikonsumasi anak-anak,"harapnya.

Sementara itu, Kepala BPOM Penny K Lukito pada kesempatan yang sama menyatakan bahwa lembaganya telah melakukan pengujian obat-obatan yang diduga ada cemaran EG dan DEG. Selanjutnya Penny membeberkan lembaganya sudah mendapatkan dua industri farmasi yang akan ditindaklanjuti ke ranah pidana.

Artinya ada tindakan yang menyebabkan cemaran EG dan DEG lebih dari ambang batas. Bahkan Penny menyebut kandungan EG dan DEG sangat tinggi dan bisa menyebabkan kerusakan ginjal akut. "Jadi kedeputian IV bidang penindakan  sudah kami tugaskan untuk masuk ke industri farmasi tersebut berkerja sama dengan kepolisian,"ungkapnya.

Penyelidikan yang merujuk pada pidana pun segera dilakukan.Penny menyatakan bahwa lembaganya mengambil sampel secara rutin. Saat registrasi produk obat, bahan baku yang digunakan harus dilaporkan. Pelaku usaha menurut Penny juga harus dilakukan pengujian sampel secara mandiri. "Nah khusus untuk cemaran EG dan DEG sampai saat ini di dunia internasional belum ada standar yang untuk mengatakan untuk diuji. Itulah kenapa kita tidak pernah menguji,"ujar Penny.

Dia juga juga sudah meminta untuk penarikan obat yang mengandung EG dan DEG yang tidak sesuai dengan batas aman. Penarikan dilakukan oleh produsen dan dilaporkan ke BPOM.

Sementara Kadivhumas POlri Irjen Dedi Prasetyo menuturkan, tim gabungan telah bekerja untuk mendalami hasil laboratorium terhadap berbagai obat yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut. Posisinya saat ini sudah mendapatkan sampel dari Kementerian Kesehatan. Seperti urine, darah dan sampel obat. "Semua sampel dari Kemenkes ya,"paparnya.

Penyidik kasus tersebut gabungan dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipid Narkoba), Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter), Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus), dan Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum). Serta, dari Pusat Laboratorium Forensik (Pulabfor). "Kasus dalam status penyelidikan,"terangnya.

Menurutnya, bila kasus tersebut naik status dari penyelidikan ke penyidikan, tentnya akan kembali diinformasikan. Yang pasti menyelidikan kemungkinan adanya kelalaian dalam kasus tersebut. "Begitu dulu ya,"paparnya di kantor Divhumas Polri, Senin (24/10).

Fraksi Partai Gerindra DPR RI turut menyoroti penyakit gagal ginjal akut yang menyerang ratusan anak Indonesia. Ketua Fraksi Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, partainya akan memanggil Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk meminta penjelasan terkait persoalan tersebut.

Muzani mengatakan, saat ini para orang tua merasa khawatir dengan persoalan penyakit gagal akut yang menyerang 200 lebih anak-anak Indonesia. Sebagai partai politik, kata dia, Gerindra memiliki tanggung jawab serta kepedulian terhadap masalah itu. "Kami akan memanggil dan meminta penjelasan menteri kesehatan ketika masa sidang nanti,"katanya.

Fraksi Gerindra akan bertanya apa penyebabnya ratusan anak-anak terkena gagal ginjal akut. Seperti apa pemerintah menyiapkan obatnya?. Wakil Ketua MPR itu menyatakan, partainya sangat memahami keresahan yang yang dirasakan para ibu.(dof/mia/lum/idr/lyn/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook