JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memprediksi pada kuartal III 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,5 persen. Angka ini didasarkan pada kondisi Indonesia yang dinilai telah berhasil menjaga momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
"Di kuartal ketiga pertumbuhan ekonomi masih akan tumbuh sangat kuat di atas 5,5 persen. Ini perkiraan dari Kementerian Keuangan," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA secara virtual, Ahad (23/10).
Menkeu, bahkan menyebut indikator perekonomian Indonesia atau PMI dalam jangka pendek masih sehat dan kuat. Hal ini sebagaimana beberapa indikator yang terdeteksi, meliputi indikator mobilitas, indeks penjualan ritel, dan indeks pengeluaran yang semuanya masih dalam situasi yang positif dan ekspansif hingga penguatan dari sisi suplai. "Ini berarti 13 bulan berturut-turut Indonesia PMI-nya masih terus-menerus dalam keadaan ekspansi," ujarnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani menjelaskan, dari sisi manufaktur, kapasitas pengolahan produksi juga mengalami kenaikan. "Ini semuanya menggambarkan bahwa kuartal ketiga ini produk domestik bruto (PDB) kita mungkin masih kuat meskipun kemarin kita menaikkan harga BBM," imbuhnya.
Bahkan, di tengah melemahnya perekonomian global, kata Sri Mulyani, kondisi Indonesia relatif bisa bertahan. Terlebih, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 berada di 5,3 persen. Tahun depan, pertumbuhan juga diperkirakan pada level 5,0 persen.
Hal itu menurutnya, disebabkan oleh kinerja sektor eksternal Indonesia yang masih cukup baik. Merujuk pada neraca perdagangan, Indonesia mengalami surplus 4,9 triliun dolar AS pada September 2022. Surplus itu adalah yang ke-29 bulan berturut-turut. Adapun akumulasi surplus perdagangan selama 2022 mencapai 39,9 triliun dolar AS.
Sri Mulyani menilai surplus perdagangan telah memberikan bantalan bagi Indonesia terhadap guncangan perekonomian global. Ekspor Indonesia pun masih tumbuh 20,28 persen meskipun trennya sudah mulai ada penurunan pada beberapa bulan.
Ia menerangkan, kondisi penurunan ekspor disebabkan oleh kondisi komoditas unggulan Indonesia secara global, misalnya crude palm oil atau CPO. Tak hanya soal kuantitas, harga CPO bahkan secara global sedang mengalami penurunan.
Meski situasi ekonomi Indonesia terlihat kuat dan sehat, Sri Mulyani mengingatkan untuk selalu waspada menghadapi tantangan ekonomi global pada 2023. "Jadi, kita juga harus sangat hati-hati, meskipun kita juga momentum pemulihan ekonomi kita masih sangat sehat dan kuat," jelasnya.(esi)