“Kami sudah menyiapkan posko, dibantu Angkasa Pura II, satu posko di sini Bandara Soekarno-Hatta dan satu posko di Pontianak, dan juga ada di kantor kami. Nomor hotline bisa dihubungi ke 021-80637817. Kami akan beri pendampingan semaksimal mungkin ke pihak keluarga. Tentunya kami bekerja dengan koordinasi yang sangat ketat dengan pihak terkait dalam proses pencarian SJ 182 ini,” ujarnya.
Maskapai Sriwijaya Air menyediakan fasilitas hotel untuk menginap bagi keluarga penumpang korban pesawat jatuh. ”Kita menyediakan fasilitas menginap di hotel di Kubu Raya atau yang terdekat dengan Bandara Internasional Supadio Pontianak bagi keluarga korban,” ujar District Manager Sriwijaya Air Pontianak Faisal Rahman di Kubu Raya, Sabtu (9/1).
Dia menjelaskan, fasilitas tersebut agar stamina keluarga penumpang yang menunggu sejak informasi ada dan datang ke Bandara Internasional Supadio Pontianak terjaga selalu baik. ”Kami ingin keluarga dalam hal dari luar kota staminanya baik,” jelas Faisal Rahman.
Dia menambahkan, telah memberikan penjelasan dan arahan kepada keluarga korban yang datang di posko untuk keluarga korban di gedung serbaguna Bandara Supadio Pontianak. ”Kami juga membuat grup Whatsapp agar mempermudah koordinasi dengan para keluarga korban. Kami terus berikan informasi kepada keluarga untuk perkembangan terbaru terkait penanganan saat ini,” terang Faisal Rahman.
Terkait data penumpang pesawat dan validasi dengan pihak keluarga, pihaknya tengah melakukan pengecekan. ”Kami terus melakukan pengecekan dan memperbaharui perkembangan terkini,” jelas Faisal Rahman.
Sebelumnya, pihak Bandara Internasional Supadio Pontianak di Kubu Raya menyediakan posko untuk ruang tunggu keluarga korban pesawat Sriwijaya Air, B737-500 rute Jakarta–Pontianak yang dinyatakan hilang kontak, pada Sabtu (9/1) sejak pukul 14.40 WIB. Saat ini rekan dan keluarga korban dari penumpang terus berdatangan. Pihak bandara, aparat, dan Basarnas serta lainnya mengawal dan terus memantau kondisi di posko tersebut.
Berusia 26 Tahun
Pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Kepulauan Seribu dengan Type Y telah berusia 26 tahun. Sebagai informasi, berdasarkan data yang dirilis planespotters, pesawat dengan nomor registrasi PK-CLC tersebut sebelumnya dioperasikan oleh United Airlines dan Continental Airlines. Keduanya merupakan maskapai asal Amerika Serikat (AS).
Pengamat penerbangan Alvin Lie menyebut, lama usia pesawat tidak menjadi persoalan jika perawatannya dilakukan dengan baik secara rutin. “Pesawat 26 tahun itu tidak ada masalah, yang usia 40-50 tahun pun tidak ada masalah. Pesawat tua asal perawatannya baik tetap laik terbang,” ujarnya saat dihubungi oleh JawaPos.com, Sabtu (9/1).
Alvin menjelaskan, keterkaitan usia pesawat, perbedaannya hanya pada efisiensi. Semakin tua usia pesawat maka semakin besar biaya perawatan dan operasionalnya. Sebab, dengan tekonologi yang lama, konsumsi dan bahan bakarnya juga lebih mahal. “Tapi kalau kelayakan udaranya jelas tidak ada masalah karena pesawat itu rutin diperiksa kedisiplinan perawatan dan sebagainya,” ucapnya.
Alvin melanjutkan, kelaikan rata-rata usia pesawat di Indonesia tidak dapat dijadikan acuan. Sebab, masing-masing maskapai memiliki kebijakan yang berbeda. “Nggak bisa bisa dirata-rata. Setiap airline punya kebijakan sendiri-sendiri,” ucapnya.