JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ledakan keras disertai semburan api mengagetkan warga Desa Keduwung, Pasuruan. ’’Ya Allah, ono pesawat rutuh, ndang ngaliho, ngaliho (ada pesawat jatuh, segera menyingkir, red).’’ Teriakan itu terdengar berulang-ulang dalam video yang diterima Jawa Pos (JPG).
Sejumlah warga tampak berlarian menjauh dari badan pesawat yang dilalap api. Dalam video lain, terlihat puing pesawat berserakan. Ada juga jenazah seorang pria yang mengenakan seragam penerbang.
Ya, latihan profisiensi formasi di Lanud Abdulrachman Saleh itu berakhir duka. Dua di antara empat pesawat tempur yang terlibat dalam latihan rutin tersebut jatuh pada pukul 11.18. Empat perwira TNI-AU gugur.
Dua pesawat yang jatuh sama-sama berjenis EMB-314 Super Tucano, berasal dari Skuadron Udara 21. Masing-masing dengan nomor ekor TT-3111 dan TT-3103. Pesawat dengan nomor ekor TT-3103 jatuh ke jurang di kawasan Perhutani. Tepatnya di daerah Watu Gede, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Pasuruan. Pesawat ini diawaki Mayor Pnb Yuda A. Seta di posisi frontseater dan Kolonel Pnb Subhan sebagai backseater.
Sementara itu, pesawat dengan nomor ekor TT-3111 jatuh ke tegalan di kawasan TNBTS. Tepatnya di Desa Wonorejo, Kecamatan Lumbang, Pasuruan. Pesawat ini diawaki Letkol Pnb Sandhra Gunawan sebagai frontseater dan Kolonel Adm Widiono sebagai backseater.
Kepala Dinas Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsekal Madya (Marsma) R Agung Sasongko Jati saat press release di Lanud Abdulrachman Saleh kemarin (16/11) sore menjelaskan, semua jenazah sudah ditemukan. Jenazah Mayor Yuda A Seta dan Kolonel Subhan pertama ditemukan di Watu Gede. Kemudian, jenazah Kolonel Widiono ditemukan di Wonorejo. Yang terakhir ditemukan adalah jenazah Letkol Sandhra Gunawan.
Dua jenazah yang pertama ditemukan langsung dievakuasi tim SAR dibantu warga setempat sekitar pukul 15.00 dari Watu Gede. Selanjutnya, kedua jenazah dibawa dengan ambulans ke Lanud Abdulrachman Saleh. Kemudian, dua jenazah yang ditemukan berikutnya juga dievakuasi tim SAR.
Evakuasi dilakukan secara manual dengan jalan kaki. Sebab, lokasi jatuhnya pesawat hanya bisa dijangkau dengan motor dan jalan kaki. Baru kemudian sampai di bawah, jenazah diangkut dengan ambulans.
Begitu ada informasi pesawat jatuh, menurut Kadispen, pihaknya mengerahkan seluruh alutsista untuk pencarian. Baik berupa helikopter maupun sarana-prasarana lain. ”Kami terima kasih kepada rekan-rekan pencinta alam yang telah menyampaikan ke kami dan masyarakat. Namun, kami mengimbau, bila menemukan peralatan, jangan dipindah, jangan disimpan, jangan dibawa. Karena itu diperlukan untuk penyelidikan,” terangnya sebagaimana yang dilansir Jawa Pos Radar Bromo (JPG).
Selain itu, pihaknya hendak mengambil data recorder pesawat yang menyimpan rekaman gambar kamera pesawat, ketinggian, kecepatan, lokasi, dan semua yang dibutuhkan penyelidikan. Termasuk kondisi mesin pesawat.
”Kami juga mengimbau, kalau menemukan foto-foto yang tidak enak seperti jenazah, tidak di-share, tidak disebarkan. Kita menjaga perasaan keluarga yang ditinggalkan,” tuturnya.
Agung juga menyampaikan bahwa pesawat jatuh karena cuaca buruk saat latihan dan posisi pesawat terlalu dekat dengan lereng gunung. ’’Karena cuaca buruk sehingga pilot tidak bisa melihat dan jarak pesawat yang terlalu dekat dengan gunung. Namun, kami masih harus menyelidiki data recorder pesawat lebih lanjut,” tegasnya.
Dia menyampaikan, pesawat tersebut tengah menjalani latihan profisiensi formasi. Rute penerbangan adalah Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh-Area Alfa Bravo Charlie-Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh. Agung memastikan, latihan profisiensi formasi itu sudah direncanakan dengan matang.
Meski demikian, setelah take off dan kedua pesawat bergabung dalam formasi bersama dua pesawat lain, cuaca menjadi kurang baik. ”Saat itulah terjadi hilang kontak terhadap pesawat nomor satu dan nomor tiga. Yaitu, TT-3111 dan TT-3103,” bebernya.
Pesawat nomor dua dan empat berusaha berkomunikasi dengan pesawat nomor satu dan nomor tiga. Namun, tidak ada jawaban. Akhirnya, dua pesawat tersebut memutuskan kembali ke Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh. Dua pesawat itu berhasil mendarat dengan baik. ”Kemudian, mendapat laporan dari aparat teritorial tentang pesawat jatuh di daerah Pasuruan,” ujar Agung.
Dia menegaskan, semua pesawat dalam kondisi baik. Pesawat ini didatangkan dari Brazil pada 2012. ”Pesawat Tucano ini pesawat bagus. Umurnya masih muda, masih 9 tahun. Dan, pesawat ini selesai dirawat. Jadi, tidak ada masalah mengenai kelayakan pesawat,” ungkapnya.(syn/zen/hn/fun/c14/oni/jpg)