JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pesawat tempur milik TNI AU yang jatuh di Kabupaten Pasuruan pada 16 November menjadi cerita terakhir tentang Kolonel Penerbang Subhan. Dilansir dari Radar Bromo (Jawa Pos Group), Subhan masuk ke dalam daftar korban tewas pesawat tempur yang jatuh di Pasuruan.
Sebelum pergi untuk selamanya, Subhan disibukkan dengan pengiriman bantuan untuk Palestina. Perjalanan panjang harus ditempuh Kolonel Penerbang Subhan untuk membawa puluhan ton bantuan bagi Palestina beberapa waktu lalu. Dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Pangkalan Udara El Arish, Mesir. Dilepas Presiden Joko Widodo pada 4 November. Bantuan itu ditujukan untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang tengah dibombardir Israel.
Kala itu, Subhan bertugas sebagai komandan misi tersebut. Setiba di Mesir, satu-satunya akses untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, Subhan dengan 44 prajurit lain disambut Duta Besar Indonesia untuk Mesir Lutfi Rauf.
Setelah memastikan bantuan kemanusiaan tersebut diterima, Subhan menjadi pemimpin untuk kepulangan rombongan dan sampai dengan selamat di Jakarta pada Rabu (8/11).
Tak disangka, perjalanan dengan misi kemanusiaan itu menjadi perjalanan terakhir Komandan Wing 2 Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh tersebut. Seminggu setelah kepulangan ke Tanah Air dari Palestina, alumnus Akademi Angkatan Udara Angkatan 1998 itu berpulang.
Subhan terbang bersama Mayor Penerbang Yuda A. Seta yang memiloti Super Tucano TT-3103. Subhan dipastikan meninggal dalam peristiwa jatuhnya pesawat TNI-AU di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, (16/11). Begitu pula dengan Yuda.
Subhan menjadi komandan Wing 2 Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh menggantikan Kolonel Penerbang Erwin Sugiandi. Sebelumnya, dia bertugas sebagai perwira menengah Sopsau. Perwira menengah dengan tiga kembang di pundak itu sudah tuntas menjalani pendidikan Sesko TNI. Dia pun tercatat sebagai penerbang C-130 Hercules Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman