Tidak Ada Daerah yang Level 4

Nasional | Rabu, 23 Maret 2022 - 10:47 WIB

Tidak Ada Daerah yang Level 4
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia terus membaik. Tidak ada daerah yang berada di Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. Diharapkan kondisi ini terus terjadi hingga musim mudik Idulfitri nanti.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian kembali memperpanjang PPKM di wilayah Jawa dan Bali. Kebijakan itu tertuang dalam Instruksi Mendagri (Inmendagri) Nomor 18 Tahun 2022.


Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Administrasi Kewilayahan (Adwil) Kemendagri Safrizal ZA mengatakan, evaluasi dua pekan terakhir menunjukan kondisi pandemi semakin membaik. Ini ditandai dengan melandainya kasus positif secara nasional.

Imbasnya, pada perpanjangan PPKM kali ini, tidak ada daerah yang masuk dalam kategori level 4.  "Pada PPKM sebelumnya, masih terdapat 7 daerah di Jawa dan Bali yang masuk dalam level itu," ujarnya, kemarin.

Selain itu, lanjut dia, jumlah daerah pada level 3 juga menurun dari 66 menjadi 39 daerah. Turunnya daerah berisiko membuat daerah pada level 2 mengalami kenaikan dari 55 menjadi 83 daerah. Begitu pula dengan daerah yang masuk pada level 1 sebanyak 6 daerah setelah sebelumnya tidak ada sama sekali.

Safrizal menambahkan, dalam Inmendagri baru juga dilakukan penyesuaian. Pada Level 1 misalnya, sejumlah aktivitas seperti di bioskop, mal, pabrik, dan tempat ibadah sudah dapat beroperasi 100 persen dari sebelumnya 75 persen. Sedangkan perubahan pengaturan pada PPKM level 2 terkait ketentuan operasi bioskop yang semula kapasitas maksimal 70 persen, kini menjadi 75 persen. Begitu pula dengan restoran/rumah makan dan kafe yang berada di area bioskop dari semula 50 persen kini menjadi 75 persen. Meski level keseluruhan turun, dia mengingatkan masyarakat untuk taat pada protokol kesehatan.

"Harus selalu kita sikapi dengan bijak tanpa mengurangi arti kewaspadaan kita dengan terus berupaya untuk memperkuat capaian vaksinasi," imbuhnya.

Pada kesempatan lain, kemarin Juru Bicara Kementerian Kesehatan terkait Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi berharap penurunan kasus terus terjadi. Jika jumlah kasus positif dan angka penularan terus turun, bisa jadi dilakukan pelonggaran mobilitas. Sebentar lagi umat Islam di Indonesia menghadapi Ramadan. Ada tradisi mudik atau pulang kampung menjelang Idulfitri. Sudah dua tahun terakhir, pemerintah melakukan pembatasan ketat untuk mudik. Jika kondisi pandemi terus membaik, Nadia mengungkapkan ada peluang pelonggaran untuk mudik.  "Tentunya dengan menekan jumlah kasus serendah mungkin dan percepatan vaksinasi," ujarnya.

Vaksinasi memang menjadi salah satu cara untuk mengurangi angka kesakitan akibat Covid-19. Sudah sebagian besar masyarakat mendapatkan vaksinasi primer. Sementara vaksinasi booster atau vaksin ketiga masih harus digenjot.  Dengan mengurangi kesempatan penularan Covid-19, virus SARS CoV-2 diharapkan tidak akan bermutasi. Setelah varian Delta dan Omicron yang sempat mencuri perhatian, ada juga varian Deltacron. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya menyatakan bahwa varian Deltacron masih berstatus under monitoring atau tingkat penularan dan keparahannya masih dipantau. Dia menyatakan di Indonesia juga telah ditemukan.

"Tidak ditemukan keparahan," katanya.

Sementara itu, menurut Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, varian BA 2 saat ini jauh lebih mengkhawatirkan dampaknya dan lebih berpotensi untuk memicu gelombang lonjakan kasus baru.

Dicky menyebut, secara data global dan dari karakter virus itu sendiri, sub varian Omicron BA 2 paling menjadi perhatian dan ancaman serta berpotensi memperburuk situasi pandemi. "Dan ini sudah terjadi, seperti di China, Hongkong, Korea dan negara-negara eropa. Sekarang diprediksi 2-3 minggu kedepan Amerika juga akan mengalami lonjakan kasus. Di India juga sudah mulai (naik, red)," jelas Dicky.  

Meski demikian, Dicky menyebut bahwa bukan berarti Deltacron bisa diabakan.

"Tapi secara data secara fakta itu BA 2 yang saat ini lebih berpotensi menyebabkan lonjakan baru," jelas Dicky.

Lonjakan ini, kata Dicky, juga berpotensi di Indonesia. Meskipun tidak sebesar gelombang kasus yang disebabkan oleh Omicron. Dampaknya menurut Dicky akan lebih terasa di daerah-daerah, terutama yang cakupan vaksinasinya masih belum memadai. Baik dosis 2 maupun booster.

Menurut Dicky, BA 2 perlu menjadi catatan terutama menjelang banyak aktivitas massal masyarakat seperti Puasa Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.

"Restriksi memang bisa dilonggarkan, namun di sisi lain harus kita tingkatkan upaya mitigasi dengan protokol kesehatan dan lain-lainnya," jelas Dicky.

Sementara itu, menyambut Ramadan, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan tempat ibadah sudah mulai diberikan kelonggaran. "Karena pandemi sudah mulai turun, hampir terkendali, dan semua hampir dibuka," katanya saat kunjungan kerja ke Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kemarin.

Ma’ruf mengatakan sudah ada fatwa daei Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menyelenggarakan ibadah seperti biasa. Termasuk saf yang bisa kembali rapat seperti semula. Meskipun begitu Ma’ruf mengatakan ada beberapa protokol yang sebaiknya tetap dijalankan. Seperti menggunakan masker dan mencuti tangan.

Selain itu Ma’ruf juga menekankan vaksinasi Covid-19 untuk masyarakat. Dia menekankan untuk menciptakan kekebalan kelompok, vaksinasi Covid-19 sangat penting.  "Vaksinasi lansia akan terus didorong," katanya.

Kemudian bagi masyarakat yang baru mendapat satu dosis vaksinasi Covid-19 juga didorong untuk mendapatkan dosis penuh bahkan dosis tambahan atau booster. Ma’ruf menuturkan menjelang bulan puasa, ditargetkan 70 persen masyarakat lansia sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap dan booster. Selain itu Ma’ruf mengatakan ketika sudah mendapatkan vaksin booster, masyarakat yang nanti mau mudik tidak perlu swab PCR maupun antigen. Dia berharap kasus Covid-19 terus landai. Tidak terjadi lonjakan kembali seperti beberapa waktu lalu.

Pasien Positif Covid-19 di Riau Bertambah 108 Orang

Pasien positif Covid-19 di Riau per hari Selasa (22/3), bertambah 108 orang. Kepala Dinas Kesehatan Riau Zainal Arifin mengatakan, dengan penambahan tersebut, maka total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 149.531 orang.

"Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 316 orang, sehingga total 143.313 orang yang sembuh," katanya.

Untuk kabar dukanya, terdapat 4 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau sebanyak 4.367 orang. Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang menjalani perawatan di rumah sakit 110 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri 1.741orang.

"Sehingga saat ini jumlah kasus aktif Covid-19 di Riau baik yang masih menjalani perawatan di rumah sakit maupun isolasi mandiri sebanyak 1.852 orang," ujarnya.

Sementara itu, untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri 994 orang dan yang isolasi di rumah sakit 38 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 164.730 meninggal dunia 539 orang. Zainal juga mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.

"Mari kita sama-sama menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker," ajaknya.

Sementara itu capaian vaksinasi 1 Covid-19 di Riau per 22 Maret sudah 95,56% dan dosis 2 Covid-19 mencapai 73,45%. Kabupaten/kota yang memiliki capaian vaksinasi 1 Covid-19 di atas 95% adalah Kota Dumai (101,51%) dan Kota Pekanbaru (114,96%). Kabupaten/kota yang memiliki capaian vaksinasi dosis 2 di atas 85%  adalah Kota Pekanbaru (94,32%).

"Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi tenaga kesehatan dengan  sasaran 32.923 orang, dengan dosis pertama sebesar 45.318 (137,65%), dosis kedua 43.938 (133,46%) dan dosis ketiga sebesar 31.756 (96,46%)," katanya.

Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi lansia dengan sasaran 322.466 orang, dosis pertama 224.417 (69,59%) dan dosis kedua 163.555 (50,72%). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi pelayan publik dengan sasaran 349.418 orang, dosis pertama sebesar 401.413 (114,88%) dan dosis kedua sebesar 371.065 (106,20%). "Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum dengan sasaran 3.451.350 orang, dosis pertama sebesar 2.714.888 (78,66%) dan dosis kedua sebesar 2.069.870 (59,97%)," ujarnya.(far/tau/lyn/wan/jpg/sol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook