DAMPAK WABAH VIRUS CORONA

Jangan Lagi Ada Dramatisir soal Pelemahan Ekonomi

Nasional | Senin, 23 Maret 2020 - 01:06 WIB

Jangan Lagi Ada Dramatisir soal Pelemahan Ekonomi
Ketua MPR Bambang Soesatyo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga dan memperkuat optimisme di tengah meluasnya wabah virus corona. (DOK MPR)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga dan memperkuat optimisme di tengah meluasnya wabah virus corona. Dirinya yakin, masa-masa sulit seperti sekarang akan bisa dilalui pada waktunya.

Beberapa hari lalu, otoritas Kota Wuhan di Cina melaporkan tidak adanya kasus baru Covid-19 selama tiga hari berturut-turut. Karena itu, jika penularan wabah corona di Wuhan bisa direduksi atau terhenti, hal yang sama juga bisa terjadi di negara lain, termasuk di Indonesia.


"Karena itu, masyarakat Indonesia jangan pesimis. Sebaliknya, tetaplah optimis," kata Bamsoet, Ahad (22/3).

Untuk menjaga dan memperkuat optimisme itu, Ketua MPR mengimbau semua pihak untuk tidak mendramatisir fakta atau indikator yang menggambarkan proses melemahnya perekonomian nasional. Menurutnya, proses pelemahan ekonomi akibat wabah corona sudah diprediksi.

"Indikator ekonomi seperti nilai tukar valuta, indeks harga saham gabungan hingga harga energi seperti minyak dan gas, memang harus dipublikasikan secara berkelanjutan untuk diketahui publik. Namun, publikasi indikator-indikator ekonomi itu hendaknya tidak didramatisasi untuk tujuan membuat publik takut," lanjutnya.

Tidak hanya masyarakat Indonesia, komunitas global pun tahu dan sedang merasakan ragam kerusakan akibat wabah nCoV-19. Orang awam sekalipun tahu bahwa pembatasan mobilitas warga yang terus dieskalasi, apalagi sampai pada tahapan lockdown sebuah kota atau negara, akan menimbulkan kerusakan di sana sini, termasuk di sektor ekonomi.

Produktivitas pekerja pasti menurun. Ada pabrik yang harus ditutup sementara sehingga volume produksi merosot, permintaan melemah, mata rantai pasokan dan distribusi barang tidak lancar, bahkan sampai pada potensi lonjakan harga barang dan belanja berlebihan karena panik.

Menurutnya, pada saat-saat seperti ini, setiap komunitas dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Kerja keras membatasi penyebarluasan wabah nCoV-19 otomatis menuntut pengorbanan dari sektor lain, termasuk sektor ekonomi dan semua sub-sektornya.

"Saat ini, banyak negara, termasuk Indonesia, tidak hanya sekadar menerapkan pembatasan, tetapi juga harus mengeluarkan anggaran ekstra untuk melindungi semua warga negara dari kemungkinan tertular corona. Tak hanya alokasi anggaran, bahkan waktu, tenaga serta pikiran seluruhnya fokus pada upaya cegah tangkal penyebarluasan wabah ini," ungkapnya.

Pada saat yang sama, semua kepala pemerintahan bersama jajaran menteri ekonomi juga bekerja ekstra keras agar kinerja perekonomian negara tidak lumpuh. Alih-alih memacu pertumbuhan ekonomi, mencegah kerusakan di sejumlah sektor pun menjadi pekerjaan tidak mudah.

Dalam situasi seperti sekarang, imbuh Bamsoet, yang bisa dilakukan setiap negara adalah menerapkan sejumlah kebijakan stimulus agar perekonomiannya tidak mengalami kerusakan yang kelewat serius. Langkah yang sama juga dilakukan Indonesia.

"Jangan lupa bahwa dalam konteks gejolak ekonomi, situasi seperti sekarang bukan pengalaman pertama bagi Indonesia. Beberapa dekade lalu, Indonesia juga pernah menghadapi gejolak dan krisis ekonomi. Namun, sudah terbukti bahwa perekonomian negara tidak lumpuh. Dengan kebersamaan dan kerja keras, perekonomian Indonesia bisa pulih," pungkasnya.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Ryandi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook