Bertambah Satu Kru WNI Kapal Pesiar Positif Corona

Nasional | Kamis, 20 Februari 2020 - 08:26 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kru kapal pesiar Diamond Princess asal Indonesia yang terinfeksi virus corona bertambah lagi kemarin. Satu orang dinyatakan positif terjangkit virus yang dinamai Covid-19 itu oleh otoritas kesehatan Jepang.

Informasi tersebut disampaikan oleh Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, sore kemarin. Satu orang kru WNI tersebut kemudian dibawa ke rumah sakit di Tokyo untuk menjalani perawatan.


"Jadi hingga 19 Februari sudah ada empat orang WNI yang terinfeksi corona. Dua orang dirawat di rumah sakit kota Chiba, dua orang lainnya di rumah sakit Tokyo," beber Judha di M Blok Square, kemarin.

Tim KBRI Jepang di Tokyo sudah mendampingi para kru tersebut di rumah sakit masing-masing. Mereka memastikan keempat WNI yang positif terinfeksi Covid-19 tersebut mendapat penanganan medis yang baik. Menurut laporan, kata Judha, kondisi mereka masih stabil.

Per 19 Februari kemarin, seharusnya masa karantina di kapal pesiar Diamond Princess sudah berakhir. Meski begitu, dengan adanya temuan baru, Kemenlu masih harus memastikan kepada otoritas kesehatan Jepang untuk memulangkan para kru WNI yang sehat. "Ini yang masih kami koordinasikan dengan Kemenlu Jepang untuk perkembangan lebih lanjut," ujarnya.

Judha mengakui, pihaknya tidak bisa seenaknya langsung membawa pulang mereka. Harus ada kepastian terkait jaminan kesehatan, pekerjaan, dan keselamatan keluarga para kru jika nantinya sudah kembali ke tanah air. "Untuk pemulangan tentu kita tidak asal memulangkan begitu saja. Tapi dalam case ini harus banyak yang dikelola," imbuh Judha.

Yang jelas, pihaknya selalu memantau perkembangan situasi dan kondisi para WNI di sana. Baik melalui KBRI di Tokyo maupun WhatsApp grup yang dibentuk bersama dengan para kru WNI. Setiap laporan yang didapat, lanjut dia, sudah langsung dikomunikasikan ke pihak keluarga masing-masing kru.

Judha juga menyampaikan mengenai kondisi tiga orang mahasiswa Indonesia yang masih berada di Hubei, Cina. Mereka tersebar di dua kita. Seorang berada di Wuhan dan dua orang lainnya di Xianning. Ketiganya tinggal di asrama.

Dua orang yang berada di Xianning diketahui merupakan mahasiswa kedokteran. "Jadi tentu mereka paham dengan protokol kesehatan yang harus dijalani," jelasnya. Tim KBRI Beijing setiap hari menjalin komunikasi dengan ketiga mahasiswa tersebut. Untuk menjaga kondisi mental mereka, KBRI Beijing mengundang psikolog. "Menelepon secara rutin. Untuk teman bicara, agar tidak kesepian. Dan tentunya tetap kami berikan bantuan logistik," terangnya.

Pada kesempatan tersebut Judha juga menyampaikan kabar gembira. Seorang TKI di Singapura yang dikabarkan terinfeksi Covid-19 pada 4 Februari lalu itu dinyatakan sembuh. Hasilnya, pemeriksaan menyatakan negatif (Covid-19).

"Sehubungan dengan permintaan WNI tersebut, identitas tidak dapat kami sampaikan. Yang jelas dia sudah keluar dari rumah sakit setelah 14 hari dirawat," ujar Judha. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi WNI yang dilaporkan positif virus corona di Singapura.

Hal senada juga diungkap oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto. Ia menegaskan, penjemputan WNI negatif Covid-2019 usai karantina di Jepang tidak bisa terburu-buru pascamasa inkubasi. Pemerintah akan berkoordinasi dengan Pemerintah Jepang untuk memastikan semua dalam kondisi stabil. Baru setelahnya, pemerintah bisa melakukan penjemputan. Sama seperti WNI di Hubei, Cina sebelumnya.

Itu pun, harus melalui komunikasi dengan pihak perusahaan tempat para WNI di Kapal Diamond Princess bekerja. "Kita terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri. Prinsipnya, tidak buru-buru. Tidak emosional," katanya.

Perihal rencana penambahan masa inkubasi oleh Jepang, pria yang akrab disapa Yuri ini menjelaskan, jika memang ada perbedaan mengenai lama masa inkubasi. WHO sendiri menyarankan  masa inkubasi dilakukan selama 14 hari. Meski baru-baru ini sejumlah peneliti di Cina bahkan menyarankan agar diterapkan selama 24 hari.

Namun pada prinsipnya, kata dia, pihaknya memahami dan meyakini langkah yang diambil otoritas kesehatan Jepang. Apalagi, empat WNI dilaporkan positif terpapar jelang masa inkubasi berakhir.

"Yang perlu dipahami, ini bukan mengasingkan mereka. Tapi untuk mengamankan yang sakit karena mereka akan diawasi dengan ketat, serta mencegah adanya penularan ke yang lain," paparnya. Langkah ini, sebetulnya sama seperti  di Wuhan. Ada yang sakit, kemudian ada populasi sehat. Karenanya kemudian diisolasi atau di-lockdown. "Bedanya ini di kapal," sambungnya.

Disinggung soal kondisi empat WNI yang tengah dirawat karena positif Covid-2019, Yuri mengatakan, mereka dalam kondisi stabil. Saat ini, KBRI Jepang terus mantau perkembangan mereka.

Lalu, usai sembuh apakah mereka boleh langsung kembali ke Tanah Air? Dia mengamini. Mereka bisa langsung pulang setelah benar-benar dinyatakan sembuh oleh otoritas setempat. Bukan hanya secara klinis tapi juga setelah dinyatakan tak ada virus dalam tubuhnya.

Setibanya di Tanah Air pun, mereka tak perlu lagi dikarantina. Cukup pemantauan.

Yuri menyebut, pada umumnya, penyakit akibat virus yang kemudian telah dinyatakan sembuh maka akan betul-betul memberikan kekebalan tubuh bagi yang sakit. Artinya, karantina tak diperlukan lagi.

Kendati begitu, akan tetap ada surveillance epidemiology tracking. Mereka akan dipantau secara periodik. Nah, pemantauan ini bakal dilakukan oleh masing-masing dinas kesehatan daerah setempat. Caranya, ada yang by phone dengan ditanyai adanya keluhan atau didatangi secara langsung. Jadi, bukan seperti wajib lapor dimana mereka harus datang sendiri ke lokasi.

Sementara itu, hingga saat ini, kasus positif Covid-2019 ini masih dinyatakan nihil. Sebanyak 112 spesimen yang masuk ke Balitbangkes, 110 dinyatakan negatif sementara sisanya masih dalam tahap pemeriksaan. (han/mia/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook