PENGIRIMAN KELUAR NEGERI JULI NAIK 371 RIBU TON

Stok CPO Dalam Negeri Mulai Turun

Nasional | Senin, 19 September 2022 - 12:41 WIB

Stok CPO Dalam Negeri Mulai Turun
GRAFIS (DOK RIAUPOS.CO)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kinerja ekspor minyak kelapa sawit alis crude palm oil (CPO) pada Juli 2022 menunjukkan hasil yang positif. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat kenaikan nilai mencapai 3,8 juta dolar AS atau sekitar Rp56,69 triliun. Itu membuat kondisi stok CPO dalam negeri yang sempat berlebih kini berangsur menurun.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyatakan, kenaikan nilai ekspor itu juga didukung adanya kenaikan volume. Yakni, mencapai 2,705 juta ton atau terkerek 371 ribu ton jika dibandingkan pada Juni. Berdasar segmen produk, produk CPO terdongkrak 174 ribu ton; olahan CPO 122 ribu ton; dan biodiesel 23 ribu ton.


"Ekspor biodiesel naik secara konsisten sejak Maret 2022. Mungkin disebabkan permintaan yang meningkat akibat harga minyak bumi yang sangat tinggi,"ujar Mukti, Ahad (18/9).

Mukti menambahkan, kenaikan ekspor Indonesia dan pasokan dari minyak nabati lainnya juga menambah pasokan di pasar dunia. Dampaknya, harga minyak nabati, termasuk CPO, turun tajam dari 1.507 dolar AS per ton pada Juni menjadi 1.240 dolar AS per ton. Banderol dalam negeri dari Rp10.523 per kg menjadi Rp8.322 per kg.

Menurut dia, konsumsi dalam negeri relatif normal. Industri pangan dalam negeri mencapai 937 ribu ton, 3 ribu ton lebih tinggi daripada Juni sebesar 934 ribu ton. Sementara itu, penggunaan biodiesel naik terkerek 720 ribu ton menjadi 759 ribu ton. ’’Atau, naik sebesar 5,4 persen,"ucapnya.

Mukti menambahkan, produksi CPO Juli mencapai 3.465 ribu ton dan PKO 338 ribu ton. Jumlah itu naik jika dibandingkan dengan sebulan sebelumnya. Yakni, 3.297 ribu ton untuk CPO dan 322 ribu ton bagi PKO. ’’Kenaikan produksi CPO dan PKO sebesar 184 ribu ton dibarengi dengan kenaikan ekspor sehingga terjadi penurunan stok dari 6.688 ribu ton pada Juni menjadi 5.905 ribu ton,"bebernya.

Menurut dia, momen kenaikan produksi CPO perlu dijaga, apalagi jika cuaca dan harga sedang baik. Namun, di sisi lain, tingginya stok perlu diwaspadai untuk mencegah penuhnya tangki akibat ekspor yang melandai. ’’Apabila tangki penuh, maka akan berhenti beroperasi yang berakibat tidak adanya pembelian TBS (tandan buah segar) petani,"ujar Mukti.

Sementara itu, Senior Ekonom Bank Central Asia (BCA) Barra Kukuh Mamia menyatakan, dengan diperpanjangnya bebas pungutan ekspor CPO sampai akhir Oktober, pemerintah dapat mengharapkan potensi kenaikan volume ekspor untuk mengimbangi beberapa dampak penurunan harga secara global terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Namun, karena kebijakan tersebut bersifat temporer, Barra melihat ekspor CPO mungkin akan melambat menjelang akhir tahun. Hal itu disebabkan perlambatan ekonomi global.

’’Mungkin penyelamat yang lebih dapat diandalkan untuk surplus perdagangan Indonesia adalah kenaikan harga batu bara yang berkelanjutan,"tuturnya.(agf/c12/dio/jpg)

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook