JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pada perdagangan akhir pekan lalu indeks harga minyak dunia berada pada level tertinggi selama 3 tahun terakhir menjadi 67,39 dolar Amerika Serikat (AS) per barel untuk West Texas Intermediate (WTI). Angka ini lalu turun menjadi 66,66 dolar AS per barel pada perdagangan Senin (16/4) untuk WTI.
Terkait pergerakan harga minyak tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, meski harga minyak dunia terus naik, pemerintah masih menilai angkanya belum terlalu mengkhawatirkan.
”Kamu jangan terlalu risau dengan perkembangan (harga minyak, red). Nanti kita ikuti dengan baik,” ujarnya di Kompleks Istana Negara, Jakarta, kemarin.
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) menambahkan, saat ini pihaknya masih melakukan evaluasi dan perhitungan terhadap struktur APBN. Untuk kemudian mengambil kebijakan apa yang nantinya ditempuh. ”Pemerintah juga berhitung apa yang pas dilakukan dan apa yang tidak dilakukan. Pemerintah juga mengevaluasinya,” imbuhnya.
Saat ditanya potensi melakukan perubahan dalam struktur makro pada APBN perubahan 2018, pria berdarah batak itu juga enggan menjelaskan lebih lanjut. ”Aku nggak mau jawab dulu,” tuturnya.
Menteri ESDM Ignasius Jonan juga enggan membeberkan terkait strategi pemerintah menghadapi tekanan kenaikan harga minyak. Dia hanya menjawab singkat sambil terus berjalan. ”Itu nanti dulu,” katanya.
Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah belum berencana melakukan penyesuaian asumsi makro, dalam hal ini harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP). Sekali pun per 31 Maret, realisasi harga minyak mentah Indonesia sudah melebihi target yang ditetapkan dalam APBN 2018. Dalam APBN, dinyatakan bahwa ICP ditargetkan di angka 48 dolar AS per barel, sementara hingga akhir Maret ini, realisasi ICP telah mencapai 63,0 dolar AS per barel.